[16] Cry For Me

3.5K 476 58
                                    

"Wow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wow... wow... seru banget, deh, Le! Bisa-bisanya kegep gitu."

Begitulah komentar Verra saat paginya langsung menodong Alena dengan segudang pertanyaan. Tentang foto yang berhasil didapatkan Alena. Tentang Joshia yang mengantarkan Jossan les berenang. Verra yang paling excited mendengarnya.

"Wow, so sexy! Huhu, gue mau yang ada di sana gantiin lo, Le! Ngegap Pak Joshi nganter Ocan les renang! Huhu, so sexy! Pasti unch banget, deh!" Verra sudah merem-melek sendiri membayangkan ke awang-awang, "Uuu... gimana pas dia bawaian ban, bawain ganti Ocan, atau ikutan renang sekalian? Unch banget, nggak?"

Regina menatap Verra datar. Bersiap menimpuk muka Verra dengan dokumen tebalnya. "Heh, gila, ya, kamu, Ver! Bagian ikut nyebur ke kolam, ya, nggaklah! Ngapain renang di kolam anak?"

Verra manyun. "Namanya juga imajinasi, Regi! Pasti ada yang ditambah-tambah! Lo, mah, serius amat!"

Regina memilih mengabaikannya. "Terus... terus gimana Ale? Pak Joshi kalau nganter les gitu, outfit-nya gimana? Santai atau-"

"Haish!" Verra tidak terima, "Tuh, kan, Regi... lo diem-diem juga kepo."

Alena meringis, menyeruput jus melon di hadapannya. Ini di kantin indoor lantai paling atas. Jadi, kalau berisik pasti langsung bergema seruangan. Eh, dua manusia di depannya malah berteriak-teriak kehebohan. Untung Andro tidak bergabung juga. Bisa dipastikan meja di depannya runtuh oleh si melambai badai itu.

"By the way, guys..." Alena merapikan dokumen-dokumennya ke dalam map. "Aku ke store dulu, ya. Mau nganter dokumen titipannya Pak Joshi. Nanti dia ngamuk. Kan jadi keinget, nih."

"Yah, kan, belum selesei, Ale."

Alena meringis. "Lanjut nanti, Ver."

Tapi Alena berbohong. Padahal dia sendiri yang memaksa pergi ke store perusahaan. Joshia tidak menyuruhnya. Joshia mana sudi meminta bantuan kalau bukan job desk-nya. Alena hanya ingin jalan-jalan sebentar keluar gedung. Tentunya juga mampi ke minimarket. Dan mobilnya melaju ke sebuah bangunan TK tanpa bisa dihentikan.

Alena sendiri bingung. Kenapa aku harus ke sini?

Ini jam istirahat anak-anak dan mereka berhamburan keluar. Alena memarkirkan mobilnya di parkiran luas itu. Hanya beberapa detik sampai matanya berhasil menemukan apa yang dia cari.

"Ossan! Ossan!" jeritnya tanpa sadar.

Jossan yang sibuk bermain di kotak pasir mendongak. Bersama teman-temannya di dalam sana. Saling berpandangan bingung. Alena melambaikan tangan tak peduli.

"Ossan, Aunty kangen kamu!"

"Aunty?" Jossan menjatuhkan ember pasir di tangannya bingung. Berlarian menghampiri Alena di luar kotak pasir. "Aunty... Kok di sini?"

Tapi Alena tak peduli, malah berjongkok memeluk Jossan. "Ossan... Os... Aunty kangen kamu banget." Dan Alena tidak tahu mengapa mengatakan hal bodoh begini saat memeluk tubuh mungil Jossan yang kini sepundaknya. Matanya tiba-tiba mengembun. Aneh, ini hanya rindu biasa, kan?

Rewrite The ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang