"Aku memang melakukan PHK..." Zeus diam sejenak, aku jadi bingung.
"...Tapi, aku ga pernah memotong gaji karyawan" Pengakuannya barusan membuatku terkejut. Aku diam, menatap sorot matanya yang kebingungan, dicampur amarah dan kekesalan.
Jadi, selama ini? Gaji kami yang di potong itu cuma akal-akalan pak Andy?
Kemana 10% gaji kami?!
"Kenapa kamu ga bilang dari dulu sama aku?" Dari suaranya, aku bisa tau bahwa Zeus tengah memendam emosi. Bahkan tangannya sudah mengepal. Aku jadi takut. Ini baru Zeus yang sebenarnya.
"A-aku.." Aku malah jadi gugup. Padahal, ini bukan salah ku kan? Aku kirain, pemotongan gaji itu benar-benar ada."Kamu jangan marah" Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakan itu, walaupun suara ku pelan.
"Gimana ga marah?! Aku ga pernah motong gaji kaya gitu. Andy brengsek. Jadi ini alasannya pemasukan perusahaan makin menipis? Mungkin ini bukan pertama kali dia menggelapkan dana!" Aku tersentak, kan bener dugaan ku bahwa Zeus marah."Kapan Andy lakuin ini?" Ia menatap mata ku intens
"Um..di waktu yang sama dengan kejadian PHK itu" Jawabku. Rahangnya yang tajam itu terlihat mengeras, ia mengumpat.
"Uang itu pasti masuk ke kantong pribadi dia" UcapnyaAndy gila.
Ternyata selama ini dia sudah melakukan penggelapan dana begitu?!
"Aku hubungi dia dulu-"
"Zeus, Zeus" Aku langsung menahan tangannya yang hendak mengetik nomor handphone Andy.
"Nanti pak Andy bakal marah sama aku, kalau dia tau bahwa aku yang ngadu sama kamu.." Jujur, aku takut.Pak Andy terkenal sangat baik di kantor ku. Dia tak pernah marah-marah seperti yang Zeus lakukan. Bahkan dia manager yang sangat santai namun tekun bekerja. Apalagi, dia udah bekerja cukup lama di Ryder Corp. Makanya, aku ga nyangka dia bisa melakukan ini. Memang benar ya, jangan pandang orang dari luarnya saja.
"Kalau dia marahin kamu, aku yang pecat dia" Balas Zeus padaku. Aku menggeleng lagi.
"Aku ga nyangka aja sama kelakuan dia. Diem-diem ambil uang karyawan. Kalau kamu ga bilang, aku ga bakal tau soal ini"Aku diam lagi, sebenarnya apa yang dia bilang juga bener sih.
"Jangan takut" Lanjutnya
"Iya iya okay...aku tau, kamu marah banget sekarang. Tapi bisa di simpen dulu ga marahnya?"
"Mana bisa marah di simpen" Kesalnya
"Soalnya kalo lagi marah, muka kamu jelek" Usilku.Kali ini tatapannya lebih tajam. Menatap lurus ke arahku, sontak aku membeku diam lalu nyengir.
"Ehehe..b-bercanda.." Aku menunjukkan gigi rapi ku.
"Hehe..smile.." Aku mendekat, menarik kecil pipinya ke atas agar ia tersenyum."Nah, begini" Aku semakin ketawa melihat ekspresi terpaksanya itu.
"Aku heran sama kamu. Emang kamu ga takut kalo aku marah?" Akhirnya dia bertanya
"Takut sih.." Aku menjawab jujur saja. Biar dia tau kalau amarahnya memuncak, ia mirip iblis kepanasan."...Soalnya kaya iblis" Lanjutku dengan suara yang pelan
"Apa kamu bilang?"
"Hehe" Aku nyengir lagi menatapnya.
"Barusan bercanda lagi.." Aku takut banget ditatap seperti itu. Seakan-akan dia mau makan aku kaya di film-film zombie.
"Hahaha iya-iya, maaf ya" Aku cekikikan menatap ekspresi kesalnya barusan.Entah apa yang mendorong bibirku untuk mencuri satu kecupan singkat di bibirnya. Tujuan ku sih cuma mau mencairkan suasana. Tapi setelah ciuman singkat itu, dia tersenyum lagi. Menatapku dengan mata coklat yang berbinar itu, lalu menarik tengkuk ku agar berciuman lagi dengannya.
"Mphh...!!" Aku memukul dada bidangnya agar ia melepas pautan itu. Dia tertawa usil di sela-sela ciuman kami. Pria ini memang iseng.
"Ini di tempat umum, lupa?" Kesalku
"Sengaja" Jawabannya membuatku tambah kesal
"Sengaja?!"
Dia mengangguk "Biar orang tau kalau kamu punya aku"
Sedetik kemudian dia ketawa, tangannya bergerak mencubit pelan pipiku yang mungkin memerah lagi akibat perlakuannya.
"Kamu lucu, gimana bisa aku marah sama kamu" Ia terkekeh
KAMU SEDANG MEMBACA
Sell The Virginity [18+]✓
Romance"Ahh...s..stop..a-ahh.." Calla memejamkan matanya saat merasakan sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. "Louder, i can't hear your pretty noise.." Bisikan itu terdengar sangat jelas di telinga Calla, dibarengi dengan sentuhan tangan kekar da...