5 years later...
Wanita berambut coklat itu membuka pintu rumahnya, lalu berseru "Aku pulang!"
Ia melepas heelsnya , dan segera masuk ke dalam rumah.
"Hey" Ia mencolek telinga seorang remaja laki-laki yang tengah asyik bermain game di handphonenya.
"Kaaak, jangan ganggu aku" Pekiknya lalu kembali fokus bermain
"Main mulu" Ledeknya lalu ia masuk ke ruang makan, menemukan seorang wanita paruh baya yang tengah mengaduk teh disana.
"Mama" Panggilnya disusul senyuman manis. Sang ibu menoleh, lalu tersenyum menyambut putrinya pulang.
"Eh kamu udah pulang" Ia menyambut anaknya pulang
"Gimana kerjaan kamu hari ini, Cal?"Calla tersenyum, lalu menaruh tasnya.
"Seperti biasa" Ia duduk di salah satu kursi lalu mengambil secuil kue pie yang ibunya buat.
"Oh iya, tadi Grace nelfon mama. Katanya telfon kamu ga aktif ya?"
Calla menepuk jidat "Astaga, maaf. Handphone ku mati ma"
Sang ibu geleng-geleng kepala
"Emangnya Grace bilang apa?" Tanya Calla. Mengingat Grace adalah seorang wanita berusia 35 tahun, yang sudah menjadi pelanggan setianya selama kurang lebih dua tahun.
"Grace pesan 100 pasta, dan 70 sandwich. Untuk perayaan kelulusan keponakannya" Ucap sang ibu tersenyumMendengar itu, Calla sontak tersenyum lebar lalu bertepuk tangan kecil.
"Yeaaaay, ada pesanan lagi. Aku siapin dulu ah" Ia langsung membawa tasnya dan pergi ke kamarnya buru-buru.
"Cal, ganti baju dulu!" Pekik sang ibu
"Iya-iya!"Calla POV
Beginilah hidupku sekarang. Menyenangkan? Tentu. Setelah aku memutuskan untuk pulang ke Boston, hidupku perlahan berubah. Aku cukup tenang disini karena aku berada dekat dengan keluargaku.
Aku memutuskan untuk bekerja di salah satu perusahaan yang cukup ternama di Boston. Hillary Company namanya. Aku bekerja sebagai staff reset disana selama kurang lebih 3 tahun. Oh ya, kondisi mama juga berangsur baik. Perlahan-lahan penyakitnya mulai sembuh, walaupun mama masih harus minum beberapa obat dan harus rajin cek ke dokter. Daniel juga sudah memasuki tingkat sekolah menengah pertama. Bulan lalu, tepatnya tanggal 14, aku dan mama merayakan pesta kecil-kecilan karena Daniel berhasil memenangkan olimpiade dengan nilai yang paling tinggi.
Selain bekerja di Hillary Company, aku mengisi waktu luang ku untuk menjual makanan-makanan buatanku. Sandwich dan Pasta sebagai contohnya. Dan aku sangat senang karena tiga tahun terakhir, penjualan ku cukup membludak, hingga dapat membayar biaya sekolah Daniel, dan keperluan rumah juga.
Aku seakan-akan memulai hidup baru disini. Teman baru, lingkungan baru, dan hal-hal baru lainnya.
Tapi aku tak sebahagia itu juga.
Maksudku, pikiranku terlalu sering menjuru ke masa lalu. Disaat aku masih menetap di Los Angeles. Bekerja di Ryder Corp, dan naik jabatan. Aku ingat disaat aku mempunyai teman yang baik seperti Ashley, Austin, Arnold, Amy, dan..aku juga ingat bahwa aku pernah mempunyai Zeus.
Tak jarang aku berpikir tentang dia. Apa dia baik-baik saja? Bagaimana kabarnya? Apa dia masih menjadi CEO yang galak?
Apa dia sudah menemukan wanita barunya?
Apa dia bahagia?
Sebenarnya, aku bisa saja mencaritahu tentang dia lewat media. Namun entah kenapa, aku tak mau saja. Aku mau fokus menjalani hidupku yang sekarang. Lagian, aku jarang melihatnya di media. Aku yakin, dia pasti sudah bahagia dengan wanita pilihan ibunya kan?
Aku akui, aku menghilang darinya.
Aku melakukan itu karena aku ingin segera melupakannya. Dan aku juga ingin membuatnya cepat-cepat melupakan aku.
Tapi aku salah.
Aku bahkan tak pernah berhasil melupakannya.
Aku masih ingat kejadian itu. Kejadian dimana aku benar-benar memutuskan untuk berpisah dengannya. Aku masih ingat raut wajahnya yang menunjukkan bahwa ia kecewa dengan keputusanku, dan bentakannya yang langsung berhenti setelah aku mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sell The Virginity [18+]✓
Romance"Ahh...s..stop..a-ahh.." Calla memejamkan matanya saat merasakan sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. "Louder, i can't hear your pretty noise.." Bisikan itu terdengar sangat jelas di telinga Calla, dibarengi dengan sentuhan tangan kekar da...