BAB 23 : KEMARAHAN JENDERAL HUBEI

7.2K 587 9
                                    

Perasaan Jenderal Hubei sangat senang. Akhirnya ia memiliki seorang anak dari darah dagingnya sendiri. Ia tidak tahu, jika Raja Wang Ai II akan memakan jantung anaknya jika anak itu lahir.

"Eve... Selamat, kau harus menjaga kandunganmu baik-baik ya." Kata Jenderal Hubei sambil mengusap perut Eve.

Eve yang tengah terbaring, terkejut melihat tingkah Jenderal Hubei, lalu menepis tangan itu dengan lembut dan ia mulai bersandar pada sisi tempat tidur.

"Ah.. Ba..baik Tuan Besar." Kata Eve canggung.

Jenderal Hubei diam-diam agak kecewa dengan sikap Eve. Ia tahu ia bersalah karena sempat membuat Eve menderita, tapi entah kenapa hingga Eve mengandung anaknya, Eve tidak terlihat memiliki perasaan khusus kepada Jenderal Hubei.

"Ah.. ayah jadinya sakit apa paman?" Kata Miri yang agak tidak paham dengan apa yang terjadi.

"Ayah mu sedang hami-" Kata Jenderal Hubei hampir senang.

"Ayah tidak apa-apa Miri sayang, ini cuma masuk angin biasa." Kata Eve membohongi anaknya.

Jenderal Hubei yang melihat itu pun mulai memanas. Apa alasan Eve menyembunyikan bahwa ia sedang mengandung?

"Hei pelayan 1" Kata Jenderal Hubei ketus.

"Ah.. iya Tuan Besar ada yang bisa saya bantu?" Kata Lili.

"Bawa Miri pergi main dulu, aku ingin berbicara dengan Eve!" Kata Jenderal Hubei agak ketus.

Setelah Miri dan Lili pergi menyusuri koridor, agak jauh meninggalkan kamar Tengah. Jenderal Hubei mulai berteriak nyaring kepada Pelayan Han dan Tabib.

"Kalian kenapa masih diam saja huh? KELUARR SEKARAANGG!!!"

"Ah ba..baik Tuan Besar." Keduanya pun keluar dengan sedikit gemetaran mendengar teriakan Jenderal Hubei.

Eve yang mendengar itupun sedikit terkejut, badan nya mulai gemetaran lagi.

"Tu..tuan Besar... ja..janganlah terlalu kasar terhadap pelayan anda." Kata Eve. Ia merasa iba karena tabib dan pelayan Han diusir begitu saja.

"DIAMM!!"

" Kau masih berurusan dengan ku Eve! Kenapa kau membohongi Miri kalau kau sedang hamil huh?? Kenapa kau harus bohong? Itukah kebiasaan mu huh??" Kata Jenderal Hubei dengan sangat ketus.

"Sa..saya ti..tidak bermaksud-" Kata Eve terbata-bata

"Lihai sekali kau berbohong huh? Apa kau malu memiliki suami sepertiku huh?" Kata Jenderal Hubei agak keras. Ia sebenarnya sangat lelah namun ketika mendengar Eve membohongi Miri, amarahnya menjadi memuncak.

"Ti..tidak sa..saya-" Eve kali ini benar-benar gemetar ketakutan, ia sangat takut dianiaya lagi.

"BOHONGG!!! LAGI-LAGI KAU BOHONG EVE!! APA KAU SEDIKITPUN TAK PERNAH MEMPUNYAI PERASAAN UNTUKKU HUH?
SETIAP KALI KAU PINGSAN, KAU SELALU MENGIGAU TENTANG MANTAN ISTRIMU VINYINA!!

Bentakan Jenderal Hubei menggema di seluruh ruangan.

Air mata Eve tak sengaja jatuh, namun ia mencoba untuk kuat.

"Buktikan, jika kau memang mencintaiku Eve!" Kata Jenderal Hubei dengan ketus sambil meremas kedua pipi Eve dengan agak keras, dan sedikit menghempaskannya.

Eve dengan gemetar mendekati Jenderal Hubei, kemudian memegang tangannya.

Jenderal Hubei merasakan remasan tangan Eve yang dingin dan gemetar menahan takut.
Kemudian dengan ragu-ragu Eve mencoba mengecup pipi Jenderal Hubei agar menjadi tenang.

"Huh? Apa yang kau lakukan Eve?"

Jenderal Hubei merasakan sentuhan hangat dari bibir berwarna plum cerah itu.

"I..itu tan..tanda sa..saya me..mencoba menyukai anda Tu..tuan Besar." Kata Eve dengan gagap.

"Sa..saya mencintai se..seorang, yang da..dapat mencintai Miri juga." Kata Eve.

Ia sangat takut hingga tidak berani menatap wajah Jenderal Hubei.

"Sa..saya bu..butuh waktu untuk men..mencintai anda tu..tuan besar. Maafkan saya." Kata Eve. Ia sudah bersiap diri jika akhirnya Jenderal Hubei mengayunkan tangannya dan menampar wajahnya.

Namun yang terjadi Jenderal Hubei mengelus lembut pipi nya, dan menyibakkan rambut Eve yang terurai.

"Huufthhh...." Jenderal Hubei menghela napas panjang.

"Sa..saya sengaja tidak memberitahu Miri.. ka.. karena ia pasti sangat syok, ji..jika tahu bahwa ayahnya sedang hamil. Bu..butuh wa..wak..tu untuk me..menjelaskan ini kepada anak sekecil Miri." Kata Eve mencoba menceritakan alasannya.

Tiba-tiba Jenderal Hubei menjadi tersadar. Memang betul apa yang dikatakan Eve. Apalagi harusnya Jenderal Hubei dipanggil sebagai "ayah" bukan "paman". Karena secara tidak langsung, ia adalah ayah tiri Miri.

"Eve.. Eve maafkan aku.." Jenderal Hubei langsung memeluk Eve kuat-kuat. Namun, Ia mencium bau menggoda dari tubuh Eve, dan tidak sengaja langsung mencium bibir Eve sedikit kasar, memainkan lidahnya disana dan menggigit leher Eve.

"Ahhhh..Tu..tuan" desah Eve ketakutan.

Jenderal Hubei yang mendengar Eve, langsung mendorong tubuhnya menjauh dari Eve. Ia selalu lepas kendali ketika ia bersama Eve.

"Ah..sial.. Hubei..kenapa kau tidak bisa menahannya." Kata Jenderal Hubei kesal.

"Ehem... Eve Bo.. bolehkah aku menyentuh perutmu sekali lagi Eve?" Kata Jenderal Hubei ragu.

Namun, Eve sangat ketakutan dan menjadi tidak paham dengan perkataan Jenderal Hubei.

"Hufthhh... Baiklah Eve tidak apa-apa.
Maafkan aku karena terlalu memaksamu. Kata Jenderal Hubei sambil mengelus kepala Eve.

Kemudian Jenderal Hubei beranjak pergi dari kamar itu.

Eve merasa ketakutan yang luar bisa menyelimutinya, dan mualnya semakin berlanjut. Ia kemudian berkaca di samping tempat tidur, dan melihat ada bekas merah kebiruan di lehernya. Itu bekas gigitan Jenderal Hubei tadi. Eve hanya menghela napas panjang.

"Huegh..Huegh.." Eve kembali merasakan mual.

Ia ingin meminta bantuan pelayan Han, tapi ia sudah pergi. Eve berinisiatif keluar dari kamar untuk mencarinya.

"Ah.. Pelayan 4, Pelayan 6 apakah kalian melihat Pelayan Han?" Kata Eve ketika bertemu kedua pelayan itu.

Namun sepertinya pertanyaan Eve hanya diabaikan saja. Kedua pelayan itu tetap melenggang pergi tanpa menghiraukan pertanyaan Eve.

"Hmm... Huegh.. huegh..." Eve semakin mual dari biasanya. Energinya seperti terkuras habis. Ia akhirnya memutuskan mencari Lili dan Miri saja.

"Hai Maga, apa kau melihat Miri? Atau Pelayan Han mungkin?" Tanya Eve.

"Aku tidak melihat Pelayan Han. Tapi ia sepertinya tadi langsung keluar gerbang untuk mengantar tabib tersebut pulang. Hmm... Yang ku lihat, jika Miri, ia pergi ke arah danau teratai. Cobalah kau tengok." Kata Maga bunga magnolia merah itu.

"Ah... Terimakasih Maga" Kata Eve membungkuk hormat.

"Eve... Wajahmu tampak lebih pucat dari biasanya... Kau kenapa Eve?" Kata Maga.

"Ah.. a..aku sedang hamil Maga. Maaf jika terlihat pucat. Aku akan mengurus diriku lebih baik lagi." Kata Eve tidak nyaman.

"Wah... Sungguh luar biasa Eve." Kata Maga. Ia kemudian membuat pusaran angin kecil dan disentuhnya perut Eve yang masih rata itu.

"Te..terima kasih Maga." Kata Eve dengan mata sayu nya yang sedikit letih.

***





TERIMAKASIH BANYAKK TEMAN-TEMAN ATAS ANTUSIASNYA SUDAH MEMBACA DAN LIKE CERITA SAYA HUHU...

TERIMAKASIH JUGA BUAT PARA PEMBACA YANG SELALU MENDUKUNG SAYA UNTUK LANJUTIN CERITA INI...

Btw ini karya bertama saya yang benar-benar saya niatin😖

Sayaang kalian banyak-banyakk 😖😖💕💕


[BL] The King Of Albus LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang