Tok! Tok!
"Masuk," ucapku. Ayah masuk ke kamar. "Kok jam segini udah pulang, Yah?"
"Ayah ada acara makan malam," balasnya.
"Loh? Ayah gak jadi datang buat ritual?"
"Datang kok. Nanti habis dari acara makan malem langsung ke markas."
"Oh."
Ayah menatapku, "Kamu baru bangun tidur?"
"Iya, keliatan kan dari mukanya," sahutku seraya bangkit.
"Abis mimpi sesuatu, ya?"
ARGH! Aku kesal kalau ayah sudah mulai menerawang. "Bisa gak sih jangan nerawang aku terus," protesku.
"Kamu kan anak ayah satu-satunya, El. Wajar dong ayah pengen tau apa yang terjadi sama kamu."
"Ya, tapi gak musti semuanya diterawang, Yah. Kan bisa ditanya baik-baik."
"Kamu gak bakal jujur. Sekarang jawab, tadi abis mimpi apa?"
Aku menatap ayah sembari tersenyum, "Coba ayah tebak!"
"Ayah gak bisa liat sampe sejauh itu, El."
"Ayah beneran mau tau?"
"Ya."
"Aku mimpi kakek."
Wajah ayah berubah, tampak lebih serius. "Mimpinya gimana? Apa kakek ngomong sesuatu?"
"Iya."
"Bilang apa?" tanyanya, dengan sedikit meninggikan suara. Aku sengaja tidak langsung langsung menjawab, menunggu reaksinya. "El, jawab!"
"Ayah kenapa sih?"
"Gak kenapa-napa, abis kamu lama banget jawabnya."
"Aku lagi inget-inget omongannya."
"Sekarang udah inget?"
"Udah."
"Apa?"
"Kakek minta aku ninggalin sekte." Aku terpaksa berbohong, ingin sekali mendengar tanggapannya tentang masalah ini.
"Berarti itu bukan kakek kamu. Dia gak mungkin bilang begitu."
"Kenapa gak mungkin? Kan sebelum meninggal kakek juga ninggalin sekte."
"Dia ninggalin sekte karena kondisinya udah lemah, El. Sakit-sakitan."
"Kalau emang sakit-sakitan. Kenapa gak ayah rawat aja? Ayah kan dokter, punya rumah sakit juga."
"Kamu tau sendiri kalau dia keras kepala. Malah tinggal di gubuk sendirian."
"Apa ayah liat kondisi kakek waktu meninggal?" Saat kakek meninggal, aku dilarang pergi ke Cirebon. Bahkan tak boleh datang ke pemakamannya.
Ayah mengerutkan dahi dan sedikit memicingkan mata, "Kenapa kamu tiba-tiba nanya itu?"
"Jawab dulu pertanyaan aku, Yah."
"Ayah liat."
"Gimana kondisinya?"
"Biasa aja, kurus gitu. Efek dari sakit."
"Ayah gak bohong?"
"Kok kamu malah ngeraguin ayah."
"Soalnya, kakek kasih gambaran dia pas meninggal. Semua jin pesugihan datang ke rumahnya, terus gerogotin badannya."
Ayah menghela napas, "Seharusnya dia gak nunjukin itu. Ayah sengaja nutupin semua dari kamu. Kondisinya emang sangat memprihatinkan."
Ayah bercerita, hari itu Nyi Ambar datang dan memberitahu tentang kematian kakek. Bergegas ia dan Pak Ryan datang ke Cirebon untuk mengecek kebenarannya. "Waktu ayah sampe di sana, tubuhnya udah tegeletak di depan gubuk, El. Cuman tinggal tulang yang gosong," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]
HorrorGilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum membaca tulisan ini.