"Apa rumah sakitnya jauh dari sini?" tanyaku.
"Lumayan," balas Griselle sembari fokus menatap jalan.
"Apa Gilang baik-baik saja?"
"Menurut, Lu?"
"Saya tidak tau, makanya bertanya sama kamu."
"Dia gak baik-baik aja."
"Kondisinya bagaimana?"
"Nanti lu liat aja sendiri! Bawel amat!"
"Oke."
Setelah menempuh kurang lebih setengah jam perjalanan, kami tiba di rumah sakit. Penampakan kami yang berdarah-darah sempat menjadi pusat perhatian. Salah satu perawat terlihat panik dan langsung mengajak Griselle ke ruangan IGD, tapi ia menolak. Malah mengajakku naik ke lantai tiga.
Saat pintu lift terbuka, terdengar suara orang teriak-teriak. Aku juga bisa melihat ada dua perawat terlihat panik di koridor. "Itu pasti Gilang!" ucap Griselle seraya mempercepat langkah.
Aku sungguh penasaran dengan apa yang terjadi pada Gilang, sampai ia teriak-teriak seperti itu. Kemudian, ikut mempercepat langkah meski badan ini rasanya masih remuk.
"Mbak El," sapa kedua perawat. "Dari tadi dia ngamuk-ngamuk kaya orang kesurupan."
Aku mengintip ke dalam. Gilang sedang mengamuk dan berusaha melepaskan ikatan di kaki dan tangannya. "Mau apa kamu ke sini!" hardiknya sembari menatap Griselle.
Griselle meminta perawat untuk ke luar dan meninggalkan kami. Kemudian ia menutup pintu. "Jangan buat kerusuhan di sini Kenanga!" hardiknya.
Aku fokus dan menatap Gilang. Di dalam tubuhnya ada Kuntilanak Kuning yang kemarin datang ke rumah. Fokus ini beralih pada rantai kuning yang melilit tubuh Gilang. "Rantai apa itu?" tanyaku.
"Kenanga yang mengikat sukma Gilang."
"Kok dia bisa ngelakuin itu?"
"Emang lu tau ritual itu?"
"Tau. Intinya Gilang melakukan hubungan terlarang dengan Kuntilanak, lalu tercipta sebuah ikatan jiwa antara mereka berdua," jelasku.
"Ya, bener. Lu tau cara ngelepasnya?"
"Tidak tau. Ellea tidak memberitahu caranya."
"Ellea siapa?"
"Adik saya."
"Coba tanyain sama dia gimana cara ngelepasnya."
"Adik saya sudah lama meninggal," balasku.
"Oh, maaf," balas Griselle.
"Terus ini gimana? Dari tadi kasian udah teriak-teriak malah kita cuekin?" Griselle menatap Gilang yang masih mengamuk.
"Saya baru ingat sesuatu. Dulu ada Kuntianak Merah bernama Dahlia. Dia suka sekali melakukan cara yang sama untuk menjerat pria. Tidak ada satupun korbannya yang selamat, kecuali ... pria yang membawanya ke Jakarta."
"Lu kenal orangnya?"
"Tidak."
"Percuma aja kalau gitu. Biar gua beresin deh."
"Kamu jangan sampai melukai Kuntilanak itu, karena Gilang juga akan ikut terluka."
"Gua juga tau!" balasnya, ketus.
Griselle memegang kepala Gilang dan merapal sesuatu. Kenanga menggeliat kepanasan, tapi ia menolak ke luar dari tubuh Gilang.
Kakek Abdullah, Nyi Ambar, dan Kakek Danu datang. "Gimana cara bawa Gilang dalam kondisi kaya gini, Nyi?" tanya Griselle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]
HorrorGilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum membaca tulisan ini.