Kematian Cakra

7.3K 805 56
                                    

Kera Putih melompat-lompat di udara sembari mengayunkan tombaknya. Ujung tombak itu tepat mengenai tongkat kakek cebol, hingga tongkatnya patah. Sontak Kakek itu melangkah mundur.

"HAHAHAHA!" Sukma Pria berbentuk Kera tertawa meledek. "Segitu aja kemampuan kamu Ki Kendil?" ucapnya.

"Jangan sombong kamu Cakra!" sahut Ki Kendil. Akhirnya aku tau nama keduanya. Sisa dua orang ini yang belum memperkenalkan diri.

Pria yang dilindungi Siluman Monyet memberikan pedangnya pada Ki Kendil. Sejujurnya aku ingin tertawa melihat kakek bertubuh kecil memegang pedang emas besar. Bahkan panjang pedang itu melebihi ukuran tubuhnya.

"Ayah! Tangkep!" Wanita itu melemparkan keris yang dari tadi berputar-putar di atas kepalanya.

"Oh, ternyata mereka ayah dan anak," batinku seraya mengamati.

"Kamu tidak mau membantu mereka, Bi?" ucap Kakek Danu.

"Bantunya gimana, Kek. Kera Putih itu sangat kuat."

"Coba kamu pikirkan gimana caranya mengalahkan Kera Putih."

Aku berpikir sejenak, "Saya tidak tau, Kek."

"Jin Penjaga akan kehilangan tujuan ketika tuannya mati."

"Jadi maksud kakek, saya harus bunuh orang itu? Yang ada malah saya yang dibunuh, Kek. Kemampuan saya tidak sehebat dia."

"Kamu tidak perlu mengotori tangan. Tugas kamu hanya memaksa sukmanya kembali ke tubuhnya. Setelah itu, biar dua orang itu yang menghabisinya."

"Ya ampun, Kek. Kemarin sukma saya saja diikat oleh Kuntilanak Kuning. Kalau lawan dia, bisa-bisa sukma saya malah dihancurkan."

"Kamu tenang saja dan percaya sama kakek."

"Baiklah!" Aku duduk bersila sembari menyandarkan punggung ke pintu. Saat sukma ini ke luar dari tubuh. Kakek Danu memegang tanganku. Ada aliran energi yang sangat dahsyat masuk ke sukmaku. Tiba-tiba pakaian ini berubah sepertinya. Pakaian adat sunda, lengkap dengan kujang yang menggantung di area pinggang. "Sekarang kamu pasti bisa menghadapinya," ucapnya.

Aku melesat dengan cepat ke arah tubuh Cakra. Dengan menghajar tubuhnya, pasti sukmanya terpaksa harus kembali. "Mau apa kamu?" Sukma Cakra berdiri menghadang dan melayangkan pukulan.

Buk!

Aku bisa menahan pukulan. Belum sempat merayakan keberhasilan itu, tiba-tiba ada tangan besar berbulu putih menghajarku dari samping. Aku langsung terpental cukup jauh. Ternyata si Kera Putih tetap memperhatikan tuannya. Padahal tadi ia sedang sibuk menghadapi serangan dari Nyi Ambar, Ki Kendil, dan Kakek Danu.

"Alby, pakai kujang itu untuk melawannya," perintah Kakek Danu. Kuayunkan kujang pada sesosok Siluman yang mendekat. Tangan Siluman itu terbelah dua. "Jangan sembarangan mengayunkannya!"

"Maaf, tadi cuman uji coba," balasku.

Aku melayang mendekati Cakra dan mencoba menyerangnya dengan kujang. Entah bagaimana ia bisa menangkap kujangku dengan kedua tangannya. Kemudian menariknya dengan kencang hingga terlepas dari genggamanku. "Ini hanya mainan anak kecil!" ledeknya, seraya melempar kujangku. Aku benci sekali melihat wajahnya yang berbentuk kera.

Cakra meraih leherku.

"El! Bantu dia!" teriak seseorang di belakangku.

El? El siapa? Apakah Ellea datang? Aku tak bisa melihat ke belakang, karena Cakra mencengkram leherku begitu kencang. Tak lama, sukma Wanita itu sudah berada di sampingku. "Nyusahin aja," ucapnya, lalu memukul wajah Cakra. Ternyata namanya El.

Aku bisa melepaskan diri, "Makasih."

El mengikatkan tali berwarna hitam ke tubuh Cakra. Ini lah saat yang tepat untuk menyerangnya. Kuambil kujang, lalu menusukan pada jirah yang melindungi sukma Cakra.

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang