Makhluk Besar

6K 614 36
                                    

Mr X mengangkat tangannya. Makhluk aneh berukuran besar pun berterbangan ke arah kami. Nyi Ambar terbang untuk menghadang pergerakan mereka. Ia membentang kain merah sebagai penghalang.

Kain itu robek akibat cakaran makhluk besar. Nyi Ambar menciptakan tembok berwarna merah, tapi dengan mudah dihancurkan oleh mereka. Kakek Danu bergabung sembari membawa Kujang Emas. Sebuah benturan energi pun terjadi antara Kujang Emas dengan pukulan salah satu makhluk yang wajahnya seperti ular.

"Hati-hati di lantai!" Ayahnya Griselle berteriak seraya mengentakan kakinya.

Ada semacam tentakel yang ke luar dari lantai dan berusaha menggapai kaki kami. Kakek Abdullah menarik satu tentakel, lalu terbang ke udara. Terlihat sosok berbentuk gurita ikut tertarik olehnya.

BRAK!

Pintu di belakang kami terbuka. Ada puluhan Kuntilanak, Pocong dan beberapa jin Qorin yang menyerang kami. Griselle mengeluarkan keris saktinya dan menghabisi mereka satu persatu.

"Kita tidak bisa berdiam diri saja," ucap Alby.

"Iya," balasku.

Alby melepaskan sukmanya, lalu terbang membantu Kakek Danu yang mulai kewalahan mengahadapi serbuan makhluk besar yang tak ada habisnya. "Bapak bisa jagain badan kita?" tanyaku pada ayahnya Griselle. Sangat bahaya jika tubuh kami diambil alih oleh salah satu makhluk itu.

"Bisa," balasnya.

"Makasih." Aku melepaskan sukma dan memanggil pedang Scimitar. Dengan tebasan yang luar biasa, berhasil memotong tentakel yang membelit Kakek Abdullah. "Kakek gak apa-apa?" tanyaku.

"Kenapa kamu melepaskan sukma?" balasnya.

"Soalnya gak enak masa nonton doang."

"Melepaskan sukma di saat ada banyak jin di sekitar kita itu sangat berbahaya."

"Tenang. Ada ayahnya Griselle yang jaga."

Tiba-tiba muncul burung besar berwarna hitam dari langit-langit. Burung itu menyerang Kakek Abdullah dengan cakarnya. Kakek Abdullah menahan serangan dengan tongkat kayu miliknya.

Di saat bersamaan, ada tentakel yang menarik kakiku. Saat akan mengayunkan pedang, tentakel lain terlebih dulu melilit pedangku. Nyi Ambar menoleh padaku, lalu melemparkan tusuk konde emas.

DUAR!

Tentakel yang melilit pedangku hancur seketika. Dengan cepat aku mengayunkan pedang dan memotong tentakel yang lainnya. "Ada yang tau cara ngebunuh Gurita?" tanyaku.

"Kamu potong lehernya, Lang," sahut Alby, sembari menghindari serangan dari Ular Besar.

"Lehernya mana?" tanyaku, seraya mengamati makhluk berbentuk gurita yang dari tadi bergerak-gerak tak jelas.

"Ada di bawah kepala!" sahut Alby.

"Itu gua juga tau!"

"Kenapa masih bertanya?"

Aku kesulitan mencari lehernya, karena tertutupi oleh belasan tentakel yang meliuk-liuk. Tentakel itu sungguh luar biasa. Sudah dipotong pun tetap tumbuh kembali.

Argh! Bruk!

Alby tiba-tiba meluncur ke tanah. Akibat terkena kibasan ekor Ular Besar.

Cuih!

Ular itu menyeprotkan racun ke arah Alby. Nyi Ambar menarik tubuh Alby dengan selendangnya. Sehingga tidak terkena racun ular yang mematikan.

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang