Wujud Mr X

6.1K 520 14
                                    

"Berarti kita harus memaksa Mr X ke luar dari tubuh Magdalena," ucap Alby.

"Benar," sahut Kakek Abdullah.

"Apa bener-bener gak bisa diliat bentuknya kayak gimana, Bi?" Seharusnya Alby atau Griselle bisa melihat jin yang ada di tubuh Magdalena.

"Tidak bisa, Lang. Ada kabut hitam yang sangat pekat menutupi tubuh Magdalena," balas Alby.

Hmm, berarti sama dengan yang aku lihat. Hanya aura hitam yang sangat pekat saja. Aku sampai tidak bisa mengukur level kekuatannya.

"Sebaiknya kalian tidak ikut dalam pertarungan," ucap Nyi Ambar.

"Kenapa, Nyi?" tanya Griselle.

"Ketika Mr X mengendalikan tubuh manusia, maka itu akan berbahaya untuk kalian," jelas Nyi Ambar.

"Berbahaya kenapa?" tanyaku, bingung.

"Karena bisa melukai kita secara langsung," balas Alby.

"Oh, oke!" Aku sudah mengerti maksudnya.

"Apalagi Magdalena termasuk anggota sekte yang memiliki banyak kemampuan," ucap Alby.

"Iya, dia lumayan berbakat," balas Griselle.

"Biar kami saja yang memaksa Mr X ke luar dari tubuh anak itu," ucap Kakek Danu.

Aku diminta berdiri dekat dengan tubuh ayahnya Griselle yang sudah menghitam. Setiap kali melihatnya, perasaan ini menjadi sedih. Namun, perasaan sedih sama sekali tidak terpancar dari wajah Griselle.

Griselle terus menatap ke arah mantan temannya, Magdalena. Tangannya terus mengepal seperti ingin ikut bertarung.

Aku pun begitu, ingin sekali menampar wajah Magdalena. Namun, jika diingat kembali pertarungan terakhir kami. Ia sudah lumayan kuat. Tak terbayang kekuatannya saat dirasuki oleh Mr X. Sekarang hanya tinggal berharap Kakek Abdullah dengan yang lainnya berhasil menarik Mr X ke luar.

Kakek Danu merapal ajian dan tercipta sebuah bola cahaya berwarna putih. Bola cahaya itu dilemparkan ke arah Magdalena. Hanya dengan sedikit gerakan kepala, bola cahaya menghilang. Sungguh kekuatan yang luar biasa.

Kakek Danu mencoba melancarkan serangkaian serangan, tapi Magdalena tetap bergeming dengan tatapan tajam dan wajah yang tidak terlihat panik. Magdalena menghentakkan kaki, lalu muncul tembok besar dari lantai. Tembok itu menghalau semua serangan Kakek Danu.

Magdalena mulai bergerak maju, dari tangan kanannya terlihat ada semacam api berwarna hitam. Api itu terbang ke arah Kakek Danu.

Nyi Ambar mencoba menahan pergerakan api itu dengan selendang merahnya. Namun, selandangnya langsung terbakar. Sementara, api itu terus mengejar Kakek Danu hingga harus terbang mundur.

Ki Panca melemparkan tongkat kayu miliknya. Sebuah benturan energi pun terjadi. Benturan yang membuat api hitam itu kian membesar. Tongkat kayu pun hangus dilalap api hitam.

Kakek Abdullah terbang mendekati api itu. Kemudian menciptakan perisai cahaya. Perisai itu bisa menahan pergerakan api hitam. Kemudian, Kakek Abdullah mengurung api hitam dalam bola cahaya.

"Awas!" Griselle berteriak.

Sontak pandangan ini mengarah pada Magdalena. Di tangannya ada sebuah tombak panjang berwarna hitam. Ia melemparkan tombak itu ke arah Kakek Abdullah.

"Kakek!" teriakku. Kakek Abdullah dengan cepat menggerakkan bola cahaya untuk menahan laju tombak.

DUAG!

Terjadi benturan dahsyat yang membuat bola cahaya pecah. Api hitam kembali berkobar, kini jauh lebih besar.

"Lu tau itu api apa, El? Soalnya dari tadi susah banget dipadamin," ucapku.

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang