"Jadi ini makhluk mau kita apain?" ucap Ustad Azzam.
"Habisi saja!" sahutku dengan semangat.
"Menghabisinya bisa menciptakan masalah baru. Ratu Kuntilanak pasti akan marah besar dan saya khawatir dia bakal ngelakuin sesuatu ke sukma Gilang," balas Griselle.
"Apa kamu punya ide?" tanya Habib Husein pada Griselle.
"Kita jadiin dia sandera untuk dituker sama sukma Gilang," usul Griselle.
"Wah benar juga," sahutku.
"Yang jadi masalah itu, gimana caranya pergi ke tempat Ratu Kuntilanak?" tanya Ustad Azzam.
"Harus orang yang udah biasa pergi ke alam jin," balas Habib Husein sembari melirik Griselle.
"Saya bisa pergi ke sana." Griselle pun setuju.
"Apa kamu bisa pergi sendirian?"
"Ratu Kuntilanak itu termasuk entitas yang kuat dan berumur ribuan tahun. Sangat berbahaya jika Griselle pergi sendirian," ucapku.
"Kamu mau ikut juga?" tanya Habib Husein.
"Boleh." Aku sudah lama tidak jalan-jalan di dunia jin.
"Oke kalian pergi berdua. Saya dan yang lain akan bantu doa dari sini."
Griselle duduk bersila dan melepaskan sukma. Sementara aku mendapatkan tugas memegang tali yang mengikat Kenanga. Kemudian kami pergi ke Gunung Sanggabuana. Nyi Ambar dan Kakek Abdullah muncul, menemani jalan kami menyusuri hutan.
"Di mana tempatnya?" Aku membentak Kenanga.
"Di sana!" Ia menunjuk ke arah kiri.
Kami pun mengikuti arahannya. Terdengar suara tawa cekikikan kecil berpindah dari pohon ke pohon. Aku mulai curiga kalau ini bukan jalur yang sebenarnya. "Berhenti!" ucapku seraya menghentikan langkah dan mengedarkan pandangan.
"Kamu menyadarinya! Hihihihi," seru Kenanga.
Puluhan Kuntilanak Merah muncul dari balik pepohonan. "Kamu bercanda? Cuman beginian aja?" ledek Griselle, seraya menghentakan kaki, membuat sekumpulan Kuntilanak itu lari.
Griselle mendekati Kenanga dan menarik lidahnya, "Ngomong jujur atau gua po-tong lidah lu!" ancamku.
"Di kanan! Kanan!" balasnya, panik.
"Nah gitu dong."
Nyi Ambar dan Kakek Abdullah hanya tersenyum saja. Pasti mereka sudah tau akan hal ini. Kami mengambil jalur berlawanan dan bertemu dengan puluhan gubuk kayu beratap jerami.
"Ini tempat mereka mengurung Gilang," ucap Nyi Ambar. "Setiap gubuk itu berisi satu laki-laki yang nanti akan dijadikan budak oleh mereka."
"Apa Gilang sudah jadi budak mereka?" tanyaku.
"Ssmoga saja belum, karena kalau sampai sudah menjadi budak mereka. Akan sangat sulit dibawa pergi."
"Terus kita harus gimana, Nyi?" tanya Griselle.
"Begini." Nyi Ambar membentangkan selendang merah hingga melilit tubuh Kenanga, lalu melempar makhluk jelek itu ke depan.
Kenanga menjerit kesakitan dan meminta tolong. Tak berselang lama suasana berubah menjadi riuh. Ratusan Kuntilanak beraneka warna berdatangan. Aku bisa merasakan ada energi hitam yang sangat besar mendekat. Terlihat seorang wanita cantik berkebaya hitam sedang melayang di udara.
"Ratu Kuntilanak datang," ucap Griselle dengan suara pelan.
Ratu Kuntilanak berdiri di depan Kenanga dan menatapnya, "Kenapa kalian mengikat dia?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]
HorrorGilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum membaca tulisan ini.