Mr X

8.1K 808 33
                                    

Seminggu berlalu, sudah muncul tiga berita kecelakaan dengan total empat orang meninggal dunia. Dahayu ini seperti sedang kejar setoran. Padahal perjanjiannya hanya 50 nyawa pertahun. Aku coba meminta Mas Cakra untuk menahan Dahayu agar tidak kebablasan.

Tok! Tok!

"Masuk!" ucapku.

Ayah masuk ke kamar, "El, nanti malem kamu ikut ritual?"

"Ritual apa?"

"Pelantikan anggota baru."

"Hah? Kok Magdalena atau Mas Cakra gak ngasih tau, ya? Padahal baru aja chat-an."

"Mungkin lupa. Nanti malem juga sekalian ada pelantikan anggota untuk gantiin Ryan."

"Siapa?" Pilihannya hanya Ansel atau Magdalena.

"Kayanya Ansel, dia kan deket sama Mr X."

"Iya, sih." Padahal aku berharap Magdalena yang naik. Namun, dari segi kekuatan ia memang masih kalah dengan Ansel. "Ayah mau dateng?"

"Dateng, soalnya Mr X juga dateng."

"Kalau Haji Rofi?"

"Kayanya dia masih ngumpet."

"Iya, sih. Buronan satu Indonesia, gak boleh sampe gerak sembarangan."

"Yaudah, ayah berangkat dulu."

"Oke."

Tak lama setelah ayah pergi, aku mendapatkan pesan dari Magdalena. Ia memintaku untuk mencari klinik aborsi. "Lu yang disuruh nyari janinnya?" tanyaku, lewat sambungan telepon.

"Iya nih, El. Lu tau gak kliniknya di mana?" balasnya.

"Biasanya di Jakarta Timur."

"Temenin gua dong."

"Aslinya gua lagi males ke luar, Len."

"Ayolah, El."

"Lu jemput gua aja."

"Oke. Sebentar lagi gua ke rumah lu."

"Sejam jam lagi aja, Len. Gua mau sarapan sama mandi dulu."

"Sip!"

__________

Satu jam kemudian, mobil Magdalena sudah terparkir di luar pagar. Bergegas kami pergi ke klinik aborsi. "Lu gak punya nomer telpon dokternya gitu?" tanya Magdalena, sembari menatap jalan raya.

"Kagak, Len. Nanti tanya langsung aja ke dokternya."

"Ntar gua dikira mau periksa kandungan."

"Lu cari dokter Agatha, terus bilang mau beli janin."

"Kalau janinnya gak ada gimana?"

"Ya cari tempat lain. Lagian nyari janin dadakan banget."

"Ini kan perintahnya Mr X. Ngadain ritual kok dadakan."

"Iye, gua aja kagak dikasih tau bakal ada ritual pelantikan malem ini."

"Kok bisa?"

"Entahlah."

Setelah menempuh satu jam perjalanan, kami pun sampai di depan klinik aborsi. Magdalena langsung turun dari mobil dan masuk ke klinik. Cukup lama aku menunggu di mobil, sampai akhirnya ia terlihat sednag berjalan ke luar sambil membawa kantung kresek hitam.

"Ada, dong!" serunya seraya masuk mobil dan menaruh janin itu di kursi belakang.

Jujur, aku tak begitu suka dengan bau anyirnya, sangat berbeda dengan bau darah korban kecelakaan. "Menurut lu siapa yang mau naek pangkat?"

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang