Pertarungan Sengit

5.9K 620 40
                                    

"Biar saya saja yang menghadapi Kendil," ucap Nyi Ambar, secara tidak langsung meminta Kakek Abdullah dan Danu mundur.

"Apa Nyi Ambar bisa ngelawan Ki Kendil yang bentuknya gitu?" tanyaku pada Griselle.

"Dari segi umur dan pengalaman, Nyi Ambar jauh di atas Ki Kendil," balasnya.

"Kalau dari segi kekuatan?" Ki Kendil yang sudah dirasuki banyak jin pesugihan pasti memiliki kekuatan yang dahsyat. Aku pun bisa merasakan energi hitam yang pekat di sekitarnya.

"Gua belum pernah ngeliat Nyi Ambar bertarung dengan kekuatan penuh." Mata ini fokus pada Ki Kendil, yang bentuknya sungguh menyeramkan. Wajahnya masih kakek-kakek, tapi badannya besar seperti Hulk. Ia memegang tongkat berlapis emas.  Ia mulai bergerak. "Nah pertarungan dimulai!" seruku, seakan-akan sedang menonton film secara siaran langsung.

Ki Kendil melayang, sejajar dengan Nyi Ambar. Matanya menatap tajam. Deru napasnya begitu cepat, menandakan napsu membunuh yang begitu besar. Entah kenapa suasana di bangku penonton berubah menjadi tegang. Terutama Griselle yang beberapa kali mengubah posisinya.

Ki Kendil melakukan hentakan yang menimbukan suara gemuruh di ruangan. Nyi Ambar masih bergeming, tak terganggu sedikit pun dengan suara hentakan itu. Hentakan kedua terdengar, kali ini diikuti dengan tubuh Ki Kendil yang meluncur dengan cepat ke arah Nyi Ambar.

Nyi Ambar mengayunkan tangannya ke depan dengan cepat. Ada energi berwarna merah memancar dan menghalau serangan dari Ki Kendil. Nyi Ambar menatap tangan kirinya. Tak lama, terlihat bola angin berwarna merah muncul. Bola angin itu dilemparkan pada Ki Kendil. Namun, Ki Kendil bisa memecahnya dengan tongkat emas.

Nyi Ambar tidak berhenti sama di sana. Kali ini ia memunculkan bola angin dalam jumlah banyak. Dengan gerakan elegan, ia melemparkan bola-bola itu menuju Ki Kendil. Dengan sigap, Ki Kendil mengayunkan tongkat emasnya dengan kekuatan penuh. Menciptakan tembok angin berwarna hitam, yang sukses memantul semua serangan Nyi Ambar.

Sejauh ini, pertarungan berjalan dengan seimbang. Namun, aku khawatir jika terus berlangsung seperti ini, Mr X akan turun tangan. "Apa gak sebaiknya kita bantu Nyi Ambar?" tanyaku.

"Tidak perlu, dia bisa mengatasinya sendiri," sahut Kakek Danu.

"Gimana kalau Mr X ikut nyerang?"

"Dia gak bakal ngelakuin itu, Lang. Mr X gak pernah maen kroyokan," balas Griselle.

"Ah gua kagak yakin, buktinya Haji Rofi aja maen kroyokan."

"Kita liat aja, kalau sampe Mr X bergerak kita harus turun tangan."

"Semoga aja dia beneran gak bakal curang." Entah kenapa aku tak begitu percaya dengan Mr X. Ia pasti akan mengambil kesempatan menyerang Nyi Ambar di saat lengah atau sudah lemah.

Tembok angin menghilang, Nyi Ambar terbang lebih tinggi. Ia mengepalkan tangannya, dan gelombang energi merah memancar ke luar dari tubuhnya. Serangan tenaga dalam luar biasa itu meluncur cepat ke arah Ki Kendil.

Dengan bantuan tongkat emas, Ki Kendil kembali berhasil mematahkan serangan Nyi Ambar. Hanya dengan satu pukulan, gelombang energi merah berhasil dipecahkan.

Setelah melihat beberapa serangan Nyi Ambar yang bisa ditangkis dengan mudah, aku menjadi sangat khawatir. Takut, kalau ia akan dikalahkan oleh Ki Kendil. Kemudian, kami harus berhadapan dengan Ki Kendil dalam wujud yang menyeramkan itu.

Pertarungan terus berlangaung dalam kecepatan yang luar biasa. Keduanya saling melakukan serangan, tapi tak ada satu pun yang berhasil mengenai tubuh mereka. Sungguh pertarungan yang sengit.

Nyi Ambar terus melancarkan serangan tenaga dalam yang tak terhitung jumlahnya. Sementara Ki Kendil terus menghancurkan serangan itu dengan tongkatnya. Namun, perlahan tapi pasti, Nyi Ambar menemukan sebuah celah dari pertahanan Ki Kendil.

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang