"Alby!" Gilang berteriak.
"Ada apa?" tanyaku, bingung.
"Gua liat setan!"
"Di mana?"
"Di luar!"
"Mata batin kamu terbuka kalau ada bahaya. Berarti ...." Aku melangkah mendekati jendela kamar, lalu mengintip ke luar. Ada sesosok Kuntilanak Kuning sedang duduk di pagar dan seseorang beraura gelap yang sedang berdiri di depan rumah. "Gawat!"
"Ada apa?" tanya Gilang dengan wajah kebingungan.
"Ada yang mau menyerang rumah ini."
"Siapa?"
"Sepertinya anggota sekte yang kamu ceritakan."
"Aduh, gimana ini?"
"Kamu tenang saja." Aku menutup mata, lalu memanggil Kakek Danu.
"Lu ngapain, Bi?" ucap Gilang.
"Manggil penjaga saya. Sekarang kamu fokus berdoa saja, Lang."
"Oke."
Ada kontak batin dari Kakek Danu. Ia bilang tidak bisa memasuki area rumah ini karena ada yang menghalangi. Aku meningkatkan fokus, mengamati area sekitar. Sudah ada puluhan Pocong Merah berdiri di depan rumah.
"Hua!" Gilang berteriak karena melihat Margaret yang tiba-tiba masuk kamar. "Setan!" teriaknya.
"Itu Margaret, teman saya," balasku.
"Ada seorang wanita sedang duduk di dalam mobil. Dia yang menutup area ini," ucap Margaret. Berarti ada dua orang yang datang, entah apa tujuannya.
Brug! Brug!
Terdengar suara berisik di atas. Margaret menengadah, "Pocong-pocong itu ingin masuk ke dalam."
"Lang, kamu bilang punya penjaga dari tanah arab?" tanyaku.
"Iya, namanya Kakek Abdullah."
"Bisa tolong panggil dia. Jin dari tanah arab pasti memiliki kekuatan sangat besar, jadi bisa mengatasi dua orang ini."
"Caranya?" sahutnya yang sedang duduk di atas kasur sambil merapatkan punggung ke tembok.
"Bayangin aja, sambil manggil namanya."
"Oke." Gilang menutup matanya. Tak berselang lama terdengar suara ledakan.
"Dia datang dan berhasil mengusir Pocong itu," ucap Margaret.
Aku duduk di lantai. "Mau ngapain lu, Bi?" tanya Gilang.
"Kamu fokus berdoa aja," sahutku, lalu menutup mata. Kulepaskan sukma dari dalam tubuh. Demi melihat situasi di luar.
Seorang kakek berwajah arab terlihat terbang di atas rumah. "Masuk! Jangan ke luar!" perintahnya.
Belum sempat kembali ke kamar, aku melihat ada sukma seseorang yang terbang melesat ke arahnya. "Awas, Kek!" teriakku.
DUAG!
Terjadi benturan energi yang sangat besar. "Tolong lindungi Gilang!" ucap Kakek Abdullah seraya menahan serangan.
Aku kembali ke kamar, tapi malah dikejutkan dengan kehadiran Kuntilanak Kuning. Margaret pun sudah tidak terlihat. Sementara Gilang tampak ketakutan di sudut kamar. Saat sukma ini akan masuk ke dalam tubuh, Kuntilanak Kuning menghalangi dan mengikatku. Kemudian ia mendekati Gilang.
"Hua! Bi! Bangun, Bi!" Gilang berteriak. Aku tak bisa menolongnya. Kuntilanak Kuning menarik kaki Gilang. "Tolong! Tolong!" Ia berhasil di tarik ke luar kamar. Beberapa saat kemudian suaranya menghilang. Suasana menjadi hening. Kakek Danu dan beberapa sesepuh lain datang dan melepaskan ikatan. Bergegas sukmaku kembali ke tubuh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]
HorrorGilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum membaca tulisan ini.