"Woah!" Hazim cukup terkejut saat melihat Genderuwo itu. "Itu beneran Genderuwo?" Ia masih tak percaya dengan penglihatannya.
"Iya, Raja Genderuwo," sahutku.
"Gua baru liat yang segede ini."
"Sama saya juga."
Kulirik Habib Husein yang sedang fokus merapal doa. Tiga pendampingnya sudah berdiri rapih di depannya.
Bruk!
Mataku langsung fokus pada Griselle yang tiba-tiba terlempar ke lantai. "El! Kamu tidak apa-apa?" tanyaku.
"Aman! Tolong lepasin bokap gua, Bi!" sahutnya, sembari duduk bersila dan melepas sukma.
"Oke!" Aku melangkah maju. Beberapa anggota sekte menghadang. Mereka pasti anggota baru. Pendampingnya saja hanya Kuntilanak biasa.
Kakek Danu dan beberapa sesepuh pun datang, membuat wajah anggota sekte berubah panik. Hanya dalam sekejap, Kuntilanak peliharaan mereka sudah tumbang. Kakek Danu masuk ke tubuhku, lalu menghajar anggota sekte itu satu persatu.
Dug!
Raja Genderuwo menghentakan kakinya di dekatku. Seketika itu, tubuhku kehilangan keseimbangan. Beberapa sesepuh yang tadi mendampingiku dengan mudah ia kalahkan. Sontak aku melangkah mundur.
Griselle mengeluarkan keris dari dalam tubuhnya, kemudian menusukkan keris itu ke tubuh Raja Genderuwo. Makhluk besar itu berteriak kencang, hingga menggetarkan benda-benda yang ada di gudang.
"El!" Ayahnya Griselle tersadar.
"Ayah!" balas Griselle.
Ada kabut hitam tebal menyelimuti gudang. "Mundur, Bi!" perintah Habib Husein. Aku melangkah mundur dan mendekat padanya.
Wus!
Tiba-tiba kabut itu menghilang. Kini aku bisa melihat beberapa anggota sekte yang tersisa sudah tergeletak di lantai, hanya menyisakan Ansel.
Ayahnya Griselle sudah berdiri tepat di belakang Ansel. "Kamu pikir anak kemaren sore bisa ngalahin saya?" ucapnya. Ternyata kabut itu berasal darinya.
Ansel menutup mata, lalu berbalik badan dan menendang ayahnya Griselle. Brug! Ia terpental dan membentur rak barang. Kemudian, Ansel menjatuhkan beberapa rak dengan tenaga dalam, hingga menimpa tubuh ayahnya Griselle.
Griselle yang marah, kembali menusukan keris ke tubuh Raja Genderuwo yang dari tadi menghalangi. Sosok besar itu kembali berteriak kesakitan dan mencoba menghantam Griselle dengan telapak tangannya. Griselle berhasil mengelak dan memukul kepalanya.
Ansel terlihat merapal mantra. Ada sebuah bayangan hitam ke luar dari tubuhnya dan meluncur ke arah Griselle. Tiga penjaga Habib Husein terbang dengan cepat untuk menghadangnya. Terjadi pertarungan antara energi hitam dan putih.
"Maju, Bi!" perintah Habib Husein.
Kakek Danu masuk ke dalam tubuhku. Lalu, aku berlari dengan kencang ke arah Ansel. Di dampingi oleh penjaga Fahad dan Hazim. Kulayangkan pukulan ke bagian wajah. Bruk! Ansel gagal menangkisnya.
"Cuih!" Ia meludah. Ludah yang berwarna kemerahan. "Beraninya keroyokan!" ucapnya.
"Ayah! Panggil semuanya!" imbuhnya.
Raja Genderuwo menepukan tangannya berkali-kali. Tak lama, ada puluhan Genderuwo yang ukurannya tak kalah besar berdatangan.
Ihik! Ihik!
Terdengar suara ringkikan kuda. Aku mengedarkan pandangan mencari sumber suara itu. Kuda Ungu! Ia sedang berlari-lari di udara. Aku bisa merasakan aura yang sangat negatif menyelimuti tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]
HororGilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum membaca tulisan ini.