Mata Batin Terbuka (POV - Gilang)

8K 819 93
                                    

Di hari sabtu yang cerah ini, aku hanya selonjoran di kasur sembari video call dengan Ega. "Ntar malem ke luar, Yuk!" ucapnya.

"Emang lu ada di rumah?" tanyaku.

"Ada. Tuh liat!" Ega menunjukan kamarnya.

"Bah, lu dah kelar PKKMB?"

"Udah dong. Sama kaya lu."

"Dalam rangka apa lu balik ke rumah?"

"Saudara gua besok nikahan. Ntar senin pagi gua balik lagi ke Jogja."

"Yaudah yuk, ke luar. Bosen gua di dalem kamar, liatin Mas Alby lagi ngetik," sindirku sambil melirik Alby. Sudah beberapa hari ini ia resmi menjadi penghuni rumah ini. Sesuai dengan pesan Kak Nasrul, cari teman untuk tinggal di rumah, agar aku tidak sendirian.

Alby lebih tua dua tahun dariku. Ia juga merupakan seorang penulis novel horor. Beberapa karya mendapatkan Best Seller, aku sempat membaca salah satunya yang bejudul Ellea. Cerita tentang adiknya sendiri. Satu hal yang spesial darinya adalah ia bisa melihat makhluk gaib.

"Ngetik apaan dia?" Sebelumnya Ega sudah berkenalan dengan Alby, karena aku memasukannya ke grup WhatsApp. Malahan Reyhan sudah mengenalinya lebih dulu.

"Surat Wasiat!"

"Jrit, ajakin dia jalan-jalan juga lah."

"Coba gua tanyain, ya. Bibi. Bibi." Aku memanggil Alby yang sedang berkutat dengan laptopnya.

"Apa?" sahutnya tanpa menoleh.

"Main yuk!"

"Saya lagi sibuk, Lang."

"Si Ega ngajakin maen tuh."

"Memangnya dia ada di Jakarta?"

"Iya. Mau gak?"

"Saya sedang malas."

Aku melirik ponsel, terpampang wajah Ega. "Lu yang ngomong sendiri aja, Ga!"

Aku menghadapkan layar ponsel ke arah Alby. "Mas Alby, dari pada malam minggu di kamar, mending ikut jalan-jalan sama kita," rayu Ega.

"Jalan-jalan ke mana?" balas Alby.

"Ke Mall. Nongkrong-nongkrong sambil cuci mata."

"Oke."

"Lah! Gampang amat setujunya," protesku.

"Kasihan Ega sudah datang jauh-jauh dari Jogja," balas Alby.

"Sebelum magrib lu ke sini, Ga. Diskusiin mau pergi ke mana."

"Siap!"

"Dah ya. Gua matiin. Rusak layar handphone gua kalau kelamaan muncul muka lu."

"Sia...!" Kuputus sambungan video call.

Aku duduk di ujung kasur. "Lu lagi ngetik cerita gua, ya?"

"Bukan, ini Cerita Horor Kampus."

"Emang kampus kita banyak setannya?"

"Banyak apalagi di gedung lama."

"Setannya apa aja?"

"Kalau di gedung lama itu rata-rata hantu Belanda."

"Temennya Margaret dong." Margaret ini adalah anak Belanda yang selalu menemani Alby ke mana-mana.

"Tidak semua hantu Belanda bisa berteman."

"Oh gitu. Kalau tempat paling angker di kampus di mana?"

"Fakultas Kedokteran, karena di sana ada Kadaver untuk praktikum."

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang