Siluman Serigala

6.7K 670 62
                                        

Energiku mulai terkuras habis, sementara posisi ini belum juga bergerak. Karena pasukan Anjing Hitam yang terlalu banyak. Ternyata ini sangat melelahkan.

"Bi, lu punya ide biar gua bisa nyentuh si Serigala, gak?" tanyaku.

"Saya sedang tidak memiliki ide," balasnya yang sibuk menghajar Kuda Ungu.

"El, lu ada ide?" Kini Griselle merupakan harapanku satu-satunya.

"Sebentar!" Ia sama sibuknya dengan Alby, sedang melawan puluhan Anjing Hitam yang berusaha menyerang.

"Awas!" ucap Kakek Abdullah yang berada di belakangku.

Trang!

Aku menahan kuku tajam Anjing Hitam dengan pedang. Lalu menendang bagian perutnya sampai terpental. Argh! Kalau begini terus, aku bisa mati kelelahan.

"Baca doa dan yakin pada diri kamu sendiri, Lang," ucap Kakek Abdullah yang sedang melindungi tubuhku dan Alby. Aku menutup mata, sambil merapal doa. "Jangan menutup, Lang!"

Saat membuka mata sudah ada dua Anjing Hitam yang mencoba menyakarku. Trang! Pedang Scimitar bergerak dengan sendirinya, membunuh kedua Anjing Hitam. Aku memperhatikan pedang itu dengan baik. Ada tulisan arab yang terukir indah di setiap bagiannya.

"Ini apa, Kek?" tanyaku, bingung.

"Fokus saja berdoa dan berdzikir. Kamu akan tau kemampuan yang sebenarnya pedang itu," balas Kakek Abdullah.

"Oke!" Aku mulai membaca dzikir setiap kali ada Anjing Hitam yang tewas terkena tebasan pedang. Anehnya, bukannya merasa lelah, tapi energi ini seperti terisi kembali.

Aku bagaikan psikopat yang memenggal kepala Anjing Hitam satu persatu. Kini jumlahnya semakin menipis. Namun, tak terlihat sedikit pun pergerakan dari Siluman Serigala. Padahal jarakku sudah semakin dekat.

Hanya tersisa kurang dari sepuluh Anjing Hitam, yang berjajar rapi di depan Siluman Serigala. Sebagai pemimpin pasukan, ia sungguh tega menumbalkan banyak anak buahnya. Aku mengayunkan pedang Scimitar dengan sekuat tenaga dan membuat pasukan Anjing Hitam rata seketika.

Kini hanya tinggal Siluman Serigala saja. Tak lama lagi, ia akan menyusul anak buahnya. CIATT! Aku memegang pedang dengan kedua tangan dan menebasnya.

Trang!

Siluman Serigala mampu menahan pedangku dengan kedua tangannya. Lalu, menahan pedang ini agar tidak bisa bergerak. Kucoba menariknya sekuat tenaga. Tak bisa.

Di saat itu, kakinya yang besar menendangku dengan kencang. Aku terpental cukup jauh. Dari balik tubuh Siluman Serigala, muncul sesosok makhluk aneh. Bentuknya seperti Manusia Anjing, tapi wajahnya tak asing bagiku. Haji Rofi! Sukmanya berbentuk seperti Anjing.

Haji Rofi menyerangku yang masih berbaring di tanah. Dengan kukunya yang tajam, ia mencakar-cakar tangan dan perutku.

DUG!

Tiba-tiba sukma ayahnya Griselle muncul dan menyeruduk Haji Rofi. "Kamu lawan saya saja," ucapnya.

Aku pun bangkit dan berlari ke arah Siluman Serigala. Ia melempar pedang Scimitar ke belakang dan bersiap menyambut kedatanganku. Sejujurnya nyali ini lumayan ciut saat melihatnya berdiri tegak dan menunjukan bentuk tubuh yang besar. Namun, tak ada pilihan lain. Aku harus segera mengalahkannya agar bisa membalaskan dendam ibu pada Haji Rofi.

"Kamu tidak akan bisa mengalahkannya dengan tangan kosong, Lang," ucap Alby yang sedang menarik buntut Kuda Ungu.

Sontak aku menghentikan langkah. "Kamu takut?" ucap Siluman Serigala.

"Eh bisa ngomong ternyata," balasku. Lalu mengepalkan tangan dan meniru pose ala-ala petinju. "Tangan kosong kalau berani!"

"Ini sudah tangan kosong." Siluman Serigala menunjukan kukunya yang runcing.

Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang