Semenjak ritual itu, kegiatan sekte berjalan secara autopilot, karena Mr X tiba-tiba memutuskan untuk menyusul Haji Rofi ke luar negeri. Begitu pula Mas Cakra yang masih bersemedi di gunung. Sementara aku hanya berdiam diri di kamar menghabiskan waktu dengan menonton film. Bosan sekali.
Aku bangkit lalu pergi ke dapur. Saat menuruni tangga terlihat Mbak Rini — pembantuku sedang berjalan menuju pintu depan. Di belakangnya, ada sesosok makhluk berjubah hitam mengikuti. "Mau ke mana, Mbak?" tegurku, membuat makhluk itu tiba-tiba menghilang.
Sontak ia menghentikan langkahnya dan menoleh, "Belanja, Non. Bapak bilang malem ini mau ada tamu," balasnya.
"Aku boleh ikut?"
"Saya belanja sendiri aja, Non."
"Gak apa-apa. Aku pengen ikut. Tunggu, ya!" Aku bergegas kembali ke kamar, lalu mengganti pakaian dan mengambil tas. Kemudian, menghampiri Mbak Rini yang sudah menunggu di depan. "Pake mobil aku aja," ucapku, seraya berjalan ke garasi.
Aku memintanya duduk di depan. Kemudian berangkat menuju mall terdekat. "Ayah bilang gak tamunya siapa, Mbak?" tanyaku.
"Enggak, Non," balasnya.
"Kira-kira disuruh masak untuk berapa orang?"
"Kayanya sekitar lima orang, Non."
"Oh, oke."
Kurang dari setengah jam, kami sudah tiba di Mall. Setelah belanja, aku mengajak Mbak Rini untuk makan siang. Meski awalnya ia menolak. "Mbak, kangen sama kampung, gak?" tanyaku, karena sudah hampir lima tahun ia tidak pulang ke rumahnya.
"Kangen, Non," balasnya.
"Kalau aku izinin Mbak untuk pulang, mau gak?"
"Nanti Non sama bapak gimana?"
"Gak usah dipikirin, Mbak. Sekarang kalau lapar tinggal pesen makanan online."
"Nanti yang beresin rumah siapa?"
"Gak usah dipikirin juga. Yang penting Mbak mau atau gak? Terserah mau pulang berapa lama, satu atau dua bulan juga gak apa-apa. Nanti tetep aku gaji."
"Sebenernya ada apa, Non? Apa saya ngelakuin kesalahan?"
"Mbak gak ngelakuin kesalahan apa-apa. Cuman kondisi rumah sekarang lagi kurang baik."
"Saya juga ngerasa begitu, Non. Belakangan ini sering mimpi didatengin orang pake jubah item bawa pisau."
"Nahkan, makanya Mbak pulang dulu aja. Nanti kalau rumah udah aman, baru balik lagi. Aku minta tolong banget Mbak jangan nolak."
"Yaudah, Non. Besok saya pulang kampung."
"Gak usah nunggu besok. Hari ini aja."
"Terus nanti yang masak buat tamu bapak siapa?"
"Gampang itu sih."
Mbak Rini tampak masih bingung dengan permintaanku yang begitu tiba-tiba. Bagaimanapun ini demi keamanannya. "Baik, Non," balasnya.
Aku tersenyum, "Yuk pulang!"
Sesampainya di rumah, aku menemani Mbak Rini untuk mengemas barangnya. Kemudian menyerahkan sejumlah uang untuk ongkos dan biaya hidupnya di kampung. "Ini kebanyakan, Non," ucapnya.
"Gak apa-apa, pegang aja," balasku. "Aku tunggu di depan ya, Mbak."
"Gak usah dianterin, Non. Saya bisa pake ojek online."
"Aku anter aja, gak boleh nolak," ucapku lalu berjalan ke luar. Nyi Ambar sudah menunggu di dekat mobil. Ya, aku memang sengaja memanggil. "Tolong pastiin Mbak Rini aman sampe rumah ya, Nyi," ucapku seraya masuk mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]
HorrorGilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum membaca tulisan ini.