Terdengar suara tawa menggema saat kami masuk ke dalam rumah. "Itu, Mr X," ucap Griselle. Kemudian, kami berjalan melewati koridor. "Dia pasti ada di aula tengah," imbuhnya yang berjalan paling depan. Ia juga bilang kalau aula itu biasa digunakan untuk ritual dan pertemuan.
Tak berselang lama, terlihat pintu besar bercat merah. Kriet! Pintu itu terbuka perlahan, menunjukan ruangan kosong dan besar. Di ujung ruangan ada sosok yang sedang duduk di singgasana. Dia adalah Mr X. Aura kegelapannya sungguh mengerikan.
Aku menatap singgasana yang terbuat dari tengkorak. Di atasnya Mr X duduk sambil menaruh kedua telapak tangannya di atas paha. Ia masih saja bersembunyi dibalik jubah putih dan mengenakan topeng. Kurang dari satu menit kami berdiri di sini, tak ada sedikit pun pergerakan.
Griselle melangkah ke depan. Langkahnya terhenti saat melihat Mr X menggerakan tangannya. Dalam hitungan detik, tubuh Griselle terpental ke belakang. Alby berusaha menangkapnya, tapi malah ikut terseret. Kekuatan macam apa ini?
"Ini pertama kalinya kita bertemu, Gilang Febians," ucap Mr X. Aku tak membalas ucapannya, memilih tetap fokus melihat pergerakannya. Sementara Alby dan Griselle sudah bangkit dan berdiri di dekatku. "Semuanya benar-benar sesuai apa yang sudah diramalkan oleh Mangkujiwo. Kalian memang ditakdirkan untuk menghancurkan sekte ini. Kalian bisa melewati semuanya. Sungguh luar biasa," imbuhnya.
"Mending kamu nyerah aja! Dari pada bernasib sama kaya yang lain," ucapku.
"Menyerah katamu? Kemampuan kamu itu tidak ada apa-apanya." Mr X menggerakan salah satu jemarinya. Aku bisa melihat ada asap hitam meluncur dengan cepat ke arahku. Kakek Abdullah menahan kabut itu dengan tongkatnya. "Sampai kapan kamu terus melindunginya Abdullah?"
"Sampai saya tidak bisa melindunginya lagi," balas Kakek Abdullah.
"Kamu ini termasuk jin yang sangat cerdas dan sulit dikalahkan. Bahkan Mangkujiwo sendiri pun tidak bisa mengalahkan kamu. Kamu selalu berpura-pura menjadi jin yang lemah. Padahal kamu sedang merencakan sesuatu," ucap Mr X.
Beberapa saat kemudian, muncul sesosok kakek bertubuh pendek, bersama dengan Nyi Ambar. Hanya saja, Nyi Ambar sedang dalam posisi diikat oleh tali berwarna hitam.
"Ki Kendil. Saya kira Ki udah mati dibunuh Mr X," ucap Griselle.
"Dia tidak lebih setia dari Raja Monyet itu," balas Mr X.
"Kebetulan, saya udah lama banget kesel sama Ki Kendil. Pengen sedikit ngasih dia pelajaran," ucap Griselle.
"Saya sudah mengenal kamu dari kecil, El. Dan sangat tau batas kemampuan kamu," balas Ki Kendil.
"Saya juga tau kemampuan kamu, Kendil," sahut Nyi Ambar.
"Diam kamu, Ambar!" Ki Kendil menendang Nyi Ambar.
Sepertinya ini akan ada pertarungan antara mantan anggota sekte dengan ketua sekte. Aku dan Alby seperti tak dianggap. Kini hanya tinggal menunggu kapan pertarungan dimulai.
Mr X menepuk pahanya sebanyak tiga kali. Tak lama, muncul bayangan hitam dari atap. Tidak hanya satu, ada puluhan bayangan hitam yang terbang berputar-putar mengelilingi Ki Kendil.
"Apa itu, Kek?" tanyaku.
"Itu para Jin Pesugihan," balas Kakek Abdullah.
Tak lama, bayangan hitam itu berubah menjadi sosok-sosok mengerikan. Bentuknya ada yang masih enak dipandang ada yang benar-benar absurd. Dari pindaian auraku, mereka memiliki aura yang sangat gelap.
Mr X menatap ke atas, seketika itu ada awan gelap berjalan perlahan menutup langit-langit. Suasana ruangan menjadi gelap. Yang terlihat hanya bola mata merah dari para Jin Pesugihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekte - Para Pencari Tumbal [SUDAH TERBIT]
HorrorGilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum membaca tulisan ini.