Bab 4|🍂

10.9K 306 0
                                    

*tandai typo

Black tersenyum tipis "Dia temen bang Vano" Jawab Black sambil menyuapi Queen kembali.

Queen manggut-manggut, dia melihat-lihat teman-teman abangnya terlihat ada satu perempuan yang cantik.

"Bang perempuan itu siapa? " Tanya Queen.

"Itu temen kamu dek, dia Ona" Jawab Vano dengan membelai rambutnya dengan lembut.

"Ona siapa? " Pikirnya.

"Bang Queen ngga inget kita? " Setelah lama mereka diam kini Indra bertanya.

"Ya dia sedang amnesia ringan, kalian harus bisa jaga dia" Peringat Black dengan tegas dan raut muka tegas.

Mereka mengangguk.

"Dan ya , jangan sampai nyelakain orang lagi".

"Iya bang".

" Nyelakain orang? Emang Queen nyelakain siapa? " Ucap Tasya membatin.

Tak berpikir panjang Queen kembali dengan aktivitasnya yang sedang makan buah yang disuapi oleh abangnya. Ona diam..., dia bingung.

'Ckelk'

pintu terbuka menampilkan seorang pria tinggi, tampan dan berjas kantoran siapa lagi kalo bukan William. Dengan langkah tegap dan wajahnya yang datar dia menghampiri Queen. William tersenyum tipis.

"Queen udah baikan? " Yang ditanya menganggukkan kepala. William pun mengacak rambut Queen dengan sayang. Queen memprotes abangnya dan ditanggapi oleh cubitan dipipi, Queen semakin merajuk William terkekeh.

"Dra gue mau ngomong, tapi gue bingung dan takut" Bisik pelan Ona ke Fandra yang berada di sampingnya.

Fandra hanya melihat Ona doang, Ona pun kesal dengan tanggapan yang di berikan Fandra .

William melihat-lihat sekitar ternyata disini ada temen Vano pikirnya. Dia melihat ternyata ada perempuan diantara dari teman-teman Vano.

"Siapa? " Tanyanya dengan raut wajah datar dengan menunjuk Ona.

Ona yang ditatap seperti itu menunduk, aura disekitarnya mencekam pikirnya.

"Dia temen Queen" Jawab Vano.

William pun bertanya langsung dengan Queen. Dan dijawab dengan gelengan kepala. William pun kembali melihat Ona dan bertanya "Siapa namanya? ".

"O--ona"jawab Ona sendiri dengan gugup. Seumur-umur dia baru pertama kali gugup ketika ditanya oleh orang lain ,karena selama ini dia hanya menjawab dengan biasa-biasa aja.

" Akhh"erang kesakitan dari Queen.

Semua pun menoleh ke arah Queen. Vano, Black, dan William gelagapan sendiri.

"Dek, kamu kenapa? " Tanya Vano.

Quen tidak menyahutinya

William keluar ruangan dia memanggil Daddynya

Balck, dan Vano mencoba menenangkan Queen.

'Akhh, kepala gue rasanya di tusuk jarum yang gede'batin Tasya sendiri.

Kilatan-kilatan memori masuk ke otak Queen dengan keras.

"Hahaha, kakak bisa aja"..

"Mmm, maaf kak aku ngga sengaja"

"Queen, Queen maafin aku yang belom bisa bantu kamu"

"Jangan sampai ada yang ganggu dia lagi" Suara pembelaan dari seorang laki-laki.

𝘛𝘳𝘢𝘯𝘴𝘮𝘪𝘨𝘳𝘢𝘴𝘪 𝘘𝘶𝘦𝘦𝘯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang