Bab 9|🍂

6.8K 193 0
                                    

Manusia hanya makhluk sosial yang membutuhkan orang lain selain dirinya begitupun kita, jangan terlalu egois kepada manusia dan jangan terlalu berharap pada manusia

_Queen Adinda Anastasya S._

Tandai typo*








Queen hanya melihat bangunan-bangunan menjulang tinggi di kota ini, Ia merindukan Ibunya walaupun mereka sering kali berpisah akan tetapi Ia tidak pernah untuk membenci Ibunya. Tak sadar ternyata mereka sudah sampai di rumahnya.

"Non" panggil bi Yuni.

"Eh, iya? "

"Ayok, kita sudah sampai" ajaknya.

"Non bisa jalan atau mau pake kursi roda Non? " tanya bi Yuni.

Queen hanya tersenyum lalu keluar "ngga usah bi ini udah sembuh kok, lihat Queen udah seger jadi ngga papa kalo jalan"

bi Yuni mewanti-wanti nona mudanya ini. "Eh, hati-hati ya Non" ucap bi Yuni seraya menggandeng tangan Queen.

Mereka berdua kemudian meninggalkan halaman mansionnya pak Jono berada di belakang dengan membawakan tas milik nona muda Derwingga.

Saat membuka pintu dan mengucapkan salam dengan tiba-tibanya seseorang mengkagetkannya membuat Queen berteriak dan juga menggeplak kepala orang itu dengan keras.

"Aduh, ampun dek" ringis Vano dengan pelan juga menahan tawanya saat melihat muka adeknya yang ingin marah.

"ABANGG... " teriaknya dengan keras membuat bi Yuni harus extra sabar atas perlakuan 2 anak dari tuannya ini.

"Hehehe, ada apa dek? " tanya Vano dengan polosnya dan hanya dipandangi wajah datar oleh Queen.

Pak Jono sudah menyerahkan tas nonanya ke tuan mudanya Vano. Pak Jono pun pergi keluar.

"Ayok, bi" ajak Queen tanpa menghiraukan tatapan kebingungan dari abangnya ini.

"Lha..., salah kah gue" nasibnya merutuki diri lalu mengikuti langkah bi Yuni juga Queen untuk menuju ke kamar milik Queen yang berada di sampingnya.

Mereka berdua menaiki tangga dengan hati-hatu juga Vano yang ikut mereka yang berada di belakang.

"Ini non kamarnya non" Queen menganggukkan kepalanya Ia berterima kasih ke bi Yuni.

"Terima kasih ya bi" ucapnya dengan tulus membuat bi Yuni senang ternyata nona mudanya sudah tidak kayak dulu lagi yang hanya cuek terhadap sekitar dan tidak pernah berbicara.

"Iya non bibi ke bawah dulu ya" pamit bibinya.

"Iya" setelah mengucapkan itu bi Yuni pun pergi digantikan dengan wajah polos abangnya.

Queen menengadahkan tangannya membuat Vano bingung. "Nih dia mudeng apa ngga sih" batin Queen.

"Apa dek? " tanya Vano dengan wajah yang menampilkan kebingungan.

"Issshh, tasnya" pinta Queen dengan sebel.

"Eh, hehehe iya abang lupa" Vano pun menyerahkan tasnya ke Queen setelah  diserahkan Queen langsung masuk tanpa berbincang lagi dengan Vano, Ia tahu Vano lagi memendam semuanya sendiri akan tetapi Ia belum bisa untuk buat mereka dekat dengan dia.

"Ah gue ditinggal" setelah mengucapkan itu Vano berteriak di depan pintu adeknya.

"DEK KAMAR ABANG DI SEBELAH KANAN KAMARMU NANTI KALO ADA APA-APA PANGGIL ABANG AJA" teriaknya Vano hanya takut kalo pelan-pelan pasti adeknya tidak dengar. Ia pun pergi.

𝘛𝘳𝘢𝘯𝘴𝘮𝘪𝘨𝘳𝘢𝘴𝘪 𝘘𝘶𝘦𝘦𝘯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang