Bab 41|🍂

1.3K 65 5
                                    

*tandai typo

Happy Reading...

*
*
*

.....

"Apa yang kau tulis Queen?" tanya William melihat adik bungsunya yang anteng dengan penanya.

Queen menoleh Ia mendapati William berada di ambang pintu memperhatikannya.

"Tidak ada," jawab Queen lalu menutup buku bersampul berwarna hitam itu dan Ia kembalikan lagi di tempatnya.

William tersenyum dia menghampiri Queen yang sudah duduk di pinggiran kasur.

"Adek abang kenapa? " tanya William seraya tangannya mengusap lembut kepala Queen.

Grep

William sontak terdiam kaku beberapa detik lalu Ia mencoba untuk rileks dengan perlakuan si bungsu yang tiba-tiba.

"Abang..." cicitnya pelan.

"Hmm" jawab William lalu menundukkan kepalanya dan menatap mata Queen yang wajahnya mendongak.

"Emmm, kalo misal Queen gak ada gimana?" tanya Queen yang membuat William diam dengan gerakan tangannya.

"Ucapannya di jaga, " balas William yang membuat Queen menggeleng di dada bidangnya.

"Kalo ini bukan adek abang gimana?" tanya Queen memberanikan diri. Dia memang sudah bertekad akan mengatakan kepada semuanya sekarang.

"Terus siapa yang di pelukan abang, setan gitu?" jawab William yang masih berpositif thingking.

Queen melepaskan pelukannya. "Serius!"

"Abang juga serius! " jawab William.

"Hmm apa abang tau transmigrasi?" tanya Queen.

William mengangguk. "Semacam perpindahan penduduk kan? Abang inget kalo itu. "

Queen mendengar menggeleng keras. "Bukan abang transmigrasinya bukan perpindahan penduduk tapi perpindahan jiwa. Dan sekarang saya mengalaminya, saya bukan Queen adik anda tapi saya hanya jiwa tersesat yang masuk ke raga adik anda." Queen siap akan reaksi dari kakak keduanya disini.

William melihat ke mata Queen di sana dia tak melihat gurat keraguan. "Dan kamu siapa kalo bukan adik saya?" tanyanya dingin.

Queen menghela nafas pelan. "Pertama perkenalkan saya Queen Adinda Anastsya Sari masih SMA. Kedua adik anda sudah meninggal. Saya akan menerima kemarahan anda karena telah merebut kasih sayang Queen, " Jawab Queen suka rela.

William diam dia hanya ingin mencerna dengan baik perkataan Queen.

"Saya mau kamu masih tetap menjadi seperti ini dan saya akan menjadi abang yang baik untukmu. Mungkin takdir kita sudah di tulis kita hanya menjalankannya bukan? Maka saya minta kamu tetap menjadi adik saya dan saya akan menjadikan kamu adik kesayangan saya. Saya merasa bodoh kali ini, " jawab William panjang.

Queen yang mendengar itu matanya sudah berkaca-kaca dia di terima hidup di sini. "Anda serius?" tanyanya.

"Ya dan juga panggil abang aja, jangan formal-formal."

𝘛𝘳𝘢𝘯𝘴𝘮𝘪𝘨𝘳𝘢𝘴𝘪 𝘘𝘶𝘦𝘦𝘯Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang