He's My Boyfriend [TERBIT] ✓

57.|Amanat Ketua Argos

Gimana kabarnya para readers tercinta??❤️

Dibaca pelan ya! Jangan buru-buru ☺️💅

Happy Reading🔥

👑👑👑

Dua remaja yang duduk di atas karpet dengan ditemani berbagai tumpukan buku tebal tengah belajar untuk ujian Minggu depan. Sebenarnya Athena tidak terobsesi dengan taruhan itu. Yang dia inginkan adalah berubah menjadi lebih baik dan rajin belajar supaya bisa mencapai cita-citanya.

Dia sudah berjanji akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Dia telah merubah sikap dan attitudenya dengan orang lain dan menghilangkan kebiasaan buruknya di masa lalu.

Ternyata benar, kesedihan dan kegagalan yang manusia alami adalah sebuah bentuk ujian. Jika mereka lulus, maka akan menjadi manusia yang lebih kuat dalam menghadapi rumitnya kehidupan dan mendapatkan pelajaran dari apa yang mereka alami.

"Istirahat dulu! Udah malem," ujar Arthur sambil mengusap puncak kepala Athena.

Athena menggeliat kemudian menguap lebar karena sudah dilanda rasa kantuk yang mendalam. Duduk dengan waktu yang cukup lama membuat otot-ototnya menjadi kaku. Belum lagi netranya yang terus menatap tulisan, sepertinya dia harus beristirahat sekarang.

"Gendong!" Athena menjulurkan kedua tangannya saat Arthur berdiri.

Arthur tersenyum kemudian menggendong gadis itu ala koala. Dia membawa Athena menuju kamarnya. Pelukan hangat yang gadis itu rasakan membuatnya nyaman bersandar di dada bidang Arthur. Saking nyamannya, dia sampai tidak sadar kalau sudah berada di dalam kamar.

"Bangun sayang!" Arthur menepuk pelan pipi Athena yang tertidur.

Gadis itu akhirnya terbangun dengan mata yang mengerjap. "Aku ke kamar mandi dulu."

Arthur menurunkan Athena, tubuh gadis itu terhuyung karena sudah terlalu mengantuk. Athena sudah tidak tahan lagi, rutinitas memakai skincare malamnya diurungkan. Dia masuk ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.

"Hati-hati, Na!" tegur Arthur ketika gadis itu hampir menabrak dinding karena mengantuk.

Arthur yang melihatnya hanya tersenyum tipis. Sambil menunggu Athena selesai kegiatannya di kamar mandi, dia mengedarkan pandangan meneliti setiap sudut kamar itu. Hingga tanpa sengaja tatapannya tertuju pada sebuah bingkai yang ada di atas nakas.

Foto kebersamaan mereka sebelum berpisah ke negeri perantauan untuk menjalani hukuman. Dia meraih bingkai itu lalu mengulas senyuman.

"Kita bukan sekedar sahabat, tapi kita keluarga."

Saat sedang menikmati memori kebersamaan yang berputar di dalam otaknya, sebuah pelukan dari belakang mengejutkan Arthur.

"Udah? Cepet banget?"