2

821 95 6
                                    

Seokjin tahu rutinitas malam Jungkook itu di klub malam. Alhasil ia ke apartment milik Jungkook di siang hari. Ia tak mengabari sang adik terlebih dahulu, niat hati ingin memberi kejutan malah ia yang terkejut.

"Untuk apa minuman sebanyak ini?" Ucapnya kala masuk kedalam apartment setelah Jungkook membuka pintu dengan wajah beler dan rambur berantakan.

"Oh ini aku sengaja menyimpannya. Karena 2 tahun lagi klub milikku sendiri akan dibuka."

"Darimana kau dapat uang Kook?"

"Uang yang kau beri sangat banyak Hyung. Jadi aku menyimpannya. Toh aku tidak ingin bekerja sepertimu jadi aku memutuskan untuk punya klub malam sendiri. Keren kan?"

Seokjin menarik nafas panjang.

"Hm. Bagus. Lalu apa yang akan kau lakukan selama 2 tahun ini?"

"Entah. Mungkin hanya bersenang-senang saja."

Seokjin menaruh bawaannya di atas meja.

"Kau sudah makan?"

"Belum."

"Kau tunggu biar Hyung yang masak."

"Kau-- tumben?"

Wajah Jungkook nampak curiga. Ia mengekori Seokjin sampau dapur.

"Ada apa denganmu?"

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin masak untukmu."

"Ani. Kau tidak pernah datang kesini, kau juga super sibuk. Apa yang kau mau Hyung?"

Seokjin yang semula menyiapkan bahan kini berhenti sejenak. Menatap sang adik lekat.

"Sepertinya aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu."

"Ada apa? Katakan apa maumu?"

"Aku mungkin akan mengambil cuti beberapa kali dalam sebulan. Jadi.. aku ingin minta tolong."

"Tidak. Pasti kau meminta untuk menggantikan posisimu kan?"

"Haha.. kau salah."

"Lalu apa?"

"Aku ingin kau mencoba hal baru. Aku tidak akan memintamu melakukannya, namun aku ingin kau bantu Yoongi menggantikanku. Untuk sementara."

"Lalu? Memangnya kau mau kemana Jin?" Ucap Jungkook reflek.

"Ada hal yang perlu kulakukan. Nanti akan kuberitahu, namun untuk sekarang aku minta kau bantu Yoongi di perusahaan."

Jungkook nampak malas. Sejak dulu ia memang menolak hal seperti ini namun ia tetap diminta untuk belajar, ia juga sekolah dengan jurusan yang sama seperti Seokjin namun ia meminta kepada mendiang orang tuanya agar membiarkan nya hidup bebas.

"Aku tau kau pasti tidak suka tapi Hyung mohon bantu sebentar saja. Mungkin setahun lebih. Setelah itu Hyung akan mengatasi semuanya sendiri."

"Kurasa hanya aku yang bisa bantu, Taehyung Hyung juga sibuk dengan pekerjaannya."

"Maafkan Hyung."

"Tidak apa. Memangnya untuk apa kau ambil cuti?"

"Hyung ingin berlibur. Menenangkan pikiran sejenak dan Hyung juga berniat membuka potensi baru untuk perusahaan."

"Kau memang ambisius Hyung. Tapi kau juga harus menjaga kesehatanmu. Aku mau melakukan ini karena aku ingat kau juga perlu beristirahat."

"Terimakasih Kookie."

"Iya sama-sama Hyung."







❤️





Seorang wanita berdiri sempurna di depan pintu rumah mewah milik kekasihnya. 10 menit berlalu namun ia tak melihat kehadirannya.

Sampai sebuah mobil masuk ke area rumah. Ia yang semula berdiri kini berjinjit sedikit memastikan seseorang tersebut.

"Akhirnya dia datang," ucapnya senang.

"Hanna?" Tanya Seokjin sembari berjalan mendekat.

"Kenapa kau tak memberitahuku?"

Seokjin memeluk wanita itu.

"Ini kejutan."

"Akhirnya kau kembali."

"Kekasihku tidak bisa mengurus diri jika aku terlalu lama."

"Kau benar. Bisa apa aku tanpamu?"

Hanna tertawa mencubit perut Seokjin pelan.

"Ayo masuk."

Hanna mengangguk, ia berjalan masuk sambil menautkan tangannya dengan milik Seokjin.

"Dimana Yoongi?"

"Dia pulang ke rumah bibi Min."

Hanna mengangguk paham.

Sejak orang tua Seokjin meninggal, Yoongi lah yang tinggal di rumah mewah ini bersama Seokjin. Seokjin pun membiarkan Yoongi jika ia ingin pulang ke rumahnya suatu waktu.

"Kau sudah makan?"

"Sudah. Sebelum kesini."

"Baguslah. Disini tidak ada makanan."

"Seperti biasanya kan?"

Seokjin tertawa. Ia memang jarang membuat makanan kecuali untuk adik-adiknya. Ia hanya mengandalkan makan di restoran meski hanya 2 atau 1 kali dalam sehari.

"Mau nonton?"

"Boleh."

Jin duduk di sofa dengan Hanna yang bersender di bahu lebarnya. Menikmati tontonan netflix yang menyenangkan.

Saat di tengah film, Hanna menoleh menatap Seokjin lekat.

Ia yang menyadari tatapan Hanna pun balik menatap.

"Kenapa?" Tanya Seokjin.

"Bagaimana pengobatannya? Sudah setahun sejak aku pergi, apa ada kemajuan?"

Seokjin mengangguk "Tentu. Aku sudah membaik. Dokter bilang penyakit autoimun ini hanya perlu terapi obat saja."

"Benarkah? Apa sejak aku tidak ada kau sering kambuh?"

Seokjin menggeleng.

"Syukurlah. Aku sempat khawatir karena kau jarang membalas pesan, Yoongi juga. Apa pekerjaan di kantor sangat banyak?"

"Lumayan."

"Kau harus jaga kesehatan. Kau tau banyak yang ingin menjatuhkanmu."

"Baik sayang.."

Hanna akhirnya bisa tenang.

Setelah 1 tahun ke Jerman untuk mengunjungi keluarganya disana, Hanna terpaksa meninggalkan Seokjin, padahal saat itu kondisi Seokjin sedang menurun drastis. Penyakit autoimun yang di derita Seokjin membuatnya mudah terkena wabah penyakit apalagi saat itu menyerang organ parunya.

Meski demikian, Hanna yakin Seokjin bisa bertahan. Ia sudah bersama dengan sang pria lebih dari 2 tahun. Mengenal bagaimana kuatnya sosok itu membuat Hanna jatuh cinta setiap saat.









BERSAMBUNG

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang