43

661 36 4
                                    

Paginya Taehyung menyiapkan makanan. Ia memasak makanan rumah sederhana untuk Jin, Jungkook dan dirinya. Selesai makan Taehyung hendak membangunkan Jungkook namun ternyata anak itu sudah rapi berdiri di depan pintu kamar Seokjin.

"Kenapa kau tidak masuk Kook?"

Jungkook menoleh "Tidak Hyung. Aku akan segera berangkat. Aku titip Jin Hyung."

"Kenapa tidak pamit pada Jin Hyung?"

"Aku tidak mau mengganggunya istirahat."

"Hei kau ini kenapa? Apa ada masalah?"

"Tidak kok."

"Jujur pada Hyung. Kau tidak pandai menyembunyikan sesuatu. Apa yang terjadi huh? Aku yakin kau sudah tahu Jin Hyung ke rumah sakit tapi kenapa kau belaga tidak tau? Dan sekarang kau menghindari Jin Hyung, apa maksudmu Kook?"

Jungkook membuang muka.

"Aku hanya membiarkanmu menghabiskan waktu dengan Jin Hyung. Kau tau? Diantara aku dan kau, aku yang paling banyak lama."

"Lalu? Itu masalahnya? Kenapa kita tidak bertiga bersama-sama? Kau tidak mau bersama Jin Hyung ya?"

"Bukan seperti itu. Kau tau? Aku tidak pernah sanggup ditinggalkan oleh Jin Hyung. Dan kau benar, aku sudah tau Jin Hyung ke rumah sakit kemarin, dan aku juga tau Jin Hyung sekarat mungkin sebentar lagi akan--"

PLAK

Jungkook memegang pipinya yang panas.

"Kau bodoh! Jin Hyung tidak akan meninggalkan kita! Kenapa kau mengatakan itu, ha? Apa kau ingin Jin Hyung benar-benar pergi? Dia akan terus bersama kita Kook!"

"Hyung kau harus menerima! Seokjin Hyung sudah diambang batas dan kita tidak bisa mencegah itu! Obat Jin Hyung sudah gagal uji coba!! Tidak ada harapan lagi Hyung."

"Lalu kau mempercayai ucapan dokter itu!!? Kau lebih mendukung kebohongan itu Jungkook!? Jangan-jangan kau menginginkan Jin Hyung mat--"

"Tutup mulutmu brengsek! Kau belum juga mengerti. Lihat Jin Hyung sekarang! Masuk kekamarnya dan katakan lagi bahwa Jin Hyung tidak akan pergi!"

"Apa maksudmu sialan!?"

"Kau akan menyesali perkataanmu saat melihat kondisi Jin Hyung. Kau seharusnya kasihan pada Hyung kita, dia tidak lagi bisa bertahan. Sekarang masuklah! Dan lihat sendiri bagaimana penyakit itu merenggut Jin Hyung!!"

"Kau gila!

Meski begitu Taehyung tetap membuka knop pintu.

Saat itu pula ia melihat Seokjin menahan muntahan darah yang keluar dari mulutnya. Darah hitam yang merembes dari sela jari. Diiringi mata sayu yang nampak menghitam di kantung mata.

Jungkook menarik tubuh Taehyung dan menutup pintu kamar Seokjin.

"Apa kau sadar sekarang? Sejak semalam dia terus mengerang! Dia menahan sakit saat kita ada didekatnya, karena apa? Karena dia tidak mau melihat kita sedih Hyung. Dia selalu berpura-pura kuat dihadapan kita padahal, kondisinya sangat buruk. Dan sekarang apa kita akan terus egois? Apa kau mau melihat Seokjin Hyung yang tersiksa seperti ini?"

"Jawab Hyung! Jangan diam saja!"

"S-saeng.."

Suara Seokjin membuat keduanya menoleh, mereka refleks masuk kedalam kamar Seokjin.

"Jangan.. bertengkar.." ucap Seokjin tersenyum dengan setengah wajahnya bernoda kan darah.

"T-tae.. Jungkook benar."

Taehyung tertegun. Ia masih berada disana, membuat jarak antara dirinya dan Seokjin.

"Jangan e-egois. Hyung sudah sa-sangat lelah."

"Hyung," Jungkook menghampiri. Ia menyeka sisa darah dengan tissue dan membawa tubuh Seokjin bersandar padanya.

"Kemarilah.."

Taehyung mendekat.

"Maaf membuatmu takut T-tae.. H-hyung sudah mencoba menutupi sakit ini.. tapi sekarang Hyung sudah tidak sanggup.. b-bisakah kau n-nanti membiarkan Hyung pergi?"

Taehyung tidak menjawab. Ia bahkan terus menunduk takut menatap wajah Seokjin.

"B-bagaimana ini tuhan? Hiks.. a-apa aku akan terus merasakan ini s-semua? Adikku belum ikhlas j-jika kau mengambilku.."

"Hyung kumohon.. jangan bicara seperti itu," kata Jungkook.

"A-aku benar-benar lelah.. Tae.. a-apa kau tidak k-kasihan hn?"

Taehyung masih diam.

"A-apa kau ma-marah pada Hyung?"

"Hyung! Kita ke rumah sakit!" Panik Jungkook saat melihat darah keluar dari sudut bibir Seokjin.

"Pe-percuma.. waktuku t-tidak lama."

"Taehyung! Kau harus mengikhlaskan Jin Hyung!"

"Aku tidak bisa Kook! Aku tidak mau kehilanganmu Hyung.. kumohon bertahanlah!"

"A-AAKK.. AKH..."

"JIN HYUNG!"

Teriak keduanya saat tubuh Seokjin bergerak gusar. Seokjin menggigit bibir bawahnya sampai sobek.

"Hyung kumohon jangan tahan Jin Hyung."

"Aku tidak bisa Kook."

"Hyung.. hiks.. kumohon. Kasihan Seokjin Hyung," ucapnya sambil berusaha membuka mulut Seokjin agar berhenti menggigit bibirnya.

Tangan Seokjin meremas perutnya dengan sangat kuat.

"JIN HYUNG JANGAN!" Kata Taehyung berusaha menarik tangan Seokjin.

"Sa--kitt.."

"Hyung hiks.. maafkan aku selalu menahanmu. Aku tidak mau kehilangan lagi dan hanya kau dan Jungkook yang aku punya."

Taehyung menangis hebat namun ia tetap berusaha menahan gerakan Seokjin yang terus menyakiti dirinya sendiri.

"Hyung apa aku membuatmu tersiksa?"

Seokjin tidak menjawab ia justru berteriak kesakitan

"AAARRGGHHH!"

"Hyung! Maafkan aku.. apa kau mau aku mengikhlasksnmu Hyung? Hyung kumohon lepaskan tanganmu disini, k-kau akan semakin kesakitan."

Cengkraman itu semakin kuat.

"H-hyung.. a-apa aku harus merelakanmu?"

"Taehyung Hyung. relakan Jin Hyung, aku sudah tidak sanggup melihatnya kesakitan seperti ini. Kumohon.."

Taehyung semakin menangis. Ia merengkuh Seokjin dipelukannya. Ia melihat Jungkook yang juga menangis namun ia nampak tegar, tidak sepertinya, hatinya lemah.

"Hyung.." ucapnya tepat ditelinga Seokjin.

"Maafkan aku telah menahanmu.. jika kau ingin bertemu ayah dan ibu.. a-aku rela.. aku ikhlas Hyung asal kau tidak lagi kesakitan."

Taehyung menarik tangan Seokjin agar mencengkram tangannya saja.

"Kau mendengarku Hyung?"

Mata Seokjin menatap kosong ke depan membuat Taehyung semakin menangis.

"A-ku mengikhlaskanmu."

"A-AKH.. G-goma--wo... hhh."

Seketika itu nafas terakhir Seokjin berhembus.

Seokjin telah wafat.










TAMAT

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang