6

619 80 7
                                    

Kedatangan Paman Lee ke kediamannya memang sering ia lakukan. Sekedar mengantarkan obat dan buah-buahan lalu mampir untuk mengobrol.

Sekarang keduanya berada di ruang santai dengan teh hangat di atas meja.

Jin hanya diam kecuali jika Lee memulai pembicaraan duluan.

"Kenapa tidak menghubungi paman kemarin kalau kau masuk rumah sakit?"

Jin ingin heran tapi koneksu Lee pasti sangat luas, mudah baginya melacak rumah sakit meski ia sudah mencoba jauh dari jangkauannya.

Seojin tidak suka dipantau namun Lee bukan orang yang mudah ia hindari.

"Jin tidak sempat pegang hp. Paman."

"Aku ini pamanmu, kakak dari Kim. Anggap saja paman ayahmu."

"Iya paman. Maaf tidak menghubungi mu kemarin."

"Kau berhenti minum obat ya? Seharusnya jika kau rutin minum pasti tidak akan kambuh."

Jin menunduk tersenyum tipis memandang plastik berisi obat yang ada di hadapannya.

"Aku meminumnya. Tak pernah sehari pun terlewatkan. Mungkin karena cuaca Jin jadi kambuh."

"Syukurlah. Ini paman bawakan obat yang baru, kata Dokter ini lebih manjur daripada yang kemarin."

Seokjin mengambilnya. Melirik kedalam isi plastik tersebut, ada beberapa tambahan obat dan vitamin yang ia tahu. Namun ia ingat sesuatu, kini ia harus mengurangi konsumsu supresan karena kanker kelenjar getah bening yang ia derita.

"Terimakasih, paman selalu baik padaku," ucap Jin bohong.

"Jaga dirimu baik-baik. Oh iya Jungkook yang kemarin menggantikan posisi mu ya?"

"Iya. Dia juga kuliah di kampus dan jurusan yang sama dengan Jin."

"Aku tau.. tapi kau harus paham bahwa penampilan Jungkook sangat tidak pantas. Dia lebih mirip seorang perampok daripada wakil direktur."

"Selagi dia bisa bekerja dengan baik, kurasa tidak masalah paman."

"Tidak masalah bagaimana? Apa kau mau perusahaan yang sudah ayahmu urus selama ini turun harga diri hanya karena Jungkook?"

Seokjin berdiri "Paman, ini sudah malam. Jin mau istirahat."

"Kau dan adikmu sama saja, tidak tahu sopan santun. Jika Oma tau pasti kalian akan dibuang jauh-jauh."

Jin hanya diam bersabar. Ia tau tabiat Lee yang mudah marah dan suka provokasi orang lain.

"Terserah paman, tapi paman tidak boleh menilai seseorang hanya karena penampilannya saja. Aku duluan keatas. Selamat malam, paman Lee."

Seokjin pergi naik. Selama ini ia hanya bisa bersikap tenang, dewasa dan penuh kelembutan karena seseorang seperti Lee tidak akan luluh jika dibalas keras juga.




❤️



Habis. Itulah kata yang mencerminkan Jungkook sekarang.

Saat ia bangun sosok perempuan usia 56 tahun duduk di samping tempat tidur dengan tatapan tajam menusuk. Melihatnya membuat Jungkook rasanya ingin tenggelam saja.

"Oma.. disini?" Tanyanya ragu.

Jungkook mengambil tissue membersihkan wajahnya agar terlihag lebih pantas. Mengingat malam tadi ia berpesta ria sampai pagi. Ya. Sekarang sudah sore sekitar jam 4 sore.

Jangan heram bagaimana Oma bisa masuk kedalam sana, bagi keluarga mereka, privasi itu tidak ada apa-apanya. Petinggi keluarga bisa mengakses dirimu semudah membalik telapak tangan.

"Nyenyak tidurnya?"

"Nyenyak, Oma."

"Jadi keseharian mu hanya minum dan pesta tiap malam?"

"T-tidak, Oma. Jungkook juga sedang mempelajari untuk membangun klub malam."

"Apa? Kau mau buat klub malam?"

"Iya oma. Jungkook sangat ingin berkecimpung di dunia itu. Mungkin 2 tahun ke depan Jungkook akan dapat perizinan resmi."

"Tidak bisa dipercaya."

Jungkook menatap heran. Suara Oma terdengar menyepelekan cita-citanya.

"Putra Kim sepertinya hanya Seokjin saja. Kau dan Kakak mu malah melakukan hal yang bodoh. Tch. Pantas Seokjin tak pernah mau menemui kalian berdua."

Jungkook menunduk dalam. Ia harus tahan. Bagaimana pun sosok di depannya adalah oma Jungkook.

"Mengurus kalian saja Seokjin tidak becus. Ternyata dia jauh lebih bodoh dari kelihatannya."

"Oma, Jungkook tidak peduli jika Oma bilang Jungkook bodoh, tapi kalau Oma merendahkan Jin Hyung, Jungkook tidak terima."

"Tida terima katanya. Lihat dirimu, lihat Taehyung apa kalian berdua bisa membantu Seokjin? Kalian hanya membuat repot keluarga dengan melakukan hal tidak penting. Menjadi lelaki penghibur bahkan pecandu alkohol."

Jungkook tak tahan. Ia berdiri menatap Oma tajam.

"Justru aku lebih baik seperti ini jika harus menjadi orang yang dipaksa melakukan hal yang tidak Jungkook suka."

Oma ikut berdiri tersenyum menatap cucu bungsunya.

"Ah sepertinya tidak ada gunanya bicara dengan anak nakal sepertimu. Aku tak tahan berada disini, bau alkohol."

Oma menutup hidungnya dengam sapu tangan lalu pergi dari kamar tanpa sepatah kata.

"Oma tidak pernah berubah!"





❤️




Yoongi kelimpungan, setelah rapat yang mereka lakukan Seokjin mengeluh pusing dan sesak, perlahan tubuhnya linglung dan beringsut kebawah.

Ia yang satu-satunya berada disana hanya bisa bantu memberikan Oksigen Portabel pada nya yang kini terlentang sempurna di paha Yoongi, ia juga Mengelus dada Seokjin yang naik turun tak beraturan.

"Jin kita ke rumah sakit."

Yoongi hendak bergerak mengangkat tubuh Seokjin namun tangannya ditahan.

"Kau harus dirawat Jin! 3 hari ini kau bekerja tak pulang apa kau ingin mati?"

Yoongi tidak mengada ada. Jin adalah pria yang gila kerja jika ia menghadapi banyak tantangan ia akan terus menghadapinya bahkan tak peduli apa yang tubuhnya rasakan sekaligus.

Jin menggeleng "Aku.. baik."

"Baik bagaimana ha? Sudahlah biar aku telpon Hanna."

Seokjin langsung berontak melepas masker yang terpasang dan menatap lebar Yoongi.

"Tidak. Jangan."

"Keadaanmu terus memburuk, kau tau kan? Sampai kapan kau akan sembunyi dari Hanna dan adik-adikmu?"

"Aku akan membaik."

"Kau jangan gila Jin! Kau pikir dengan memaksakan diri kau akan membaik? Lihatlah!"

Marah Yoongi namun ia tetap memaksa Jin untuk tetap bernafas menggunakan alat bantu.

"Besok k-kita libur.."

"Besok check up! Buang semua obat pemberian tuan Lee dan kita akan pindah kontrol ke rumah sakit lain. Aku tidak mau orang tua itu terus memperburuk kondisimu."

Jin tersenyum meski dadanya terasa terbakar dan tertimpa batu besar. Ia ingin berterimakasih dan berucap syukur karena ada Yoongi disisinya, namun lidahnya kelu. Jin tak mampu bicara, ia hanya fokus menetralkan pernafasan.









BERSAMBUNG


INI BUKU GA NAKAL PANJANG

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang