41

357 44 6
                                    

Chapter ini gak sepanjang biasanya. Mohon dibaca pelan-pelan biar kerasanya banyak akwkakwkw

.

.

.

.




Yoongi diam sejak 30 menit yang lalu ia hanya memerhatikan Seokjin yang berbaring di ranjang rumah sakit.

Saat ia tiba di rumah Seokjin 1 jam lalu, yang ia lihat ketika membuka kamar Jin, pria itu terkulai lemah disamping ranjang dengan tangan menutup mulutnya yang mengeluarkan darah pekat.

Ketika itu yang bisa ia lakukan hanyalah menyeka darah Seokjin dengan tangan beretar dan jantung berdetak cepat. Sementara Seokjin menatap lemah dengan air mata deras mengalir.

Hanya 2 kata yang keluar dari mulut Seokjin.

Aku takut.

Yoongi hanya bisa menggeleng sambil menggendong paksa tubuh lemah Jin dan berlari keluar menuju rumah sakit.

Sampai akhirnya dia disini, berbaring dengan masker oksigen dan transfusi darah ditangannya.

"Sel-sel dalam tubuh Seokjin sudah habis dimakan oleh imunnya sendiri. Termasuk organ tubuhnya, jantung dan hati Seokjin sudah mengalami peradangan parah sehingga ia drop sampai seperti ini."

Itu yang dikatakan Dokter.

Yoongi pun bingung harus bagaimana.

"Yoon.."

Seokjin tersadar, ia menatap Yoongi drngan separuh matanya terbuka.

"Aku disini. Apa kau merasa sakit?"

Jin mengangguk "Semuanya.. sakit."

Jin meneguk lidahnya yang pahit. Ia menangis tanpa suara. Ia menahannya sejak tadi karena takut dadanya semakin sesak saat ia menangis.

Yoongi menggenggam tangan Jin. Panas menjalar. Suhunya hampir 43°, beberapa kali juga Jin kejang.

"Tidurlah. Jangan pikirkan apapun."

Seokjin mengangguk. Ia terpejam kembali dan tertidur lelap.

Yoongi mengusap rambut Jin yang basah karena keringat.











❤️







Taehyung menangis sepanjang kakinya melangkah di rumah sakit. Ia menyesal, telah meninggalkan ponselnya sembarangan dan mengabaikan telfon Seokjin.

Saat ia menemukan ponselnya, Yoongi mengirim pesan bahwa Jin dibawa ke rumah sakit dan menyuruhnya untuk segera datang.

"Hyung!" Ucapnya sambil terengah.

"Pelan-pelan. Seokjin baru saja tidur."

"Hyung bagaimana keadaan Jin Hyung?" Tanyanya berbisik tapi napasnya masih pendek-pendek.

"Duduklah dulu. Tenangkan dirimu."

Taehyung nurut. Ia duduk dan coba menenangkan diri.

Saat sudah merasa lega Taehyung pun bicara.

"Maaf Hyung, seharusnya aku tidak meninggalkan Jin Hyung tadi."

"Apa kau pergi saat kondisinya baik-baik saja?"

Taehyung mengangguk.

"Dia tidak mau merepotkanmu, Tae. Ini salahnya sendiri."

"Tapi Hyung jika aku sedikit memerhatikan Hyungku mungkin--"

"Sudahlah Tae. Salahmu, atau bukan, Seokjin memang akan seperti ini. Di umurnya yang sekarang, Seokjin beruntung bisa bertahan dengan penyakitnya. Dokter bilang jarang ada yang bertahan lebih dari 15 tahun dengan penyakit imun seperti Seokjin."

"Hyung maksudmu Jin Hyung."

"Taehyung ah, kau harus bisa menerima kenyataan. Aku sudah bilang pada Dokter untuk menjelaskan kondisi Seokjin langsung padamu dan Jungkook agar tidak ada yang ditutupi lagi."

"Hiks.. tidak Hyung... bisakah a-aku tidak usah mendengarnya?"

Yoong menarik napas dalam.

"Lebih baik kau tau, agar kau dan adikmu bisa menerima dengan lapang dada. Bahwa Seokjin sudah--"

"Y-yoon.. ukhuk!"

"Hyung!!"

Taehyung berlari mendekat, ia begitu terkejut saat Jin membuka masker oksigennya dan menyemburkan darah sampai mengotori pakaiannya.

"Ukh ukhuk... sakit s-sekali."

Jin memukul dadanya kencang. Seketika Taehyung menahan gerakan itu.

"Jangan Hyung, kau nanti semakin sakit."

"Haah.. hahh.."

"Jin pakai lagi!" Ucap Yoongi lalu memasangkan masker oksigen dengan gelembung udara dibawahnya. Dimana benda itu digunakan untuk kondisi seseorang dengan kadar oksigen dibawah 80%. Sementara kadar Oksigen Seokjin hanya 75%. Sudah pasti ia akan mengalami sesak napas yang parah dan sakit di dadanya.

Oksimeter yang berada di telunjuk Seokjin julau menunjukan angka 90%. Angka itu masih lemah, normalnya manusia memiliku kadar oksigen diatas 95%.

Jika dibawah itu, kemungkinan kondisinya Kritis dan harus terus dipantau.

Dokter pun datang dan menyuntikkan sesuatu di tangan kiri Seokjin.

"Buat Seokjin bersandar dan tidak boleh bergerak apalagi keluar dari ranjang. Jika kondisinya besok tidak membaik maka Jin harus dibawa ke ICU agar kondisinya terpantau secara intensif."

Jin menggeleng lemah.

"Hyung harus sembuh! Harus membaik besok ya? Hiks... jangan ikut ayah dan ibu dulu.. a-aku belum membahagiakanmu hyung. Beri aku kesempatan untuk terus bersamamu.. kumohon hyung..."

"Tae.. maaf."

"Jangan minta maaf. Bukan salahmu Hyung. Bukan keinginanmu untuk sakit seperti ini.. hiks.."

"Jangan n-nangis.. t-tae.."

"Ani aku tidak menangis lagi Hyung, aku tersenyum. Lihatlah!"

Dalam sudut pandang Seokjin, wajah Taehyung nampak berbayang. Ia hanya mendengar suara tangis sang adik, tanpa tahu wajahnya sekarang karena pandangannya yang buruk. Namun Jin lega, ia melihat garis lekuk bibir sang adik yang melengkung.

Hal itu membuatnya terlelap dengan nyaman.

Perlahan, Taehyung membaringkan tubuh Jin agar bersandar pada kasur.

"Hiks... hyung..."

Taehyung pun melanjutkan tangisannya.

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang