3

741 88 5
                                    

Beberapa hari kemudian, tiba lah saat Jungkook bersiap ke kantor. Jin sudah mengambil cuti untuk 2 hari ke depan.

Sayang sekali Jungkook tidak punya jas. Ia hanya memakai kemeja putih yang digulung dan celana hitam polos khas pegawai baru.

Ia keluar dari apartment, di depannya Yoongi berdiri menenteng jas rapih yang baru di laundry.

"Kau harus pakai."

"Iyaa.." Jungkook mengambilnya dan memakainya langsung.

Katanya ia hanya disuruh membantu Yoongi, namun dilihat Yoongi lebih cocok jadi asisten Jungkook. Sekarang saja Yoongi yang menyetir untuk sampai di kantor.

Sesampainya disana kehadiran Jungkook menyita banyak mata. Pasalnya penampilan Jungkook yang berbeda dari semua penghuni kantor. Telinganya ada sekitar 5 tindikan, bukan hanya itu tapi area alisnya juga terdalat tindik. Padahal beberapa sudah ia lepas namun tetap terlihat asing.

Jungkook sadar akan hal itu namun ia memilih membiarkannya.

"Jam 10 nanti ada pertemuan guna membahas harga jual, file nya sudah ku siapkan tinggal dipelajari saja."

"Ya! Seokjin bilang aku hanya membantumu, Hyung. Bukan melakukan tugas dia."

"Berarti kau ditipu."

"Seokjin benar-benar."

"Aku siapkan kopi."

Jungkook menghela napas.

Melihat ruangan Seokjin sekarang ia teringat mendiang sang ayah. Seokjin tidak merubah tempat ini, masih persis seperti terakhir kali Jungkook datang.

Ia duduk di tempat Seokjin.

Baru beberapa detik, suasananya langsung berubah. Jungkook bisa merasakan banyaknya tanggung jawab yang ada di depan Seokjin. Hyungnya pasti berusaha keras, jika dulu sang ayah dibantu oleh ibunya, Seokjin justru mengurus semua sendirian.

"Jin Hyung sangat jenius."

"Ya.. dia juga punya pribadi yang tenang," sambung Yoongi.

"Tidak seperti ku ya, Hyung?"

"Kau juga pintar namun kau belum cukup dewasa untuk menyamai Seokjin."

"Yoongi Hyung masih sama seperti dulu. Dingin."

Yoongi tidak menjawab, ia meletakan kopi hangat diatas meja kerja dan kembali ke tempatnya. Ia juga punya banyak pekerjaan karena Seokjin belum bisa menyerahkan semua pada sang adik.

❤️

Hanna menggenggam tangan Seokjin yang kini terlelap pulas setelah 1 jam melakukan kemoterapi.

Sesekali Hanna mengusap air mata yang lolos di pipinya.

Malam itu Seokjin tertidur namun paginya, sang kekasih justru tak bangun-bangun. Hanna panik dan langsung memanggil ambulans.

Mereka bilang Seokjin hanya kelelahan namun Hanna tetap saja khawatir. Karena sampai sekarang kekasihnya tak kunjung membuka mata.

"Kau harusnya bilang kalau tidak enak badan. Sekarang aku sendirian."

Hanna memainkan jemari Seokjin tanpa sadar sang empu kini menatapnya diam-diam.

"Aku lapar.. tapi aku ingin melihatmu sadar dulu."

Kebiasaan Hanna tidak berubah, ia selalu berbicara sendiri ketika ia tidak sadar. Seokjin tersenyum.

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang