8

591 88 11
                                    

Taehyung bangun oleh suara manajernya yang memanggil nama berulang-ulang. Rasanya ia baru tidur sebentar malam tadi.

"Bangun, Tae. Sekarang sudah jam 10 pagi."

Taehyung menguap sambil meraba samping ranjangnya. Kosong.

"Loh Jin Hyung mana?"

"Dia pergi sejak pagi dan suruh aku membiarkanmu tidur."

Taehyung duduk menatap sekeliling, tak ada lagi alat-alat aneh disini padahal semalma masih lengkap.

"Bukannya Jin Hyung sedang sakit?"

"Aku tidak tahu, tapi kita harus berangkat sekarang. Sepertinya sasaeng dan paparazi sudah tau keberadaanmu."

"Ne Hyungnim."

Taehyung hanya bisa nurut. Sejak awal ia tau resiko seorang idola dan segala keterbatasannya, ia pikir ini akan mudah ia hadapi, mengingat keluarganya yang super sibuk. Tapi nyatanya, ia juga terbelenggu rindunya sendiri.

❤️

Yura tidak main-main dengan ucapannya kemarin. Hari ini Seokjin dibuat sibuk olehnya bahkan Yoongi terpaksa harus meninggalkan Seokjin karena perbedaan fungsi.

Sekarang Yura dan Seokjin berhadapan dengan petinggi perusahaan AS. Mereka harus menjelaskan dengan bahasa inggris mengenai mutu usaha mereka.

Beberapa pertanyaan dilontarkan syukurlah Seokjin bisa menjawab.

Di kursi rapat, Yura tersenyum bangga. Hanya karena ini ia bisa puas dengan pencapaian Seokjin.

"And that brings us to the end. Thank you so much for your time and attention"

Kalimat terakhir Seokjin katakan. Ia lalu menunduk memberi hormat pada para tamu yang datang.

Setelah itu mereka melakukan sesi foto dan salaman bersama.

Yura juga menyalami Seokjin.

"Kerja bagus. Pertahankan."

Wajah Yura nampak kabur. Seokjin berusaha bersikap normal dengan mengangguk dan tersenyum.

"Dengan ini kuharap impian ayahmu untuk mencapai pasar internasional bisa--"

Ngiiingg

Telinga Seokjin berdengjng kuat sampai ia tak mendengar kalimat terakhir dari Yura.

Ia menggeleng kecil berharap dengungan itu menghilang namun percuma. Suara itu kian kuat.

Ia merasakan Yura memegang lengannya dengan wajah khawatir. Ia tak bisa membaca gerakan bibir Yura karena pandangannya semakin memburam.

"JIN!!"

Teriakan itu membuatnya sadar, ia menunduk menatap genangan darah yang keluar deras dari hidung bangirnya.

"Aku tak papa.."

"BAWAKAN KAIN DAN AIR HANGAT!"

Teriakan Yura sontak membuat staff disana bergerak cepat. Mengambil barang yang Yura pinta.

Sementara Seokjin tak sanggup berdiri, ia meluruh di pangkuan Yura.

Yura meraba wajah dan dahi Seokjin yang terbakar karena demam. Ia menoleh kanan kiri, semua karyawannya menatap mereka khawatir.

"Semuanya bubar! Kembali bekerja!"

"Baik, Bu."

Mereka pun mundur.

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang