17

570 72 22
                                    

Seokjin pun sendiri di rumah. Jungkook dan Yoongi harus bekerja.

Sejak 1 jam yang lalu ia hanya memejamkan mata dan tidur berganti posisi karena sesaknya membuat tidak nyaman.

Seokjin menatap makanan yang belum ia sentuh lagi. Tubuhnya terasa lemas meski sudah diberi cairan infus, namun ia belum makan sejak kemarin.

Perlahan ia bangun. Membuka masker oksigen. Ia makan sedikit demi sedikit karena tenggorokannya sakit sekali.

"Presentasi besok belum siap," ucapnya.

Baru 5 suap Seokjin menyimpannya lagi, lalu mengambil tab di atas meja.

Ia membuka benda canggih itu. Menyiapkan file-file untuk besok.

Saat ia fokus mengerjakan, sebuah notifikasi pesan masuk.

Belum sempat ia membukanya, telpon masuk pun muncul. Dari orang yang sama. Seokjin mengangkatnya.

"Ada apa Tuan Jung?"

"Maaf tuan Seokjin, aku menghubungimu tiba-tiba. Apa kau sedang berada diluar kantor?"

"Iya. Em.. aku belum sampai ke kantor."

"Ada apa tuan Jung? Sepertinya ada yang penting."

"Begini Tuan, maaf aku harus menghubungimu secara langsung meski kita sudah dekat secara emosional. Namun, tak ada yang bisa kami percaya selain anda dan tuan Kim."

"Baik Tuan Jung bisa anda lanjutkan?"

"Anda tau sekarang harga bahan produksi mulai tinggi."

"Iya dan aku sudah memberi kalian stock sampai 3 bulan ke depan."

"Begini, bahan itu semuanya sudah habis dipakai."

"Apa? Secepat itu?"

"Iya. Kami digencar pasar permintaan Tuan."

"Lalu dimana masalah besarnya?"

"Bahan baku yang kita harus miliki, harganya 3 kali lipat lebih tinggi dari biasanya, padahal pemasok kita masih sama."

"Mungkin kita harus membuat kesepakatan baru mengenai harga ini dengan mereka (pemilik pemasok bahan baku)."

"Tuan Seokjin, sayangnya pemasok kita sudah menjual semua asetnya."

"Apa? Kenapa tiba-tiba apa mereka bangkrut?"

"Dan kabar mengejutkannya, yaitu.. Tuan Lee yang membeli semua aset milik pemasok kita."

Seokjin terdiam. Bagaimana bisa kerabat dekatnya sendiri, hendak menghancurkan pasarnya dengan cara ini.

"Dan juga.. beliau yang memerintahkan untuk menggencar produksi. Disini tertera surat mandat yang beliau berikan dengan berikut tanda tangan anda, tuan Seokjin."

Seokjin menarik nafasnya. Ia menatap tajam ke depan.

"Aku kesana sekarang."

"Baik Tuan."

Tanpa ragu Seokjin mencabut selang infus di punggung tangannya. Seketika darah keluar dan ia menutupnya dengan selimut, ia kesulitan menggapai tissue sehingga memakai apapun yang ada didekatnya.

Seokjin tak mandi, ia hanya mencuci wajahnya meski tubuh itu langsung kedinginan.

Tak peduli dengan demam tinggi dan sesak yang tak kunjung membaik. Banyak hal yang harus ia lakukan sekarang.

Seokjin memakai kemeja putih dan jasnya. Tampak longgar namun ia tak peduli setidaknya sekarang ia harus segera disana untuk memastikan semua yang Jung sampaikan.



Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang