16

549 78 9
                                    

Jungkook berdiri dari posisi duduknya, kala suara Seokjin tiba tiba menghilang.

"Jin Hyung! Hei Jin hyung kau dengar aku!?"

Yoongi yang berada disana menoleh.

"Ada apa Kook?"

"Jin Hyung minta tolong tapi sekarang tak ada suara apapun lagi."

"Apa? Dimana dia?"

"Di rumah, di ruang kerja."

"Kita kesana sekarang!"

Keduanya langsung beranjak pergi meninggalkan ruangan. Menaiki mobil masing-masing dengan kecepatan penuh.

Saat tiba di rumah, keduanya berlari masuk ke ruang kerja yang pintunya terbuka lebar.

"Seokjin!" Teriak Yoongi saat matanya menangkap Seokjin yang kini tak sadarkan diri diatas lantai.

Yoongi meraih kepala Seokjin, menepuk pipinya dan memanggil namanya terus.

"Seokjin! Bangun Jin!"

Jungkook berdiri mematung. Ia kaget melihag Seokjin pingsan dengan noda darah di baju dan satu lebam di wajahnya membuat Jungkook heran dengan apa yang terjadi.

"Tubuhnya panas!"

"Kita ke rumah sakit Hyung," ucap Jungkook.

Yoong diam. Ia berpikir sejenak, jika Seokjin ke rumah sakit pasti ia akan berakhir kabur lagi.

Saat ia berpikir matanya meniliki seisi ruang kerja.

"Ada apa ini?"

"Sepertinya ada pencuri," kata Jungkook.

"Cctv nya dirusak."

Yoongi menoleh kesudut ruangan, benar saja, mereka tak mendapat jejak apapun.

"Hh.. hhh... hhh..."

Deru nafas Seokjin terdengar sesak. Membuat keduanya menoleh.

"Ayo Hyung kita bawa Jin Hyung ke RS!"

"Ti-tidhakk..hh.."

"Hyung.."

Seokjin menggeleng. Matanya berair dan tangannya mencengkram dada kuat-kuat.

"Tenangkan dirimu. Kita tidak akan ke rumah sakit. Jungkook bantu angkat Seokjin ke punggung ku."

Jungkook ragu namun ia tetap melakukannya. Seokjin terlihat kacau apalagi saat ia tak sengaja bersentuhan dengan kulitnya, terasa menyengat.

"Hyung bertahanlah."

❤️

Seokjin perlahan mengerjap mendengar seseorang berbicara disampingnya.

"Seokjin kelelahan berat, ia dehidrasi dan asmanya kambuh. Beri makan saat sesaknya membaik. Jika dia tak mau makan, paksa saja namun jika Jin memuntahkannya lagi terpaksa dia harus makan lewat selang."

"Separah itu Dok?"

"Iya. Kondisinya akan terus menurun kalau Seokjin tidak mendapat makan yang cukup."

"Baik Dok terimakasih."

Ia menyadari kini separuh wajahnya tertutup benda yang sudah tak asing baginya.

Seokjin menatap tangannya yang tertusuk jarum infus, tangan itu digenggam oleh sang adik membuat senyum tipis merekah diwajahnya.

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang