36

690 63 13
                                    

Yoongi menunggu cemas. Ia baru tiba di rumah sakit setelah selesai dengan urusannya. Saat ia datang, masuk kedalam kamar Seokjin. Ranjang Seokjin dipenuhi oleh banyak tenaga medis, mereka nampak sibuk dengan Dokter Han yang menekan dada Seokjin berulang.

Yoongi saat itu hanya bisa mematung, sampai saat seorang perawat menenangkannya diluar.

Seokjin henti jantung. Saat ia tak ada disana.

Ketika suara pintu terbuka, Yoongu tersadar dari lamunan. Ia bangun dan berdiri di depan Dokter Han.

"Hampir saja. Seokjin hampir pergi selamanya."

Yoongi menggeleng "Jangan biarkan Seokjin pergi, Dok."

"Aku akan berusaha. Sekarang Jin sudah baik-baik saja tapi kondisinya tetap dalam fase darurat. Ia butuh donor sumsum tulang belakang."

"Tolong Dok buat Seokjin bertahan, biar aku yang membawa Taehyung kesini."

"Tidak bisa Yoon. Taehyung belum bisa transplantasi lagi, ia belum sepenuhnya pulih."

"Astaga. Lalu bagaimana dok?"

"Aku akan bicara dengan Yura. Dia juga punya golongan darah yang cocok dengan Seokjin. Dan sampai saat operasi tiba, jaga Seokjin baik-baik. Jangan biarkan dia pergi atau melakukan aktifitas apapun. Jika dia kelelahan sedikit, Seokjin bisa menurun drastis lagi."

"Baik Dok."



❤️


Hanna kembali ke rumah Seokjin dengan tatapan kosong. Ia menepati janjinya untuk memberitahu dimana Seokjin berada.

Tanpa rasa malu, ia menginjakan kaki di rumah seseorang yang ia hianati demi pencapaian dunia yang tak berarti.

"Noona bagaimana? Kau berhasil bertemu Hyung kami?"

Hanna mengangguk.

"Jin di rumah sakit."

"Rumah sakit mana Noona?" Tanya Taehyung.

"Rumah sakit biasa."

"Baik aku dan Jungkook akan kesana sekarang. Noona ikut juga?"

"Tidak. Aku punya urusan yang harus selesai."

"Kalau begitu kami duluan."

Taehyung dan Jungkook pun pergi. Hanna terdiam sejenak sebelum ia juga pergi dari kediaman Seokjin dengan tatapan kosong.

Hanna tak pulang ke rumah, ia punya urusan. Urusannya dengan Lee. Sosok pria yang membawanya kedalam jurang akhir hubungannya dengan Hanna.

Ia sudah tau, Lee kini berada di penjara. Ia kesana sendirian.

Saat ia tiba dan Lee datang. Hanna langsung menangis.

"Aku menyesal. Aku menyesal sudah menuruti maumu!"

"Menyesal? Aku sama sekali tak pernah memaksamu melakukannya Hanna. Jangan asal menuduh."

"Tapi kau licik! Kau membuatku tergiur dengan semua tawaran busuk itu."

"Tch. Itu salahmu sendiri bodoh! Pergilah. Tidak ada gunanya kau menyalahkan aku disini. Seharusnya kau ikut di penjara, Hanna. Seokjin pasti mengasihanimu."

"Kasian sekali keponakanku itu, bukan?"

Hanna mengepal kuat.

"Kau kesini bukan karena menyesal, tapi kau ingin menyalahkan orang kain atas kesesatan mu sendiri. Wanita payah. Kau terlaku beruntung bisa bersanding dengan Seokjin."

Hanna berdiri. Ia tidak sanggup mendengar ocehan Lee yang terus menyudutkannya.

"Setidaknya, aku tak pernah membunuh siapa pun."

Hanna pergi. Menyisakan Lee disana sendiri.

Ia menatap keatas, memandang atap bangunan dengan senyuman tanoa arti.

"Kim. Aku menghancurkan hidup anakmu. Apa kau akan membalas perbuatanku di akhirat nanti?"

Lee menggigit bibir bawahnya menahan sesak.

"Kalau boleh menawar, aku ingin melakukan sesuatu. Sekali saja dalam hidupku, aku ingin putramu mendengar permintaan maafku yang tulus ini. Meski putramu sudah memaafkanku, tapi ia belum mendengarnya langsung dariku."




❤️






Yura yang mendengar kabar Seokjin dsri Yoongi langsung bergegas ke rumah sakit. Kulitnya yang keriput tak menghalangi dirinya untuk menolong sang putra.

Donor sumsum tulang belakang tak bisa sepenuhnya mengobati Seokjin, namun hal itu bisa sedikit mencegah penyakitnya semakin parah.

Namun sayang, usia Yura terlalu tua. Ia tidak bisa mendonorkan organ pada sang cucu.

Hal itu sontak membuat Yoongi frustasi. Ia tak tau lagi harus minta pada siapa?

"Maafkan oma. Oma tak bisa menolongmu, nak," kata Yura menggenggam tangan Seokjin yang lemas tak bertenaga.

Seokjin yang sudah tersadar itu hanya menggeleng.

"Tak apa oma.. bukan salah oma.."

"Harusnya sejak dulu Oma menyadari ini Jin. Kau tidak akan seburuk ini jika Oma tidak terus memaksamu melakukan banyak hal. Kau pasti.. tersiksa."

"Tidak.. Jin senang melakukannya."

Seokjin mencoba menenangkan Yura yang kini penuh rasa sesal.

Seokjin tersenyum dibalik masker oksigen. Ia berusaha untuk tidak terlihat menyedihkan. Sampai tangan Seokjin melepas genggaman Yura.

"Jin mau minta tolong oma.."

"Minta apa nak? Oma akan bantu."

"Oma.. jika nanti Jin pergi, tolong cabut tuntutanku untuk paman."

"Seokjin.. bukankah kau yang berusaha membawa pamanmu ke penjara? Kenapa kau ingin melepasnya lagi? Semua jadi sia-sia Jin."

"Tak ada yang sia-sia oma.. Jin yakin paman Lee pasti sudah menyadari kesalahannya."

Seokjin menatap langit kamar rawatnya dengan tersenyum tulus.

"Jin hanya ingin paman berhenti, dan setelah itu paman tak mengulanginya lagi. Jin tau, paman hanya ambisi sesaat ketika melakukan semuanya. Jin sangat mengagumi paman, Jin tidak bisa membiarkan paman mendekam disana."

"Tugas Jin untuk menyadarkan paman sudah selesai Oma."

Seokjin mengerjap lambat. Matanya perlahan memberat.

"Jin ngantuk Oma.. Jin ingin tidur. Bangunkan Jin nanti ya Oma?"

"Ne ne.. tidurlah. Oma akan menemanimu disini."

"Terimakasih Oma. Jin takut ayah dan ibu datang saat Jin sendirian."

Saat itu juga air nata Yura lolos menetes dengan deras. Meski Seokjin hanya mengatakan ia ingin tidur, namun membuat jantungnya berdegup dengan perasaan tak menentu.

Seolah ia tak rela jika Jin benar-benar tertidur.











BERSAMBUNG

Segini dulu ya

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang