26

409 66 3
                                    

Terpaksa mereka yang menjaga Seokjin di ruang isolasi harus mengizinkan Yura masuk didalam dengan durasi yang lebih lama. Biasa hanya diberi waktu 5-10 menit, namun ini sudah lebih dari 15 menit Yura enggan singgah.

Seokjin yang tidur penyebabnya, ia ingin bicara dengan nya namun Yura tak mau jika harus mengganggu tidur sang cucu.

Alhasil ia hanya memegang tanga kurus Seokjin, menciumnya, mengusap kepalanya. Hal yang baru pertama kali ia lakukan seumur hidup.

Yura ingat saat Seokjin lahir, ia sangat senang karena Jin terlahir sebagai laki-laki dan langsung menjadikannya seorang pewaris utama. Tak peduli pada larangan sang ibu, ia tetap teguh pendirian. Memaksa Seokjin sejak kecil belajar agar menjadi pemimpin yang hebat.

Perlahan kepala Seokjin bergerak tak nyaman. Yura yang melihatnya langsung memgganti kain kompres di kepala Seokjin.

Mata itu terbuka sedikit.

"Oma.." ucapnya lemah.

"Jin sudah bangun nak? Apa Oma membangunkanmu?"

Wajah Seokjin seketika terheran mendengar nada bicara Yura yang berbeda.

"I-ini Oma?"

"Iya.. ini oma nak.."

"B-bukan oma.."

"Ini Oma sayang. Maafkan Oma. Oma telah salah padamu, kau benar nak. Pamanmu, dia jahat. Hiks.. maafkan Oma tidak mempercayai semua katamu. Maaf.. hiks.. maaf karena Oma kau jadi seperti ini. Bahkan selama hidup Oma, Oma tak pernah menyayangimu selayaknya seorang nenek, maaf.. harusnya Oma merawatmu saat orang tuamu pergi, bukan malah menghancurkan mu seperti ini.."

Jin menggeleng "Oma.. jangan bicara s-seperti itu.. Oma ti-tidak salah."

"Oma salah. Pamanmu seperti itu karena ulah Oma, Oma yang tidak becus menjadi ibu untuk ayah dan pamanmu.. hiks.. semuanya karena Oma."

Seokjin tak kuasa melihat Yura serapuh ini, dengan menahan sakit Seokjin bangun memeluk sang Oma.

"Oma baik.. Paman Lee yang salah.. d-dia tidak seharusnya s-seperti itu.. j-jangan salahkan o-oma.."

Yura melepas pelukannya, menatap sang cucu yang kini nampak kelelahan.

"Kenapa kau bangun? Kau masih sakit nak. Oma tidak akan memaksamu lagi saat sakit, maafkan Omaa.."

Jin menggeleng. Meski sakit mengingat semua perlakuan Yura namun ia harus bisa menahannya, bagaimanapun juga sekarang Yura sedang terluka.

"Oma jangan me-menangis.. o-oma kuat.."

Seokjin tak mampu banyak bicara, tenggorokannya tercekat, dadanya terasa berat dan nafasnya tercekat.

"Semua bukan salah o-oma.. P-paman Lee p-paman Lee yang j-jahat.. bukan om.. UKHUK!"

"Seokjin!!"

Seketika itu para perawat masuk dan membantu Seokjin berbaring agar pernafasannya membaik.

"Nyonya anda harus keluar, Seokjin akan ditangin dulu."

"T-tapi cucu ku.."

"Anda bisa menunggu disana."

Yura mengangguk meski berat hati meninggalkan Seokjin yang kini kesulitan bernapas.

Yura pikir Seokjin akan membencinya, akan menyalahkan semua padanya, namun ternyata tidak. Seokjin dengan tulus menerima semuanya.




❤️





"J-jin ingin ke-keluar.. jin m-mohon.."

Shed.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang