BAB 4

2.8K 150 1
                                    

"Pak, tuan udah berangkat?" Tanya bi Isna saat melihat pak Aston (suaminya) menutup gerbang

Pria paruh baya itu mengangguk dan menghampiri Bi Isna yang berada diambang pintu "kalau nona masih tidur?"

"Kayaknya gitu sih pak, soalnya semalam pulangnya larut lagi.., gak pernah alfa. selama tinggal disini nona keluar malam terus" keluh bi Isna. Ya, sekarang terhitung seminggu pernikahan dua manusia yang berjalur perjodohan itu

Terlihat pak Aston hanya menghela nafas pelan sebagai tanggapan,"Ibu tuh bingung sama mereka pak, kayak bukan suami istri! tidur aja pisah.., ketemunya gak saling sapa, kalau sampai orang tua mereka tau, ibu yakin mereka pasti bakal kena marah" ujar bi Isna sambil memilin tangan menghayati ucapannya


"Udah lah Bu, gak usah urusin mereka. Kita cukup jalanin tugas kita aja disini, gak usah ikut campur rumah tangga orang" nasihat pak Aston

"Bukan gitu pak, ibu cuma ngerasa ganjal aja.., padahal mereka cocok bangettt, tuan juga kan sholeh, kenapa ya? dia gak bimbing istrinya?"

"Bu! jadi ART jangan juliddd"

***

"Kata kamu tadi urus berkas?" Salma mengangguk antusias saat mendengar pertanyaan itu

Saat ini didalam mobil yang hanya berdua, Raffa memulai pembicaraan agar suasana tidak hening

Yang niatnya mulai kekantor hari ini dia urungkan saat melihat Salma dijalanan tadi, lagipun ayahnya memang masih menyuruhnya mengambil cuti, hanya saja tadi Raffa sempat menolak karna bosan dirumah

"Berkas apa?" Tanya Raffa penasaran

"Kuliah"

"Kamu mau kuliah? kuliah itu tidak mudah lohh.., memang kamu bisa?" Raffa sedikit menakut-nakuti

"Ih, kamu kok gitu sih? seharusnya aku mau kuliah itu didukung! bukan ditakut-takutin" gerutu Salma membuat sepupunya itu terkekeh

"Iya deh, semangat. tapi, apa yang buat kamu mau kuliah?"

"Pertanyaan kamu nggak elit banget! ya buat belajar lah" kali ini perempuan itu terkekeh

"Kamu kan sudah sekolah, untuk apa kuliah?" tanya Raffa terkesan memancing. ingin tahu saja apa tanggapan perempuan yang berada disampingnya ini

"Sekolah aja nggak cukup!, apalagi aku suka yang namanya belajar. dan sebagai seorang perempuan memang harus memiliki pendidikan tinggi. kalau nggak, gimana sama anak-anakku nanti? kalau semisal sampai kejenjang itu si" cengir Salma diakhir kalimat. tanpa sadar Raffa berdecak kagum

Andai kita bersama, kupastikan anak kita nanti beruntung punya ibu sepertimu Sal

***

"Dia bukan ustadz anj*r! dia direktur!"

Giska ber-oh ria "tapi kok penampilan dia kayak-

"Yaa gitu deh, soalnya denger-denger dia cucu kiyai" lanjut Fara dengan santai, beda dengan temannya yang sudah melotot sempurna

"SERIUSAN LO!?" Giska berseru lagi-lagi membuat Fara menatapnya malas

RAFFAR [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang