"Mau kemana?" Tanya Rahma mendapati menantunya seperti buru-buru sekali ingin keluar diruangan itu
Raffa menyengir. "Shalat shubuh, ma"
Langkah laki-laki itu kembali dipercepat setelah menjawab. Rahma hanya bisa menggeleng lalu menghampiri anaknya yang terbaring dibrangkar
"Hebatnya anak mama" pujinya mengusap puncak kepala Fara yang basah karna keringat
Wajah Fara sangat pucat bagai orang yang tidak pernah makan 3 hari, badannya masih gemetar, tapi matanya sudah sangat tak sabaran menunggu anak kecil yang dibawa sebentar oleh suster keluar dari ruangan
Selang beberapa menit, pintu ruangan terbuka
"Assalamualaikum" kedatangan Athar dan Farida bersamaan dengan bayi kecil yang digendong oleh suster
"Wa'alaikumussalam"
Farida mengadahkan tangannya pertanda meminta bayi itu pada suster, dengan senang hati suster itu memberikannya dan berpamitan keluar dari sana
"MaasyaAllah.."
Rahma dan Irfan yang belum melihat sama sekalipun ikut menghampiri Farida
Tersisalah Fara sendiri dibrankar, mendengar kata-kata jelas dari mereka yang memuji bayi itu, rasa didalam hatinya bercampur jadi satu. Fara tidak bisa mendeskripsikan bagaimana perasaannya sekarang
Mata perempuan itu terpejam. biarkan dia beristirahat sebentar, dia cukup lelah dalam perjuangan itu
Usapan dikepalanya membuatnya kembali membuka mata. Farida kini tengah tersenyum padanya
"Terimakasih ya, Fara"
Dia sudah mendapat banyak ungkapan terimakasih pagi ini. Fara merasa beruntung dikelilingi orang-orang baik, orang tua yang baik, serta mertua yang baik. apresiasi terbaik diberikan padanya hari ini
"Adzankan anakmu Raffa" perintah Athar begitu melihat Raffa masuk kedalam ruangan
"Iqamah, yah" ralat Farida terkekeh pelan
Athar yang seperti orang bingung mengerut kening. "Cucu kita perempuan loh" kata Farida lagi
Detik itu pula Athar ber-oh ria, dia pikir cucunya laki-laki. hum? bisa-bisanya ya, jadi selama ini dia tidak tau? perasaan dia sudah diberitahu jauh-jauh hari
Raffa mengambil alih bayi kecil itu dari gendongan Rahma, diiqmahkan lah anaknya dengan nada pelan namun sangat jelas. terakhir, dia melayangkan sebuah kecupan didahi kecil bayi kecil itu
"Ahlan wa shahlan baby girl"
Setelahnya laki-laki itu kembali menyerahkan anaknya pada Rahma yang sudah berdiri tegak dihadapannya. dia kemudian menghampiri Fara yang terbaring disana
Cup!
Cup!
Cup!
"Dia cantik sepertimu, Fara" bisiknya. pipi Fara seketika bersemu, Farida yang hanya bisa melihat namun tak tahu apa yang dibisikkan anak laki-lakinya, memilih memberikan ruang untuk keduanya. wanita itu ikut berkumpul dengan mereka yang sibuk menatap bayi yang baru saja lahir
"Kamu udah punya nama, buat dia?"
Raffa mengangguk antusias "namanya-
"Panjangin, ya? hadirin dia kedunia gak mudah loh, dan aku gak mau dia dinikahi semudah itu oleh jodohnya nanti"
Laki-laki itu terkekeh mendengar ucapan istrinya. Diusapnya kepala Fara dengan manik mata yang kini saling bertubrukan
"Siap sayang.. aku akan beri dia nama..""Alesha Queenara Naureen Zarlashta Balgis Helin Naraputri Azra" sebutnya setelah menjeda beberapa detik
"Dipanggil?"
"Alesha!" Raffa berseru membuat perempuan itu tertawa ringan
"Kenapa harus Alesha? Queenara juga bagus, atau Balgis?"
Orang yang mendapat pertanyaan itu menggeleng. "Setiap sesuatu memang tidak diharuskan punya alasan, tapi untuk pertanyaan kenapa harus Alesha? tentu ada alasan dan maksud dari namanya"
"Nama itu adalah doa, dan Alesha artinya keberuntungan dan wujud permohonan selalu diberi perlindungan di manapun berada. nama Alesha cocok untuk dia, dan kita yang menginginkan dia untuk selalu diberi rahmat oleh Allah"
Mendengar kalimat panjang itu, rasanya Fara dinyanyikan saking merdunya suara laki-laki itu dalam berbicara
"Raf, kamu bilang setelah dia lahir, kamu bakal tidur kan? Ayo tidur sama-sama, aku ngantuk"
"Iya, kamu istirahat duluan setelah-
"Kamu juga harus istirahat sekarang! sehari semalam kamu belum pernah tidur" ujar Fara dengan suara serak. mata perempuan itu mulai terpejam
"Tidur dekat aku, biar bisa sama-sama kesyurga-Nya" lanjutnya diikuti kekehan pelan
"Tidak nyambung, sayang"
***
Rumah milik Raffa dan Fara kini ramai dengan kunjungan orang-orang terdekat. termasuk Giska dan Faizar sebagai sahabat mereka.
Setelah dua hari keluar dari rumah sakit, Fara juga sudah mulai bisa berjalan sendiri.
Sebagai cucu pertama dari orang tua Fara, dan cucu pertama perempuan dari orang tua Raffa, Alesha tidak pernah dibiarkan tergeletak dikasur, Fara dan Raffa sampai tak habis pikir dengan mereka yang memberi kesempatan menggendong hanya hitungan menit
Mereka saling bergantian menggendong Alesha dengan penuh kasih sayang. ribuan pujian dan kata-kata baik membanjiri bayi kecil itu
"Ma, aku mau gantiin dia-
"Biar mama aja," serobot Rahma membuat anaknya meringis. Fara menatap kecewa pada Raffa, tanpa bicarapun, Raffa tahu apa yang dikatakan perempuan itu
Laki-laki itu terkekeh pelan. "biarin aja dulu, gak selamanya juga mereka gitu, sayang" bisiknya. yang mana Fara hanya bisa menarik nafas dalam
Apa yang dikatakan Raffa juga benar, mama dan mertuanya juga tak selamanya tinggal disini
Dari pada bosan, dia memilih mengganggu anak Giska yang sedang meminum susu
"Cepet amat gedenya, perasaan baru kemarin keluar" Fara menoel pipi anak laki-laki Giska dengan gemas
Zean menatap kesal Fara. Haus-haus diganggu? siapa yang tak kesal?? sibuk bercerita dengan Giska, tatapan kesal dari Zean baru disadari setelah beberapa detik
"Ih, marah?" Fara tertawa "ngeri juga tatapannya bang"
Abang memang sudah menjadi sebutan anak Giska yang satu itu, sedangkan Zea dipanggil adek.
"Zean emang gitu, ounty. Suka bombastic sideaye" ucap Giska dengan menirukan nada-nada yang sempat viral
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFFAR [END]✔️
AcakYUK FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ Bagaimana jadinya jika Raffasya yang dikenal lelaki baik-baik, harus menikahi sosok gadis nakal, pemilik wajah judes, serta ucapan yang tak memiliki etika pilihan orang tua? Sebagian orang bisa menebak kisah mereka yang kat...