BAB 18

2.2K 135 9
                                    

"Naik semester nanti, saya tidak ingin menunda nunda lagi, kita menikah ya ning?"

DEG!

Salma menatap Daffa dengan ekspresi yang tidak biasa

"Apa tidak terlalu cepat?" tanya Salma "saya masih semester dua disitu" lanjutnya membuat Daffa tersenyum tipis

"Tidak. lagi pula, memangnya kenapa jika kamu masih semester 2? kuliah sambil menikah juga bisa kan?" Ucap Daffa dengan sedikit tawa diakhir kalimat

"Tap-

"Intinya saya sudah tahu, perasaan kamu terhadap saya bagaimana. Rasa kita sama, kenapa tidak menikah saja? dari pada zina, kan?" lanjut Daffa yang hanya memberi beberapa detik untuk gadis itu menyangga

"Secepatnya saya dan keluarga akan datang kepondok untuk mengkhitbah mu, setelah saya naik semester 6, kita langsungkan akad. kamu mau kan menikah dengan saya?"

"Kalau gus Daffa serius"

Raffa mengacak rambut frustasi. percakapan yang tidak sengaja ia dengar beberapa menit yang lalu kembali terputar diingatannya

Dugaannya beberapa hari ini benar. Daffa dan Salma punya hubungan yang lebih, bukan sekedar kakak tingkat saja, bahkan yang Raffa dengar mereka akan menikah.

Bagaimana dengan Raffa yang masih mencintai sepupunya itu? bahkan pernikahan yang ia bangun beberapa bulan lalu bersama perempuan lain tidak memengaruhi rasanya terhadap Salma

Jika mereka menikah, bagaimana hati Raffa? ini kah yang harus dirasakan laki-laki itu setelah perjuangan yang selama ini ia perlihatkan pada orang yang Raffa cintai?

Inikah balasan semua doa-doa yang menyangkut perempuan itu? sejahat ini kah takdir yang mempermainkan hati nya?

"Jika kalian saling cinta, lalu cinta saya bagaimana Sal?" Raffa bermonolog sendiri, mengatupkan kepalanya pada stir mobil

Beberapa menit kemudian, ia turun dari mobil. bangunan yang berada didepannya adalah rumahnya sendiri. dengan langkah pelan laki-laki itu memasuki rumah tersebut

"Tumben lo pulang siang Raf?" suara perempuan yang lansung menyambut kedatangannya membuat laki-laki itu menoleh kesumber suara

"Saya mau tidur" Fara mengerut kening, jawaban yang selalunya tak sepadan dengan pertanyaan yang ia berikan

Raffa mempercepat langkahnya menuju kamar dan menutupnya dengan kasar, hingga Fara yang berada dibawah sana tersentak

"Tu anak kenapa si?" Tanya Fara pada diri sendiri

🌸🌸🌸

"Lo kenapa?" entah sudah berapa kali perempuan itu menanyakan pertanyaan yang sama, namun hingga saat ini ia tak mendapat respon sama sekali

Sedari kemarin siang saat pulang kantor hingga pagi ini Raffa hanya banyak diam, dimana Raffa yang selalu menjahilinya?

"Gue ada salah, ya?" Tanya Fara melihatnya hanya diam tanpa suara

"Lo gak kekantor?" hanya gelengan kecil, tapi membuat Fara mengerut kening

"Kenapa?"

"Tidak masuk kantor sehari tidak akan membuat kita miskin" ucap Raffa kembali merebahkan badannya.
mendengar itu Fara mencibir

RAFFAR [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang