BAB 31

2.3K 105 1
                                    

Mendapat kabar dari mama mertua melalui telefon bahwa Raisya melahirkan pagi itu, Farapun dengan tak sabarnya mendesak Raffa kerumah sakit secepatnya

Sesingkat itu? ya, Raisya melahirkan dengan prematur, tujuh bulan. semuanya tidak menyangka, termasuk Raffa dan Fara

"Gimana keadaan Raisya?" Tanya Fara khawatir pada gus Daffi, orang pertama yang ia jumpai saat akan memasuki ruangan Raisya

"Raisya alhamdulillah gak papa, ada didalam" balas Gus Daffi yang sepertinya terburu-buru ingin pergi

"Anaknya?" langkah gus Daffi terhenti mendengar sahutan dari Raffa, dia berbalik

"Ada diruangan sebelah, dengar-dengar anaknya mau dipindahkan kerumah sakit yang lebih besar"

Dia kembali melanjutkan langkahnya yang tak lama kembali terhenti karna mendengar pertanyaan Fara

"Kenapa?"

"Beratnya hanya 1,7 kilo. sebenarnya disini juga fasilitasnya lengkap, tapi Tante Farida minta rujukan"

Percakapan mereka pun terputus, Raffa membiarkan gus Daffi pergi tanpa bertanya lagi

"Assalamualaikum" saat masuk kedalam sana, mereka berdua bisa melihat ruangan yang tidak ramai, hanya ada Farida disana

Dimana gus Daffa sebagai suami dari adik Raffa itu? dimana juga orang tua? kenapa mereka tidak menampakkan dirinya disini

"Ayah lagi urus rujukannya, kiyai Ahmad dan istrinya diruang bayi, dan Daffa masih perjalanan kesini" jelas Farida saat Raffa bertanya.

"Berarti gus Daffa gak lihat Raisya lahiran, bun?"

Raisya mengangguk. "Karna mendadak"

"Emang si beliau kemana?" Tanya Raffa akhirnya

"Kuliah,"

***

"Mungil banget," ucap Fara membukukkan dirinya melihat bayi kecil yang berada didalam inkubator

Sebentar lagi bayi itu akan pindah rumah sakit, dan pastinya dia berpisah dengan ibunya sementara. Raisya masih tetap dirawat dirumah sakit itu hingga beberapa hari kedepan

"Adzankan dia sekarang gus" perintah Aliza pada pada anaknya. sedari tadi laki-laki itu hanya diam dengan menatap kosong pada isi inkubator

Entah apa yang ada dipikirannya hingga membuat gus Daffa melamun panjang

Farapun mundur membiarkan gus Daffa mendekat disisi inkubator. perempuan itu lansung mendudukkan dirinya disamping Raffa yang terlihat sangat fokus pada handphonenya

Melihat Raffa sedang chatting dengan teman kantornya, ia tak ingin mengganggu. Fara hanya diam sambil menunggu laki-laki itu selesai dengan urusannya

"Anaknya Giska kembar loh," imbuh Fara setelah beberapa menit, yang mana dia melihat Raffa sudah mematikan handphonenya

"Ohya?, cewe cowo?" Raffa terlihat antusias mendengar kabar itu, ralat, bukan hanya kabar itu. Raffa memang selalu antusias mendengar cerita apapun yang keluar dari mulutnya

"Katanya jenis kelaminnya belum nampak, yang dia tahu jelas baru itu, anaknya kembar" penglihatan Fara fokus menatap kearah inkubator yang disana ada Gus Daffa dan ibunya

Raffa hanya ber-oh ria, dia tak tahu ingin membalasnya dengan apa

"Pengen punya bayi juga.." rengek Fara tiba-tiba, "kembar tiga" lanjutnya membuat sang empu melongo

Kemudian laki-laki itu tertawa "Emang sanggup?"

"Enggak" balasnya ikut tertawa

***

Duduk dikursi lorong rumah sakit berdua dengan gus Daffa. Keheningan membersamai dua orang berbeda jenis kelamin itu

Fara meruntuki dirinya yang terlalu bersemangat ingin menemani bayi kecil itu pindah rumah sakit, dia tak sadar jika yang mengikuti bayi kecil itu hanya gus Daffa, selebihnya itu dokter.

Raffa sudah kembali kekantor, dan orang tua gus Daffa kembali sebentar kepondok. Tidak mungkin Farida juga mengikuti bayi itu, siapa yang menemani Raisya dirumah sakit tadi jika dia juga ikut?

Melirik gus Daffa yang sibuk memainkan handphone, dia memberanikan diri menegur "maen hp mulu lo, dari tadi"

Ingin sekali rasanya Fara mengumpat saat menyadari laki-laki disampingnya tak merespon ucapannya

kagen juga ngumpat..
Eh, gak boleh banhhhh berdosa!

"Assalamualaikummmm" tiba-tiba saja kembaran laki-laki itu datang dengan tas besar dipundak dan kresek hitam ditangannya

"Wa'alaikumussalam"

"Nih titipan kau," ucapnya melepas tas besar itu dan memberikannya pada gus Daffa "berat sekali bah" keluhnya dengan nafas yang naik turun

Gus Daffa berdecak dan menerima tas tersebut. "lebay"

Gus Daffi beristigfar mendengar nya, sudah lah capek-capek bawa, orang yang minta tolong tidak berterima kasih pula

"Ini dari umma, buat istrinya gus Raffa katanya" gus Daffi menyerahkan kantong kresek hitam itu didepan Fara

Perempuan itu menerimanya "apa ini?"

"Makanan, kalau gak salah, berarti bener."

Fara menggeleng-gelengkan kepalanya, gus Daffi ini memang terkenal humoris, berbanding balik dengan sikembarannya yang senyum saja susah

"Saya mau balik kekampus-"

"Yaudah sana" serobot gus Daffa, padahal kembarannya belum menyelesaikan ucapannya

"Astagfirullah, gak sopan sekali! belum selesai ngomong wei"

Terlihat Gus Daffa memutar bola mata malas, dia bangkit membuat dua orang didekatnya berteriak

"Ck, mau shalat doang dimushalla sana" jelasnya dengan malas tanpa berbalik

"Oh, bilang kek.." celetuk Gus Daffi yang sudah lebih dulu berpikir yang tidak-tidak

"Alasan saya kesini selain mau antarkan titipan Daffa, saya juga mau temani kamu, sampai umma dan Abi datang. Karna saya tau kalo berdua sama Daffa pasti garing, kan?"

"Dia itu orang susah. Susah bicara, susah senyum, susah lirik orang, apalagi ketawa.. terakhir ingat dia ketawa pas kecil"

Fara melongo mendengar ungkapan panjang dari laki-laki dihadapannya.

"Jadi mau panggil dia, panggil aja si orsu (orang susah)" Fara tertawa mendengar itu

Gus Daffi tak kehabisan topik. Malah kehadirannya membuat mulut Fara rasanya pegal terus tertawa, tak seperti tadi yang hanya diam dan menatap layar ponsel melulu

Hingga tak lama Aliza dan Ahmad pun datang, mereka menjelaskan jika mereka terlambat karna mampir kerumah sakit Bagaskara dulu sebentar

RAFFAR [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang