BAB 9

2.5K 135 9
                                    


Fara:

Setelah drama semalam yang dimana aku tak sabar menunggu matahari cepat terbit, sekarang sudah berada pas diatas kepala. saat ini aku sedang bersiap-siap. sebenarnya sejak semalam aku siap, tapi sekarang beda.., semalam hanya siap-siap saja kalau sekarang siap-siap berangkat. uhuuu, suami sialan sudah menunggu dibawah sana

Aku memanggil pembantu yang berada dirumah ku, setelah semua barangku siap, aku menyuruh mereka membawanya kemobil. Saat ingin melangkah pergi, tiba-tiba Alexa datang

"Nona" panggilnya. Alexa ini salah satu asisten dirumahku, umurnya masih muda, seumuran denganku

"Hem?"

"Bastian menghubungi ku hampir setiap saat.. dan dia juga selalu meminta uang mu padaku"

"Kamu kasih?" Tanyaku membuatnya mengangguk

"Oke. Kalo dia minta dan aku gak ada, ambil dimeja rias. kalo kurang, minta sama mama dan bilang kalo itu keperluan aku" Alexa kembali mengangguk. ini memang kerjaannya padaku, membantu hubunganku dengan Bastian.

Alexa ini tak jarang mengirimkan pacarku itu uang. Tentu saja mendapat persetujuan dariku, entah lah Bastian gunakan apa uang itu, yang jelas tidak bisa dihitung berapa kali dia meminta kepadaku.

Percakapan singkat itu putus saat mama lebih dulu memanggil dibawa sana, akupun melanjutkan langkah yang sempat terhenti tadi

Senyumku tak pernah pudar sampai dihadapan mama yang wajahnya lebam-lebam. aku menghembus nafas pasrah pasti papa mengasari nya lagi semalam.

"Ma aku berangkat ya" pamitku bersalaman. jarang sekali sebenarnya aku mencium tangan mama, tapi Karna hari ini aku bahagia, maka aku akan melakukan itu

"Iya, hati-hati ya.. jadi istri nurut sama suami" pengingat mama membuatku memutar bola mata malas

Setelah acara salam-salaman kami berdua berpamitan, aku berlari kegarasi. saat ingin memasuki mobil kesayanganku itu, suara mama berhasil menghentikan pergerakanku

"KAMU NGAPAIN DISITU?!" Tegur mama membuatku mengeryit heran,
mama terlihat menghembus nafas kesal

"Nanti bodyguard papa yang antar mobilmu, sekarang kamu ikut sama Raffa" ujar mama. Aku berdecak kesal, ingin membantah tapi aku kasihan. sudahlah wajah mama yang lebam, dapat anak seperti ku pula.

Tanpa berkata-kata lagi, aku berjalan lansung memasuki mobil hitam milik Raffa, tapi mama kembali bersuara

"Kenapa dibelakang? didepan nakkk, Raffa bukan supirmu" suaranya terdengar kesal, akupun sama kesalnya, untung saja aku kasihan. jika tidak, aku akan membantah!

Tak basa-basi lagi aku lansung pindah kedepan, melewati antara kursi penumpang dan supir, walaupun sulit sebenarnya. ini sangat sempit

Aku menurunkan kaca mobil itu lalu menyengir "udah mama cintaku" mama menggeleng melihatku, pasti mama gemas melihatku yang super imut ini kaaan

"Woi Raffa, ayo!" panggilku kearah Raffa yang masih setia disamping mama, terlihat ia mengangguk dan berpamitan kembali kemama

"Maaa duluan ya byeeee" aku berteriak melambaikan tangan kearah mama saat mobil sudah mulai berjalan, jangan tanyakan papa ya, karna dia sedang kekantor sekarang.

Aku mengamati wajah mama yang kian menjauh dari penglihatan ku, tangannya terangkat seperti mengusap sesuatu dari matanya. sedetik, rasa bersalah mendominasi ku, kasian sekali mama punya anak nakal sepertiku

Aku ingin membanggakannya, membanggakan papa, tapi bagaimana? Bagaimana caranya?

Kembali lagi saat mobil yang kutumpangi sudah keluar dari pekarangan rumah, aku menghela nafas. wajah yang tadi ceria kuubah menjadi masam, kulirik laki-laki yang berada disampingku saat ini, mukanya sangat datar bagai tembok! andai dia tersenyum, sedikit saja. pasti tampan

Heh apa kataku tadi? tampan? tidak! tidak! dia tidak tampan aku hanya salah kata.

Frisly: saye bilang juga apa😏

Tidak ada perbincangan didalam mobil, aku memilih bungkam seperti dirinya,,

Sampai didepan rumah, terlihat pak Aston yang menyambut kedatangan ku dengan senyum yang merekah
"Nona" sapanya yang hanya dibalas senyum olehku

Saat aku mulai berjalan masuk, kulihat Raffa kembali pergi entah kemana

"Masak gini banyaknya buat apa Bi?" Tanyaku heran. Baru saja datang, aku sudah disuguhkan berbagai jenis makanan yang ditata serapih mungkin diatas meja. Ohhh kebetulan sekaliii aku memang lapar

"Karna bibi tau nona akan datang hari ini, jadi bibi nyiapin semuanya" balas Bi Isna dengan memperlihatkan deretan giginya

Aku berterimakasih. Ya, walaupun dia memang pembantu.., yang mana, itu memang tugasnya. tapi didalam buku besarku aku tak pernah melupakan ucapan terimakasih pada orang yang ku sebut baik. contohnya bi Isna, dia adalah pembantu yang baik memperlakukanku seperti anaknya sendiri

Aku mendudukkan diri, dengan semangat aku menyambar piring yang tersedia.
"Em. maaf nona, gak tunggu tuan dulu?" kegiatanku seketika terhenti saat Bu Isna menyahut, aku menatapnya dengan kerutan dahi

"Kenapa harus ditunggu? emang dia kemana? dan dia siapa?" Ucapku sinis dan kembali melanjutkan kegiatanku yang tertunda

Kulihat dari ekor mataku, bi Isna menggaruk tekuk lehernya "Y yaudah.., kalau gitu, bibi kebelakang dulu ya? kalau ada butuh panggil aja" ucapnya melenggang pergi

Aku memilih acuh dan melanjutkan kegiatanku yang tertunda, setelah makananku tandas tak tersisa, aku mengusap perutku.., ah kuberi nilai 10000/10 pada bi Isna, masakannya enak sekali

Koper yang berada didepan tangga membuatku kembali berteriak "PAK ASTON TOLONG ANGKATIN BARANG-BARANG AKU DONG!" Hanya butuh beberapa detik, pak Aston sudah datang dengan mengangguk patuh

Aku berjalan santai membuntutinya dari belakang tanpa membawa apapun "disini aja pak" perintahku kembali membuat pak Aston mengangguk. setelah aku menyuruhnya pergi, aku menyeret koperku masuk dengan malas, kubukanya lemari tempat pakaian

Sedetik, dua detik, tiga detik. Aku ternganga melihat isi lemari, oh sh*tttt! apa ini? Dengan kasar aku mengeluarkan semuanya dari lemariku

"Permisi nona, bibi izin masuk ya?" aku berbalik melihat Bi Isna. Saat aku mengangguk dan kembali fokus mengeluarkan pakaian-pakaian tidak jelas itu, Bi Isna berjalan mendekat

"Loh? Kenapa dikeluarin semua non?" Tanya bi Isna dengan ekspresi bingung

Aku berbalik. "ini bukan pakaianku" Aku kembali mengeluarkan semua baju-baju besar itu "Raffa gak nikah lagi kan bi?" pikiranku, laki-laki itu mungkin menikah lagi. lihatlah semua pakaian ini, siapa pemiliknya jika bukan perempuan berhijab?

Kudengar Bi Isna terkekeh "itu pakaian mu nona" sontak aku berbalik dengan ekspresi terkejut

"Maksudnya??" Tanyaku "aku gak pernah beli baju-baju ginian!" Aku menunjuk semua pakaian yang ku lempar asal kelantai itu

Bi Isna menggeleng. "Yang beli semua ini ibu tuan"

"B buat?"

"Tentu untuk menantunya"

"Siapa menantunya?"

"Kamu nona"

RAFFAR [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang