Prolog

835 47 33
                                    

Gerimis mengguyur kota Jakarta di siang hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerimis mengguyur kota Jakarta di siang hari. Menumpahkan seluruh airnya di gundukan tanah coklat beraroma khas kuburan. Tempat manusia kembali ke asalnya, yaitu tanah.

Jasadnya sudah tak terlihat, sosok itu telah kembali ke pangkuan Illahi.

Seorang Ayah yang hebat bak pahlawan bagi anak-anaknya, kini sudah berpulang, Meninggalkan tusukan luka tak terlihat namun terasa bagi keluarga yang ditinggalkan.

Satu persatu orang pergi meninggalkan area pemakaman, tentunya setelah memberikan doa untuk almarhum. Para pelayat turut merasakan kehilangan yang amat mendalam. Sedangkan, Ibu dan tiga anak yang ditinggalkan, masih enggan untuk meninggalkan makam yang sudah basah. Mereka saling berpelukan, tangisan pilu terdengar. Membuat siapapun yang mendengar tak bisa menahan air mata.

.
.
.


4 Maret 2020

Seorang dokter bernama Darren Dharmendra telah meninggal dunia, dikarenakan menjadi korban tembakan orang yang tidak dikenal. Pelaku berinisial G sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini. Tersangka G mengatakan, bahwa ia tidak sengaja menembak mati korban, G beralasan bahwa ia salah menembak orang.

Pihak kepolisian masih menyelidiki kasus tersebut guna mencari bukti untuk menguak pengakuan tersangka.

.
.
.

18 Maret 2020

Kabar terkini dari kasus pembunuhan Dr. Darren Dharmendra yang sudah dua Minggu lamanya mengisi seluruh pemberitaan media.

Pihak kepolisian memeriksa seluruh saksi di lokasi kejadian. Saksi mata mengatakan bahwa ia melihat dua orang pria dan satu pria lainnya yang diduga korban tengah kejar-kejaran. Saksi mengatakan ia melihat itu dari atas apartemennya saat hendak menutup jendela. Pada hari itu malam pukul 2.31 dan keadaan jalanan memang sepi.

Saksi inisial RM berusia 76 tahun melihat dengan jelas kejadian itu. Ia melihat tersangka G sedang mengarahkan pistol ke korban. Sedangkan pria satunya lagi hanya diam seperti sedang mengamati.

.
.
.

20 Maret 2020

Tersangka G menampik bahwa ada pelaku kedua dari peristiwa penembakan tersebut. Polisi meragukan keterangan saksi setelah melihat cctv di lokasi kejadian. Cctv itu menampilkan tersangka G dan korban yang terekam. Hal itu juga diperkuat dikarenakan saksi yang sudah berumur dan mungkin saja mengalami penglihatan yang buruk.

.
.
.

25 Maret 2020

Terdengar kabar dari kepolisian bahwa tersangka G telah tewas akibat bunuh diri.
Kini jenazah G akan segera dipulangkan ke keluarganya.

Akibat kematian tersangka dan buntunya kasus. Kepolisian akhirnya menetapkan bahwa G memanglah tersangka dalam kasus ini. Kini pihak kepolisian hendak menutup kasus tersebut.

.
.
.

PRANG!

"GABISA SEPERTI INI! SUAMI SAYA MENINGGAL! DIMANA HATI NURANI KALIAN HAH! BRENGSEK!"

"Tolong jangan seperti ini. Kami sudah berusaha untuk mencari dalang dari pembunuhan suami ibu. Tapi, ini lah hasilnya. Pelakunya sudah tewas. Kami tidak bisa berbuat apa apa," jelas salah satu polisi.

"BERUSAHA? TAPI KENAPA KALIAN BIARKAN BAJINGAN ITU MATI! DIA BELUM DIHUKUM! KALIAN BODOH! TIDAK PUNYA PIKIRAN."

"CUKUP BU! Jika anda tidak bisa menjaga sikap. saya bisa saja mengusir anda dari sini!"

"SAYA CUMA MENUNTUT KEADILAN! SAYA TAHU, KALIAN PASTI DIBAYAR BAJINGAN ITU-KAN? BAJINGAN YANG SUDAH MEMBUNUH SUAMI SAYA! POLISI MACAM APA KALIAN!"

Wanita itu benar benar marah. Raut wajahnya merah padam. Mata sembabnya berusaha menahan air mata yang hendak keluar.

Arin Sanjaya, istri dari Dr. Darren Dharmendra yang masih berduka dengan kepergian suaminya tersebut. Ia sungguh tidak terima dengan kematian suaminya. Saat wanita malang itu ingin menuntut keadilan untuk sang suami. Ia percaya dan sangat berharap terhadap hukum, bak menelan pil pahit yang beracun, ia di tampar oleh ekspetasi. Arin jadi yakin, Keadilan itu sebenarnya tidak pernah ada.

Sekarang tubuh Arin yang kurus, sudah diseret paksa oleh salah satu polisi untuk keluar dari kantor polisi.

Kini yang dipikirannya hanyalah, bagaimana ia mampu melanjutkan hidup tanpa suaminya. Bagaimana cara dia menyelamatkan ketiga putranya lepas dari traumatis yang mendalam.

Arin melangkah terseok-seok, semuanya hancur. Bahkan ia harus mencari tempat tinggal baru karena rumah mereka telah disita.

Semua milik keluarganya diambil, tidak ada sedikitpun tersisa. Hanya pakaian yang bisa ia bawa sama sejumlah uang yang sedikit.

Arin sempat melawan, mempertahankan apa yang menjadi milik keluarganya. Ia tidak percaya suaminya melakukan penggelapan uang yang nominalnya sangat banyak.

Akan tetapi Arin kalah banyak. Mereka semua sangat cerdik, merampas hak dia dan anaknya. Bahkan rela membuat sebuah bukti palsu.

.
.
.

Papa hebat untuk ketiga putranya

Papa hebat untuk ketiga putranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung..

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang