28. Celaka

119 8 0
                                    

Semenjak insiden itu, dua hari ini Nazwa merasa Gante telah menjauhinya. Perempuan itu resah. Berulangkali menatap ponselnya menunggu cowok itu untuk membalas pesannya.

Kang Bakso😺

Me
Gante, aku mau ngomong
Aku tunggu kamu
Dikafe Bintara dekat
Lapangan.
Read


Nazwa menghela nafas gusar, sudah satu jam ia menunggu dikafe ini namun cowok itu tak kunjung datang.

"Mungkin sebentar lagi."

Seorang laki-laki bertudung putih tiba-tiba saja menarik lengan Nazwa dengan kasar.

"Eeh! Apa-apaan ini, siapa lo?!" Nazwa memberontak berusaha melepaskan cekalan tangan pria itu.  "Lepasin gue anjing! Tolong!!!" Nazwa menarik tangannya, namun tenaga laki-laki itu jauh lebih kuat.

Laki-laki itu memukul kepala Nazwa, hingga Nazwa kehilangan keseimbangan karena perih dikepalanya. Perempuan malang itu didorong memasuki mobil milik lelaki itu.

Tubuh Nazwa bergetar, airmatanya meluruh saat mobil itu melaju kencang membawanya entah kemana. Sedangkan lelaki itu, tampak menyeringai karena rencananya telah berhasil.

"Lo siapa bangsat?! berhentiin gak mobil lo!" Teriak Nazwa membuat lelaki itu menoleh menampilkan senyuman mematikan.

"B-bima?!"

Mata Nazwa melotot, "GILA LO BIM, TURUNIN GUE SEKARANG! GAK LUCU!" bentak perempuan itu dengan tatapan nyalang.

"Nazwa, Nazwa. Lo pikir setelah gue bersusah payah mencari cela untuk membawa lo, gue bakal bebasin lo begitu saja!?" Bima tertawa mengerikan.

"Bima gue mohon tolong lepasin gue! Jangan gila Bim!"

"IYA GUE GILA SEKARANG! GUE TERGILA-GILA SAMA LO!!" Nafas Bima terdengar bergemuruh. Namun senyuman mengerikan itu masih terpancar membuat Nazwa ketakutan karenanya.

"LO PIKIR GUE IKHLAS MELIHAT LO DAN COWOK SIALAN ITU PACARAN, HAH?! HATI GUE SAKIT WAA. KENAPA PERLAKUAN LO SAMA GUE DAN DIA BEDA!!? PADAHAL GUE CINTA SAMA LO, SAYANG."

Nazwa berdecih, ia tertawa keras membuat amarah Bima semakin memuncak. "NGACA ANJ! LO PIKIR COWO KAYAK LO PANTAS DAPETIN GUE?! GAK! LO SAMPAH TAU GAK!!"

"Diam Nazwa sayang ... Mulai hari ini lo akan jadi milik gue selamanya!"

"Lo gak waras Bima!"

"Iya-iya gue gak waras! Emang gue gak waras! Dan itu semua GARA-GARA LO! Mulai hari ini gak ada yang bisa miliki lo kecuali gue!!"

Amarah Nazwa tersulut, perempuan itu memajukan badannya berusaha menghentikan stir yang dikendalikan lelaki itu.

"Kalau lo gak mau berhenti, biar gue yang berhentikan nya!"

Bima kehilangan konsentrasinya gara-gara Nazwa, namun perempuan itu sepertinya tidak menyadari bahwa yang ia lakukan bisa menyebabkan celaka. Yang dipikirkan oleh Nazwa hanyalah membuat mobil ini berhenti dan pergi dari lelaki gila seperti Bima

"Waa singkirkan tangan lo!"

"Gak! Sebelum lo berhentikan mobilnya!"

Laju mobil Bima tak terkontrol, membuat pengendara lain mengklakson kendaraan mereka lantaran kesal. Hingga tanpa disadari, mobil itu keluar jalur dan menyebabkan keributan dijalanan.

"Nanti kita bisa celaka, Nazwa!"

Dan benar saja, usai mengatakan hal itu sebuah mobil truk melaju kencang tepat di depan mereka. Bima langsung sigap memeluk Nazwa kendati tak sempat karena mobil mereka keburu bertabrakan dengan truk itu dengan dahsyat.

Mobil itu hancur bersamaan bocornya air di tangki truk tersebut. Genangan darah berceceran dijalanan, Nazwa dan Bima tergeletak tak sadarkan diri di aspal.

Sebuah notifikasi masuk diponsel Nazwa yang berada dikantong gadis itu.

Kang Bakso😺

Sorry, aku gak bisa datang.
✓✓

.
.
.

Sejak mengirim pesan ke Nazwa, entah kenapa perasaan Gante mendadak gelisah. Ada rasa bersalah dibenaknya karena perbuatannya yang sudah menyakiti gadis itu. Ia menelpon Nazwa namun tak kunjung dijawab, sudah tiga puluh panggilan tak terjawab.

Baru saja ia hendak meletakkan ponselnya dimeja, tiba-tiba saja ponsel itu bergetar menampilkan nama Indah yang sedang menelpon.

"Hallo"

"Gante ... Nazwa ... Hiks"

"Indah, kenapa? Nazwa kenapa!?" Ujar Gante dengan nada takut akan sesuatu.

"Tadi siang, Na-zwa kecelakaan, Nte ..." Tangis Indah terdengar memilukan dari sana.

Perasaan Gante terhenyak, matanya berkaca-kaca disertai kekhawatiran dan rasa bersalah menguasai relungnya. Berharap ini semua tidak benar, berharap bahwa Indah hanya membual saja. Buru-buru cowok itu mengambil jaketnya dan kunci motor hendak kerumah sakit melihat keadaan gadisnya.

"Maaf, maaf sayang ..."

.
.
.

Coba saja waktu itu Gante datang, atau coba saja Gante membalas pesannya lebih cepat. Agar gadis itu tidak menunggu kehadiran dirinya, dan kecelakaan ini mungkin saja tidak terjadi.

Gante mengutuk diri sendiri, memukul kepalanya dengan emosi. Pikirannya kalang kabut, kondisinya berantakan seperti orang tak waras. Semuanya menangis, semuanya berdoa meminta sebuah harapan penyembuhan. Tak henti-hentinya Gante berdoa untuk keselamatan gadisnya.

Disana ada papa Nazwa, kondisinya lebih parah dari Gante. Ada juga Olivia yang sama berantakanya. Kedua sahabat Nazwa juga kesini dengan wajah sembab.

Olivia menatap nanar kondisi sang anak didalam ruang rawat. Kondisinya antara hidup dan mati. Dibandingkan Nazwa, kondisi Bima lebih mengenaskan. Bahkan Bima nyaris kehilangan nyawanya saat hendak dibawa kerumah sakit.

Tiba-tiba saja seorang dokter keluar usai memeriksa keadaan Nazwa, wanita memandangi sekitarnya. "Siapa wali dari pasien atas nama Nazwa?"

Papa Nazwa langsung berdiri, "saya dok, saya ayahnya.''

"Baiklah pak, ada yang mau saya omongin tentang kondisi anak bapak. Tolong ikut saya."

Gante hanya diam memandangi mereka berdua yang sudah menjauh, ia berharap kondisi Nazwa tidak parah. Mudah-mudahan saja.

.
.
.

Tebak-tebakan ending yok

Happy ending?
Or
Sad ending?

Sampai Jumpa dipart selanjutnya ya ... 😊🙏

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang