JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMENT
.
.
.Tok, tok, tok
"Masuk!"
Gante memutar kenop pintu, jantungnya berdegup kencang, Sesekali ia menghela nafas. Ia bergerak masuk ke ruangan milik pria paruh baya yang kini sedang menatapnya.
"Ada perlu apa kamu kesini?" Tanya pria itu.
"Saya butuh bantuan Pak, ini keadaannya gawat," Gante menghadap pria itu. Demi Tuhan, Gante gugup sekali. Ia berusaha bersikap sebaik mungkin kepada pria yang merupakan atasannya, Pak Rio, pemilik lima cabang restoran tempat ia bekerja.
"Dari dulu kamu butuh bantuan aja!" Rio menatap sinis ke arah Gante.
"Saya mohon pak ini yang terakhir, Ibu saya drob pak, saya butuh uang untuk biaya operasinya ... jika tak segera dioperasi, saya akan kehilangan Ibu saya," kata Gante memohon.
"Alaah, kenapa gak mati saja Ibumu! saya gak peduli dengan kondisi Ibumu yang sekarat! Berani-beraninya kamu meminta bantuan saya, pergi dari ruangan saya!"
"Pak bagaimanapun Ibu saya adalah kakak anda," ucap Gante, memang benar Arin adalah kakak dari Rio meskipun mereka tak sedarah. Saat itu orangtua Arin mengadopsi Rio dari panti asuhan. Perlakuan berbeda tentu Rio rasakan sewaktu itu. Karenanya, secara perlahan muncul rasa iri yang berubah menjadi rasa benci di diri Rio terhadap Arin.
Meskipun demikian, seharusnya Rio membalas kebaikan Arin dan keluarganya yang bersedia menampungnya untuk dijadikan sebagai anggota keluarga. Namun apa yang ia lakukan. Ia tega membiarkan kakaknya sedang sakit tanpa sedikitpun berusaha menolong. Hati Rio sudah terselimuti oleh dendam dan kebencian yang tak berarah.
"Ckk, wanita itu bukan kakak saya dan kita bukan keluarga, kamu harus ingat, saya sama kamu hanyalah sebatas pekerja dan majikan," Rio menampilkan senyuman mengejek, sedikit pun ia tidak pernah menganggap Gante sebagai keponakannya.
"Jika bukan karena larangan Ibu saya, mungkin sekarang juga saya akan beri anda sebuah pelajaran," balas Gante.
Mendengar balasan tersebut, raut wajah Rio berubah drastis, ia terlihat marah, "keluar dari ruangan saya! lama-lama saya muak melihat wajahmu, kamu saya pecat, dasar bedebah!"
Tanpa berlama-lama, Gante langsung melenggang pergi meninggalkan pamannya. Ia membanting pintu hingga memunculkan bunyi yang keras.
Nafasnya bergemuruh, ingin sekali rasanya Gante memukul pamannya sampe sekarat. Namun Gante selalu ingat perkataan Bundanya.
"Apapun kesalahan orang itu, sebesar apapun kemarahan kamu, jangan sampai tangan kecil anak bunda membuat orang terluka, bunda gak mau Gante memukul orang, kecuali jika Gante dalam bahaya dan keadaannya darurat, Janji sama bunda ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Singkat Untuk Gante
Jugendliteratur⚠️ WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR! JUDUL AWALNYA CANDALA + Belum Direvisi "Tidak perlu kata-kata ketika hati benar, karena cinta dapat didengar bahkan dalam kesunyian yang paling mematikan." Ditinggal mati oleh sang Ayahanda, serta sang Ibunda yang lagi b...