Suara hujan deras mengguyur aspal, menjadi instrumen indah yang menemani dua insan yang meneduh dihalte bus. Gante terdiam sesaat, memerhatikan dengan lamat wajah cantik Nazwa dari samping. Sungguh, Gante terpesona melihat kecantikan itu.
"Nte ... Kamu pernah menyukai seseorang gak?" Tanya Nazwa secara spontan. Gante tersenyum penuh arti, kepalanya mendongak menatap langit yang mendung. "Pernah, malahan sampai sekarang."
Nazwa sedikit tertarik, ia menatap Gante dengan lekat seolah tak percaya dengan ucapan lelaki itu. "Seriusan! Siapa cewek itu? spill dong!" Nazwa memang terlihat antusias, namun didalam hatinya ada yang patah. Jujur, Nazwa iri dengan wanita itu.
Lucu sekali, menceritakan tentang wanita yang kita sukai didepan wanita itu sendiri. Gante tertawa pelan, lalu menghirup udara yang beraroma petrikor. Lantas dengan senyuman manis, ia menceritakan sosok Nazwa-perempuan yang ia cintai hingga kini.
"Dia cantik, Wa ... seperti bidadari dari khayangan. Kulitnya bening, rambutnya panjang dan indah. Senyumnya dia manis semanis gula. Lo tau apa yang paling gue suka dari dia?" Nazwa menggeleng tak tahu, ia lantas bertanya, "apanya memang?"
"Matanya." Gante menoleh menatap lekat kedua binar mata itu, sudut bibirnya terangkat begitu saja. Sontak Nazwa membeku ditempat, jantungnya berdebar-debar mendapati wajah Gante yang dekat dengan pandangannya. Apalagi tatapan teduh dari lelaki itu sukses membuat Nazwa salah tingkah.
"Kalau gue natap dia seperti ini, pupilnya akan membesar lucu." Ungkap Gante tak sekalipun berpalinglah dari wajah Nazwa. Dan benar saja, setelah Gante mengatakan hal itu, pupil Nazwa membesar dan berbinar indah.
Pipi Nazwa merah semu, ia lantas menolak wajah Gante dengan kasar. Namun, tanpa sengaja jari lentiknya menusuk mata lelaki itu.
"Waa, mata gue kecolok jari lo, anjir!" Gante mengusap-usap matanya yang berair. Bukannya menolong atau meminta maaf, Nazwa malah mencibir lelaki itu. Mengatakan jika ini bukan kesalahannya, melainkan kesalahan Gante yang terus memandanginya dengan pandangan aneh.
"Hembusin minimal, kalau mata gue buta mau tanggung jawab, Wa?!"
"Dih, kecolok aja kok bisa buta! Enggak, siapa suruh lo pandangi gue kayak begitu." Balas Nazwa dengan ekspresi jengkel, perempuan itu menoleh kesembarang arah ogah menatap Gante.
"Awww, sshh ..."
Mata Gante berair, sedikit memerah dan terasa perih. Ringisan lelaki itu sukses mengusik pintu hati Nazwa, ia merasa kasihan dengan Gante.
Dengan kasar Nazwa menepis tangan Gante yang asik mengusap-usap matanya. Ia sedikit tertohok melihat mata Gante yang memerah, sepertinya ia sudah keterlaluan. Nazwa merasa bersalah, lantas dengan tulus mengembuskan pelan mata itu dengan pandangan tak teralihkan. Gante mengukir senyum tipisnya, melirik wajah Nazwa dari jarak sedekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Singkat Untuk Gante
Novela Juvenil⚠️ WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR! JUDUL AWALNYA CANDALA + Belum Direvisi "Tidak perlu kata-kata ketika hati benar, karena cinta dapat didengar bahkan dalam kesunyian yang paling mematikan." Ditinggal mati oleh sang Ayahanda, serta sang Ibunda yang lagi b...