18. Alasan Nazwa

126 21 49
                                    

 "Aku ingin menjadi sayap yang selalu menguatkanmu. Dan membangkitkanmu saat kamu terjatuh."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Acara diner romantis yang sudah Bima siapkan ternyata tidak sesuai ekspektasi. Bima sudah berkali-kali mencoba mencairkan suasana, dengan obrolan-obrolan ringan serta pujian untuk Nazwa. Panjang lebar Bima berbicara, namun gadis itu hanya membalas kalimat yang singkat dan anggukan yang tidak jelas. Alih-alih berbicara, menatap wajah Bima saja Nazwa terlihat enggan. Gadis itu hanya fokus makan tanpa sedikitpun peduli dengan Bima.

"Bim, habis makan kita pulang ya, aku udah ada janji sama Indah." Ucap Nazwa sembari melahap suapan terakhir. Lontaran Nazwa barusan, berhasil membuat emosi Bima memuncak.

Suara benturan keras meja terdengar akibat ulah Bima yang memukul meja. Bima kesal, ia menatap lekat wajah penuh tanya milik Nazwa.

"Bim, lo apa-apaan sih!" Nazwa kebingungan. Sifat tempramental Bima selalu membuat Nazwa merasa gak nyaman. Ia memutar pandangannya, Nazwa merasa malu karena sekarang mereka berdua jadi pusat perhatian orang-orang.

"LO YANG APA-APAAN!" Hardik cowok itu. para pengunjung restoran lainnya merasa terganggu. Pihak keamanan datang dan langsung mengamankan Bima. Mereka berdua di seret keluar dari restoran.

Nazwa jengah, "Bim, maksudnya apa tadi? bikin malu tau gak."

"Lo itu pacar gue Wa! Bisa-bisanya di acara diner kita lo lebih pentingkan sahabat lo!"

"Sikap lo yang tempramental gini yang bikin gue gak betah sama lo!" Emosi Nazwa membeludak. Bima mencengkeram erat bahu Nazwa hingga membuat cewek itu meringis sakit.

"Bima, lepas," Nazwa menarik berusaha melepas tangan Bima yang bertengger di bahunya. Bima mendorong tubuh Nazwa hingga menubruk dinding yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Lo apa-apaan, Bima! lepas tangan lo! sakit, Bim," ringis perempuan itu. Bukannya mengendorkan cengkeramannya, Bima beralih memukul kepala Nazwa hingga cewek itu terjatuh. Nazwa bergerak perlahan, menahan perih di siku tangannya yang lecet akibat terbentur oleh tanah.

Bima diam tak berkutik. Lelaki itu sudah kelepasan, ia benar-benar tidak bermaksud untuk menyakiti Nazwa. Semenjak perceraian kedua orangtuanya, Sikap buruk Bima semakin terbentuk. Ia lebih mudah emosi dan ringan tangan.

"W-wa, maafin aku, aku gk bermaksud untuk–"

Plakk!

Tamparan keras dilayangkan oleh Nazwa. Bima meringis seraya meraba permukaan kulit pipinya yang memerah.

"ORANG TUA GUE AJA GAK PERNAH MUKUL GUE KAYAK GITU, LO SIAPA BERANI NYAKITIN GUE? HAH? PACAR LO?"

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang