.
.
.PART BELUM DI REVISI, HARAP MAKLUM JIKA BANYAK YANG GAK NYAMBUNG
Selepas pulang bekerja paruh waktu di restoran kecil, Gante kini sedang berada di rumah kontrakan yang sudah ia tempati semenjak diusir paksa dari rumah mereka dulu.
Sekarang, lelaki itu sedang sibuk berkutat dengan pipa air di kamar mandi yang sepertinya tersumbat.
"Bang ... makan kita hari ini apa? lo masak gak?" Tanya Galen dari arah dapur.
"Gue gak masak hari ini, tapi gue bawakan nasi bungkus. Lo cek aja di lemari, bungkusan plastik merah," Balasnya.
Galen langsung bergerak membuka lemari yang dimaksud, matanya berbinar melihat isi lemari itu. Tiga bungkus nasi dan lauk, tapi bukan itu yang membuat ia senang, melainkan lima lembar uang seratus ribu yang berada di samping plastik merah itu.
"Wih! Ada duit, duit lo banyak juga ya bang," tangan panjangnya mengambil uang tersebut tanpa dosa. Saat hendak pergi, Gante yang terlihat berlari dari arah kamar mandi langsung mencegat adiknya yang mau kabur dengan uangnya.
"Mau kemana lo?! siniin uangnya, main ambil ambil aja!" ia menarik uang tersebut dari tangan Galen. Detik itu juga Gante tak sengaja menatap wajah adiknya, ia tercekat melihat luka lebam di area kening Galen yang tertutupi oleh rambut.
"Yaelah bang, sekali-kali kek kasih gue duit," rengek Galen, anak bungsu itu memanyunkan bibirnya.
"Gak ada! Ini tuk bayar uang kontrakan, lu mau bu Ida ngamuk karena kita telat bayar."
Galen terlihat berpikir, membayangkan wajah bu Ida saja sudah membuatnya bergidik ngeri. Bu Ida adalah wanita paling menyeramkan yang pernah Galen temui. Apalagi jika wanita itu mengamuk, habislah sudah.
"Ya ... Gak mau sih, tapikan ..." Galen menggantung ucapannya.
"Ini uang sisa kita bulan ini len, bayar kontrakan aja gak cukup, Lo ngerti lah sedikit."
Galen hanya diam, ia mengerti jika selama ini Gante lah yang susah payah bekerja hingga larut malam demi membiayai kebutuhan keluarga. Pernah suatu hari Galen berinisiatif untuk kerja paruh waktu, namun kakaknya dengan keras menolak ia untuk bekerja. Gante mengatakan, adiknya hanya perlu belajar saja untuk masa depannya.
Galen iri dengan teman-temannya yang dengan mudah membeli barang-barang kemauan mereka sendiri tanpa repot-repot mencari uang. Dan barusan tadi, teman-temannya mengajaknya untuk berkumpul bareng di restoran mahal, Galen terlalu malu untuk ikut berkumpul tanpa memegang sedikitpun uang.
"Duduk situ!" perintah Gante seraya menunjuk kursi kayu dipojok dekat tv. Galen kebingungan, kenapa tiba-tiba kakaknya menyuruhnya duduk? Meskipun begitu tanpa banyak ptotes, ia tetap menuruti perintah Gante.
Gante meninggalkan Galen sebentar untuk mengambil kotak P3K didapur. Tidak berselang lama, Gante kembali dan langsung menuju kursi.
Ia mengusap rambut Galen yang menutupi luka keatas. Hingga menampakkan dengan jelas luka yang sepertinya masih baru. Tanpa banyak bicara, Gante langsung mengoleskan antiseptik ke luka itu dengan telaten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Singkat Untuk Gante
Teen Fiction⚠️ WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR! JUDUL AWALNYA CANDALA + Belum Direvisi "Tidak perlu kata-kata ketika hati benar, karena cinta dapat didengar bahkan dalam kesunyian yang paling mematikan." Ditinggal mati oleh sang Ayahanda, serta sang Ibunda yang lagi b...