15. Jaga Lambe-mu

124 25 8
                                    

SEBELUM LANJUT MEMBACA, DI PERKENANKAN LEBIH DULU UNTUK VOTE, JIKA SUDAH, IKUTIN ALUR CERITA DAN BERKOMENTAR, SELAMAT MEMBACA

SEBELUM LANJUT MEMBACA, DI PERKENANKAN LEBIH DULU UNTUK VOTE, JIKA SUDAH, IKUTIN ALUR CERITA DAN BERKOMENTAR, SELAMAT MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


Angin sepoi-sepoi menerpa wajah sayu lelaki yang memilih menyendiri diatas rofftop sekolah dibanding bergabung di kelas menikmati pembelajaran yang membosankan.

Tak peduli lagi beberapa kali cowok itu menghela nafas, berusaha menetralkan hatinya yang sudah meraung-raungkan rasa ketidak-relaan dan penyesalan yang membabi buta.

Andai saja ia lebih cepat mengutarakan isi hatinya...

Tapi itu hanya tinggal andai saja. Perasaan yang berjalan tiga tahun akhirnya pupus tak terbalaskan. Kenapa gak dari dulu saja ia menyatakan perasaannya? Entahlah, lelaki itu belum punya keberanian untuk membawa sang pujaan hati lalu menggiringnya di pola berbentuk hati dan memberikan setangkai bunga mawar indah sambil mengatakan "aku mencintaimu mawarku, maukah kau menerima lelaki tak sempurna ini menjadi perisai hatimu."

Dering pesan dari ponsel berhasil membuyarkan lamunan cowok itu.

Galen Adiks🤺

Bang.
Gue belom bayar uang spp

Bukannya udah
gue kasih

Abis untuk traktiran temen-temen
Gue, pihak sekolah udah nagih.

Gante memijat keningnya yang terasa pusing. Pesan barusan dari Galen memupuk rasa kecewa di benaknya. Ia termenung, memikirkan jalan keluar untuk permasalahan baru yang dibuat adiknya.

"Gue harus cari pekerjaan baru, kalau mengharapkan dari dagangan, mana cukup," monolog lelaki itu.

.
.
.

"Wa, kamu mau makan apa biar aku pesanin," Bima tersenyum menatap Nazwa yang mendongak ke arahnya.

"Gue? samain aja sama lo." Bima memudarkan senyuman, ada yang salah dengan perkataan kekasihnya barusan.

"kita udah pacaran, masa manggilnya lo gue."

Nazwa memejamkan mata sekejap, lalu menatap Bima seraya tersenyum, "aku, samain aja menunya sama kamu." Bima terkekeh kecil, ia mengusap-usap puncuk kepala gadisnya dan pergi setelah rambut itu berantakan akibat ulahnya.

Di lain meja, Gante bersama dua rekannya siapa lagi jika bukan Syahrul dan Rangga. Mereka berdua sedang asik menyeruput popmie mendidih yang mereka pesan. Udara sedang dingin, karena itu mereka memilih pesan popmie agar lebih enak dan hangat. Sedangkan Gante memilih untuk tidak memesan makanan karena uangnya tidak ada, tapi untungnya ia membawa bekal biru berisi nasi goreng yang diberikan Olivia tadi pagi.

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang