26. Terungkap

101 10 0
                                    

"Cielah bang, senyum-senyum terus dari tadi. Gila?" Galen yang habis keluar dari kamar mandi mengernyit heran melihat Gante yang satu hatian ini tersenyum gila bersama ponselnya. Ngecat sama siapa abangnya sampai gak jenuh satu harian menatap ponsel?

"Ckk, bodo. Dah sana pake baju." Balas Gante tak menoleh sekalipun.

"Dih sini piki biji!" Gante langsung menempeleng kepala adiknya itu, meskipun tidak terlalu kasar tetap saja Galen tak terima. Ia langsung merampas ponsel itu dari tangan Gante.

"WIHH BANG! LO PUNYA PACAR?!" Teriak Galen membaca isi percakapan via WhatsApp. "Balikin gak bangke!"

Oh iya, baru semalam Galen sudah diizinkan untuk pulang. Namun dengan satu syarat yaitu jangan terlalu kecapekan, jangan lupa meminum obat dan berkonsultasi serta mengecek kesehatan kepada dokter Maya seminggu dua kali.

Dante yang awalnya sedang menggambar, merasa terganggu dengan kebisingan kedua adiknya. Meskipun begitu, Dante tetap melanjutkan acara menggambarnya, sesekali pikirannya terus tertuju pada sang bunda yang sudah tenang di
alam sana.

.
.
.

Sudah beberapa kali Gante menyuruh gadis itu untuk duduk. Namun sifat keras kepala itu memang sudah mendarah daging. Meskipun Gante tak menampik kehadiran Nazwa meringankan pekerjanya, namun tetap saja ia tak ingin gadisnya kelelahan.

Akhirnya kesibukan mereka melayani pembeli hari ini selesai. Nazwa terduduk di kursi sembari mengipasi wajahnya yang terasa gerah dan penuh keringat itu. Melihat itu, Gante hanya terkekeh dan langsung membuat minuman segar untuk Nazwa.

"Nah, minum dulu." Gante menyodorkan minuman dingin rasa jeruk kepada Nazwa dan langsung Nazwa terima. Tenggorokannya kembali segar setelah minum itu.

"Maaf ya ... gara-gara aku kamu jadi capek." Ucap Gante penuh rasa bersalah. Tangannya tergerak menyelipkan helai pirang Nazwa yang menutup mata di daun telinga gadis itu. "Gapapa, aku senang kok." Balas Nazwa tersenyum manis.

"Wa, kenapa kamu mau sama aku? Aku miskin, dan cuma penjualan mi ayam aja."

Baiklah, Nazwa mulai jengah dengan pertanyaan itu, Gante selalu mengulangi pertanyaan yang sama sejak mereka pacaran. Dan jawaban Nazwa, tetap saja jawaban yang sama.

"Sudah puluhan kali kamu nanya itu. Aku mau sama kamu karena aku cinta. Setiap dekat kamu yang aku rasakan adalah kenyamanan dan kehangatan. Meskipun kita sering berantem kecil-kecilan, tapi aku suka."

"Nte, aku gak pernah memandang kamu sebagai lelaki miskin. Justru aku bangga punya pacar mandiri dan bertanggungjawab seperti kamu. Soal penjual mie ayam, kamu lupa makanan favorit aku mie ayam kamu? Hambar rasanya hidup tanpa mie sop atau bakso." Sambung Nazwa dengan suara lembutnya.

"Terimakasih, Wa. Kamu wanita istimewa yang pernah aku miliki." Nazwa tertawa geli karena ucapan Gante.

Kruuuk

Suara perut keroncongan sontak membuat Gante tertawa, sedangkan Nazwa hanya menunduk malu merutuki perutnya yang sulit diajak kompromi. "Duh jahat banget sih aku biarin pacarnya kelaparan. Yaudah aku siapkan bakso favorit kamu paling spesial." Setelah mengatakan itu, Gante langsung berdiri menuju gerobaknya.

"Baksonya dua kali lipat ya, sayang."

Sial, gara-gara panggilan sayang dari Nazwa, Gante jadi salting brutal.

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang