"Ini bukan tentang apa yang salah denganmu, ini tentang apa yang terjadi padamu."
.
.
.⚠️BAB INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR! JADI HARAP BIJAK DALAM
MEMBACA!SMA Trisatya disibukkan dengan berbagai kegaduhan saat berkemah. Mulai dari Asyifa yang tersesat selama dua jam saat ingin buang air kecil, tenda Cahyo yang selalu roboh, dan makanan yang lupa dibawa oleh pihak sekolah, ada-ada saja memang.
Dibandingkan mereka, Nasib Gante dan Syahrul masih dipertaruhkan. Selama setengah hari, mereka masih diam dibawah pohon, dengan badan terikat dan lidah yang terpaksa menjulur karena hukuman dari Jono.
Galih berjoget tarian ayam didepan mereka berdua, seperti mengejek. Gante dan Syahrul tentu panas, melihat Galih yang bebas bergerak sedangkan mereka terikat seperti kambing yang hendak dikurbankan.
"Bangsat! Awas lo ya, kalau gue udah bebas. Gue kawinkan lo sama ayam!" Ucap Syahrul.
"Gak takut," Balasan yang membuat Syahrul ingin segera menjadi penghulu saat kawinan Galih dan ayam tetangganya.
"Galih! Udah," ujar Indah memperingatkan Galih. Lelaki berwajah lucu itu langsung menghentikan aksinya, ia pergi menghampiri Cahyo yang masih memasang tenda.
Nazwa melihat wajah Syahrul dan Gante yang terlihat seperti menahan sesuatu, ia khawatir. Tak lama kemudian, suara instruksi panitia kemah terdengar, menyuruh seluruh peserta untuk segera masuk ke tenda masing-masing dikarenakan hari yang mulai gelap.
"Pak, ini sudah hampir malam, mungkin bapak bisa menghentikan hukuman mereka," Rangga menunjuk kedua temannya. Jono terlihat berpikir, menolak permintaan dari Rangga sangat mustahil, bisa-bisa anak itu nanti tidak mau mewakili sekolah dalam ajang lomba matematika. Jono mengangguk setuju. Dengan segera, Rangga membebaskan Gante dan Syahrul. Setelah dibebaskan, Syahrul berlari ke dalam hutan, ingin segera membuang hajat yang selama ini ia tahan.
Rangga menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Syahrul. Pandangannya beralih menatap Gante yang masih terduduk di tanah. Rangga bingung, melihat Gante yang berbeda seperti biasanya, laki-laki itu... sepertinya ketakutan.
"lo baik-baik aja?" Tanya Rangga memastikan. Gante mengangguk, mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja. Rangga tidak percaya, jelas sahabatnya itu sedang berbohong. Ia menyentuh pundak Gante yang gemetaran.
Kepala Gante pusing, detak jantungnya berdegup kencang, sampai-sampai telinganya bisa mendengar betapa kerasnya jantung itu berpacu. Hukuman yang diberikan pak Jono, mengingatkannya pada kejadian traumatis satu tahun yang lalu, saat dirinya diikat selama dua hari, oleh pamannya Denis. Lagi dan lagi, pamannya selalu membuat hidupnya cacat.
"Sudah saya bilang jangan dekati anak saya! Sialan! Berani-beraninya kamu berniat membunuh anak saya!"
"Lebih baik lagi kalau kamu mati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Singkat Untuk Gante
Teen Fiction⚠️ WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR! JUDUL AWALNYA CANDALA + Belum Direvisi "Tidak perlu kata-kata ketika hati benar, karena cinta dapat didengar bahkan dalam kesunyian yang paling mematikan." Ditinggal mati oleh sang Ayahanda, serta sang Ibunda yang lagi b...