29. Keberhasilan

108 9 0
                                    

Hampir satu harian waktu Gante tersita demi menjaga Nazwa yang masih terlelap di brangkar rumah sakit ditemani berbagai peralatan medis yang menempel ditubuhnya.

Mata senduh itu menatap lamat wajah cantik yang tertidur. Gante rindu, sangat rindu dengan keceriaan Nazwa, sungguh pedih menyiksa batinnya saat dokter mengatakan hal buruk yang terjadi pada Nazwa.

"Pasien mengalami kebutaan, akibat benturan keras dibagian kepalanya."

"Kamu cantik kalau terlelap gitu, kayak putri tidur di dongeng." Ucap Gante tersenyum getir, tangannya menggenggam erat tangan Nazwa sesekali menciumi penuh cinta.

"Bangun, Wawa. Aku mau lihat senyuman kamu."

Kepala Gante mendadak pusing, ini akibat banyaknya pikiran dikepala cowok itu. Semalam, dengan segenap keberanian Gante telah melaporkan Denis kekantor polisi, dan Olivia juga berusaha keras mendukung keadilan untuk kedua orangtuanya. Tante Olivia sangat baik, Gante beruntung mengenal wanita itu.

Entah apa yang dilakukan Denis diluaran sana, namun Gante yakin bahwa pria itu akan marah besar mendengar dirinya kembali melapornya kekantor polisi. Gante hanya berdoa, supaya kali ini hukum berpihak pada mereka.

Mengenai kondisi Bima, Olivia telah membawanya berobat keluar negeri karena kondisi cukup parah. Gante sedikit bersyukur, setidaknya jika lelaki itu sadar, dia tidak akan menganggu Nazwa lagi karena Olivia mengatakan Bima akan menetap disana karena psikologis cowok itu.

Jemari Nazwa bergerak kecil, membuat Gante tersentak dan memandangi Nazwa yang sepertinya telah sadar.

"Wawa ..." Panggil Gante dengan suara lembut.

Nazwa mendengar suara itu, ia mengenalinya. Itu suara Gante. Tapi kenapa semuanya gelap? apa lampu ruangan dimatikan?

"G-gante ..."

"Iya sayang."

"Gelap, tolong hidupkan lampunya." Pinta Gadis itu dengan suara serak. Gante hanya terdiam, ia tak berkutik begitu melihat wajah Nazwa yang panik.

"GANTE HIDUPKAN LAMPUNYA! DISINI GELAP!" Bentak Nazwa bergetar hebat

"Nazwa ..."

Gante memeluk gadis itu, menahan pergerakan frustasi Nazwa yang belum mengerti apa-apa.

"KENAPA GELAP GANTE ... LAMPUNYA DIMATIKAN YA..?"

"GANTE JAWAB JANGAN DIAM AJA!"

Gante mengusap punggung gadis itu, berusaha memberikan kekuatan untuk Nazwa yang sedang hancur.

"Wawa ... Untuk sementara kamu belum bisa melihat." Ucap Gante sembari menahan pedih dihatinya.

Nazwa menggeleng tak percaya, "jangan bohong! Kamu lagi jahilin aku kan? Kamu kan suka jahil!" Nazwa terkekeh kecil. Airmatanya terus turun membasahi wajahnya yang pucat. "Enggak! Aku gak mau buta!"

Nazwa berteriak, memukul badan Gante demi menuntaskan emosinya. Sedangkan Gante tetap bertahan, rasa sakit Nazwa turut ia rasakan.

"A-ku gak mau buta!!"

"Aku masih mau memandang dunia, aku masih mau membaca novel. Aku masih mau melihat wajah papa, wajah kamu dan sahabat aku! Aku–"

"A-aku gak mau jalan pake tongkat!"

Nazwa frustasi, ia menumpahkan segala tangisannya dipundak sang kekasih. Berteriak kepada siapapun untuk mengembalikan penglihatannya. Bagaimana ia bisa hidup jika tanpa melihat?

"Wawa sayang ... Ingat kata-kata aku. Ini hanya sementara, sebentar lagi pasti kamu bisa melihat. Aku janji."

.
.
.

Rumah sederhana yang terlihat temaram, disana Gante memandangi makan malam didepannya tanpa minat. "Bang, lo pasti kuat." Ujar Galen dengan wajah pucatnya. Jujur, Gante dan Dante sedikit khawatir dengan kondisi si bungsu.

"Lo udah minum obat?" Tanya Gante.

Galen hanya mengangguk, padahal sebenarnya ia tak meminum obat itu. Bukan karena lupa, melainkan Galen lelah menghabiskan obat hambar itu setiap waktunya. Gante memicing tidak yakin, pasalnya wajah pucat itu tidak mungkin terjadi jika Galen mengonsumsi obatnya dengan rutin.

"Lo mau minun obat sendiri, atau gue paksa?"

"Ckk, iya-iya nanti gue minum!"

Dante melirik makanan mereka yang diisi lauk tempe saja, sedangkan dirinya ada ayam dan tempe. Dante yakin mereka bosan makan tempe, alhasil si sulung itu memberikan ayamnya secara sukarela kepiring mereka berdua.

"Loh bang, kenapa?"

"Abang gak suka ayamnya, untuk kalian aja." Ucap Dante berbohong, padahal ayam itu enak sekali rasanya.

Suara ketukan pintu, menghentikan acara makan bersama mereka. Gante langsung tergerak untuk membuka pintu saat tahu suara yang memanggil namanya dari luar, itu Olivia.

Pintu itu terbuka, Gante tersenyum menyambut kedatangan wanita itu. Namun senyumannya pudar saat melihat pria yang merupakan papanya Nazwa berdiri disamping Olivia dengan tatapan bersalah.

"Gante, izinkan dia bicara." Ucap Olivia dengan lembut.

Sebisa mungkin Gante menahan emosinya. Sedangkan Galen dan Dante datang dengan wajah yang sama marahnya ketika melihat pria itu.

"Anda, anda yang membunuh ayah saya!" Teriak Dante sembari menunjuk George.

"Anda masih hidup ternyata! Ngapain anda kesini, hah?!" Galen hendak memukuli wajah George, kendati tertahan saat sang abang menyuruhnya untuk diam.

George bertekuk lutut didepan ketiga bersaudara tersebut, tangisnya penyesalannya terdengar.

"Maafkan saya, saya memang bersalah atas kematian ayah kalian."

Galen tersenyum getir, "basi minta maaf lo! Udah gak guna lagi! Keluarga gue udah hancur bangsat!!"

"PERGI! PERGI ANDA, JANGAN BUNUH KELUARGA SAYA LAGI." Teriak Dante dengan berlinang air mata. Luka yang perlahan menghilang, kini muncul kembali dan terasa lebih menyakitkan. Olivia buru-buru menghampiri Dante, menenangkan lelaki itu layaknya seorang ibu.

"Saya tahu perbuatan saya tidak bisa dimaafkan. Dan saya akan mempertanggung jawabkan semuanya. Saya menyesal, saya terpaksa waktu itu. Karena keselamatan anak saya dipertaruhkan sama monster itu." Ungkap George dengan pandangan menunduk.

Olivia menepuk-nepuk pundak Gante, senyuman penuh arti terbit diwajahnya yang mulai menua. "Kita berhasil Gante, laporan kita diterima. Denis sudah ditetapkan sebagai tersangka, besok surat penangkapan dirinya akan diserahkan kepada Denis."

"Keadilan untuk kedua orangtuamu dan kalian akan tergapai. Dan pria ini ..." Olivia menunjukkan telunjuknya kearah George. "Siap menjadi saksi atas pembunuhan ayahmu, dan siap menyerahkan diri kedua kalinya."

.
.
.

Huhu, bentar lagi ending

Ada yang bisa tebak endingnya 😊🙏

Yang bisa menebak dapat kucing oren 🐈

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang