3. Presiden Trisatya

217 33 27
                                    

"Teman bisa membuatmu tertawa, sahabat bisa membuatmu bergembira, namun yang tulus mencintailah yang mampu membuatmu hidup."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Cahaya matahari yang Masya Allah sungguh terang, menyinari senin pagi suram mereka, murid SMA Trisatya yang kini sedang dilanda penderitaan. Mereka semua sudah grasak-grusuk gak jelas, menunggu kepala sekolah menyudahi pidato panjangnya untuk upacara bendera.

Terlihat matahari sudah memunculkan cahaya panasnya ke area upacara. Entah kenapa, hanya area itu saja yang terkena cahaya matahari, seolah matahari sedang ingin menambah penderitaan mereka.

Berbagai bisikan umpatan dari para murid kepada kepala sekolah yang kerap dipanggil Pak Jono, yang masih saja bertahan melanjutkan pidatonya yang sudah beranak-pinak.

"Gila! lama kali si Jono pidato anjir!" seru Syahrul, cowok itu sedang berlindung dibalik pundak Gante, demi melindungi diri dari panas dan juga agar tidak dilirik guru karena tidak memakai dasi dan topi.

"Dia pidato ya? Kok gue gak ngerti dia ngomong apa," balas Gante, sama halnya dengan Syahrul, ia juga berlindung dibalik badan temannya yang didepan. Karena ia tidak memakai baju seragam, melainkan baju putih yang tampak seperti seragam sekolah. Entah bagaimana ceritanya, cowok itu bisa-bisanya salah baju, apalagi ia juga tidak memakai dasi dan juga topi, lengkap sudah.

"Dia pake bahasa Inggris bodo!" Balasan ketus dilayangkan oleh Rangga, yang sudah mulai lelah dengan tingkah laku kedua temannya. Badannya semua pegal, akibat ulah dua ekor kadal yang hinggap dipundaknya demi melindungi diri mereka masing-masing.

"Benar-benar nih si Jono! kayaknya dia sengaja deh, liat tuh mukanya," ucap Gante. Cowok itu sekarang sudah berjongkok, membuat Syahrul yang berada dibelakangnya ikutan berjongkok.

"Wokwokwok, mirip trakea anjir," balas Syahrul yang berhasil mengundang tawa Gante.

Rangga menghela nafas panjang, ia sungguh takut jika kedua temannya yang sedang berjongkok tersebut dapat menyita perhatian guru. Ia menggerutu kesal, Rangga menarik ujung kerah baju mereka dan memaksa Syahrul dan Gante untuk berdiri, "kalian jongkok kayak tadi, dapat mengundang guru datang," Ucapnya tanpa ekspresi.

Mereka berdua hanya diam, hingga beberapa menit kemudian, Gante terlihat tersenyum mengerikan. Nampaknya cowok itu sedang memikirkan sebuah ide yang Rangga harap bukan ide yang gila, apalagi jika dirinya diikut sertakan.

Gante tersenyum miring kearah kedua temannya, ia segera membisikkan ide jahilnya yang bertujuan membubarkan upacara. Ide gila itu disetujui oleh Syahrul, namun tidak dengan Rangga, sepertinya firasat Rangga benar kali ini.

Syahrul dan Gante kini sedang berusaha membujuk Rangga untuk ikut membantu menjalankan misi.

Tentu saja Rangga tak akan goyah, ia tetap kekeuh mempertahankan harga dirinya yang ingin ditaruhkan oleh Gante dalam ide sialan itu. Gante dan Syahrul tak akan gentar, mereka tetap membujuk Rangga dengan memberi alasan-alasan yang tidak masuk akal di pikiran Rangga. Namun, Rangga adalah tipe orang yang mudah luluh, apalagi ini permintaan dari kedua manusia yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri, hingga akhirnya Rangga memutuskan untuk menyetujui permintaan mereka.

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang