Sudah bukan rahasia lagi jika sejak kecil, Lelaki berkulit sawo matang bernama Syahrul selalu menyukai hal-hal yang menyangkut sepak bola. Ya, sejak dini ia lebih sering bermain bola dibandingkan bermain mobil-mobilan. Syahrul selalu merasa ia dilahirkan untuk bermain bola dan selalu bola.
Bahkan, sahabatnya, Gante pernah menyumpahinya untuk menikah dengan bola. Saat itu, Syahrul tak membalas apa-apa perkataan Gante. Ia hanya melempar sahabatnya itu dikubangan kudanil. Iya, hanya itu.
Mimpinya untuk menjadi pesepakbola tidak pernah berjalan mulus, selalu saja ada kudisnya. Kedua orangtuanya tidak pernah merestui keinginannya. Mereka selalu menekannya untuk menggeluti dunia bisnis. Karena Syahrul adalah pewaris tahta kerajaan bisnis Ayahnya suatu hari nanti.
Syahrul tak habis pikir dengan pola pikir kedua orangtuanya. Bisa-bisanya mereka kompak memaksa anaknya menuruti keinginan mereka. Sangat egois.
"Gue gak mau bisnis, karena bisnis gak ada bolanya." Isak Syahrul sembari mengelap ingusnya di pundak Gante, lagi.
Satu jam yang lalu, Syahrul merecoki Gante dengan curhatan pedih dan nyesek dihati. Padahal saat itu Gante sedang sibuk melayani pembeli. Namun apa boleh buat, sahabatnya satu ini memang suka bertingkah aneh. Jadi Gante sedikit maklum.
"Udah, Lo gak usah nangis malu ama badan." Ucap Gante sembari menepuk-nepuk punggung sahabatnya. Karena akhir-akhir ini Gante sering belajar bela diri, jadi tepukan Gante terlampau kuat. Syahrul segera menyingkirkan tangan Gante dan lanjut bercerita.
"Memang apa salahnya sih kalau gue mau jadi pesepakbola. Cita-cita gue juga gak ngerugikan mereka." Kesal Syahrul.
"Gak ada yang salah, Rul. Tapi, jika gue nilai dari sudut pandang ortu lo, sebenarnya mereka sayang banget sama Lo. Coba Lo bayangin deh, sesusah apa bokap Lo membesarkan bisnisnya?"
"I-iya, susah sih."
"Nah, kenapa bokap lo selalu maksa Lo untuk meneruskan bisnisnya, ya ... Karena, mereka mau Lo gak hidup susah dimasa depan. Lo gak perlu cari pekerjaan dan gak perlu susah-susah mendirikan usaha. Karena mereka udah buat itu untuk lo. Cuma, tanpa mereka sadari, mereka telah menyia-nyiakan bakat putranya. Mereka terlalu takut akan nasip putranya saat mereka sudah tidak ada. Makanya mereka terkesan memaksa Lo. Tapi gue yakin, Lo pasti bisa nunjukin ke ortu Lo bahwa menjadi pesepakbola adalah hal yang membanggakan. Lo harus bisa meyakinkan mereka bahwa bola adalah arah masa depan Lo."
Syahrul tersenyum hangat. Ucapan Gante ada benarnya, seharusnya ia lebih semangat lagi untuk menunjukkan bahwa menjadi pesepakbola tidak seburuk yang mereka kira.
"Tumben Lo bijak, nyet?" Tanya Syahrul kurang beradab. "Gante gitu loh," balasnya sombong.
"Gue kalau denger cerita Lo, jadi keinget cerita Madun di TV," ujar Gante. "Cuma bedanya ortu Lo kaya, kalo si Madun miskin. Dan beda wajah juga sih." Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Singkat Untuk Gante
Ficção Adolescente⚠️ WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR! JUDUL AWALNYA CANDALA + Belum Direvisi "Tidak perlu kata-kata ketika hati benar, karena cinta dapat didengar bahkan dalam kesunyian yang paling mematikan." Ditinggal mati oleh sang Ayahanda, serta sang Ibunda yang lagi b...