32. Pesan Terakhir

229 29 123
                                    

Kondisi Gante memburuk, lelaki itu tak sadarkan diri dan sekarang sedang berjuang diantara hidup dan mati. Alat pemompa jantung terpaksa dikeluarkan demi menyelamatkan detak jantung lelaki itu yang menghilang.

Sedikitpun Rangga tidak pernah merasa setakut ini, begitupun dengan Syahrul. Tak hentinya mereka berharap, tak hentinya mereka berdoa akan adanya keajaiban. Kendati mereka tahu, akhir dari sahabatnya nanti.

Mereka semua disini, mereka semua yang Gante sayangi hadir dan akan selalu menemani lelaki itu. Teman sekelas dan saudara lelaki itu sama-sama berdoa, meminta keselamatan untuk manusia berharga yang mereka miliki.

"Tuhan, jangan ambil adik Dante." Tangan dingin itu gemetar, sarat akan ketakutan sangat nyata. Bahkan Dante tak mampu mengontrol emosionalnya sekarang, untungnya ada Indah yang sigap menenangkan cowok itu.

.
.
.

Flashback dua hari yang lalu ...

"Kamu harus mati, om akan bawa kamu ke tempat orangtuamu. Setelah itu, kedua saudaramu akan menyusul."

Dengan kasar, Denis memaksa Gante untuk membuka mulutnya. Gante memberontak, kendati tenaga pamannya semakin kuat. Matanya melotot begitu Denis mencekcokinya racun sianida yang sejak tadi Denis siapkan.

"Jangan ..."

Racun itu melengos masuk ke tenggorokannya, sekujur badan Gante terasa panas. Lelaki mengerang kesakitan, matanya melotot seolah hendak copot.

"To-tolong ... arrgghh!"

Tubuh Gante mengejang, bibirnya membiru dan jantungnya berdetak tidak normal. Sakit, semuanya terasa sakit. Bernafas saja Gante tidak bisa. Busa putih bercampur darah keluar dari mulutnya, matanya melotot menahan perih dirongga dadanya. Racun sianida itu perlahan menyebar  dan merusak organ penting milik lelaki itu.

"Jangan mati, adik lo belum sembuh."

Pintu rumah Denis didobrak paksa. Menampilkan Syahrul, Rangga serta Cahyo dan beberapa polisi dibelakang. Mereka datang kesini sebab Qila yang menelponnya dan memberitahukan semuanya.

"JANGAN BERGERAK!"

Polisi menodongkan pistolnya tepat kearah Denis, membuat Denis tak berkutik dan langsung mengangkat tangannya.

"Borgol tangannya!"

Tangan Denis diborgol, lalu pria itu digiring secara kasar kemobil polisi.

Ketiga remaja untuk berlari menuju Gante yang tergeletak lemah. Syahrul mendelik begitu melihat busa yang keluar dari mulut sahabatnya, serta botol racun sianida yang tergeletak tak jauh dari posisi lelaki itu.

"RANG, GANTE KERACUNAN!"

Buru-buru Rangga mengangkat kepala sahabatnya. Sedangkan Cahyo menelpon ambulan, gurat wajahnya sangat panik.

Tak butuh waktu lama, mobil ambulan pun tiba dikediaman Denis. Rangga dan Syahrul langsung membopong Gante memasuki ambulan.

Setelah sampai dirumah sakit, kondisi Gante kritis. Detak jantungnya hampir hilang jika saja Tuhan tidak memberinya kesempatan sementara.

Racun sianida itu Denis beli dari sebuah organisasi rahasia, sehingga penyangkalnya tidak kunjung ditemukan pihak rumah sakit. Racun itu membunuh secara perlahan, merusak organ-organ pencernaan Gante secara bertahap. Rasanya sangat sakit.

"Saya sudah suntikan kamu obat pereda nyeri," ucap dokter yang sedang memeriksa keadaan Gante. Beberapa jam setelah ia dibawa ke rumah sakit oleh ketiga temannya, Gante akhirnya siuman meski dalam kondisi yang lemah.

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang